Oleh: Rizki Syamsul Fauzi
Ketua Umum Komunitas Peduli Pendidikan Kota Tasikmalaya
DIHADIRKANNYA program pengenalan Artificial Intelligence (AI) dan Coding di sekolah, menjadi angin segar untuk pendidikan Indonesia karena mampu adaptif pada perubahan atau tren yang mau tidak mau harus diikuti, selagi dalam koridor perubahan yang progresif dan positif untuk pembangunan sumber daya manusia.
Namun, perlu disikapi lebih bijak bagaimana kebijakan tersebut, apakah akan diterima oleh banyak pihak, khususnya yang berkecimpung langsung dengan dunia pendidikan seperti akademisi atau guru yang secara langsung bersentuhan dengan para siswa. Sebab, level kognitif setiap sekolah memiliki perbedaan yang cukup siginifikan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, seperti kualitas infrastruktur dasar yang belum memenuhi standar layak dan bagaimana kualitas tenaga pendidik sebagai faktor yang paling penting.
Pemerintah harus memetakan persoalan dengan realistis terkait bagaimana prioritas masalah yang harus segera dituntaskan dan juga mana yang menjadi prioritas selanjutnya. Karena jika pemetaan masalah saja sudah keliru, maka jalan keluar yang akan diambil juga akan fatal bahkan akan menambah pekerjaan yang sebenarnya tidak perlu.
Penerapan pembelajaran AI dan Coding memberikan kesempatan besar untuk evaluasi besar sistem pendidikan Indonesia yang sejak dahulu sampai hari ini masih dikungkungi dengan kesadaran semu terkait apa yang siswa pelajari. Kesadaran semu dalam konteks ini maksudnya pembelajaran hanya sampai pada titik permukaan. Belum menyentuh titik kedalaman yang mampu membangun kemampuan berpikir kritis dan ilmiah yang sangat penting untuk menghadapi kompleksitas kehidupan di masa depan. Kemampuan berpikir kritis dan ilmiah tersebut didasari oleh fondasi literasi dan numerasi.
Sayangnya, justru literasi dan numerasi siswa Indonesia berada pada situasi yang tersungkur karena berbagai macam masalah kultural dan struktural. Problem kultural dan struktural tersebut saling berkelindan satu sama lain membentuk masalah-masalah baru yang mengakar dan pada akhirnya sulit untuk diselesaikan.
Pemerintah dengan segala sumber daya yang dimiliki harus memutuskan keputusan yang mampu menerobos ketertinggalan namun tanpa membuat kesenjangan kualitas yang semakin lebar karena yang ditakutkan kebijakannya diskriminatif (hanya menyentuh sekolah-sekolah tertentu atau bersifat elitis).
Pengenalan AI dan Coding merupakan respon yang baik agar setidaknya terdapat generasi emas muda Indonesia yang memiliki keahlian tinggi dalam bidang teknologi. Hadirnya AI mampu menjadi pisau bermata dua. Satu sisi mampu memberikan bantuan untuk memecahkan masalah. Namun, di sisi lain menyebabkan otak siswa menjadi ketergantungan yang akan membangun karakter malas berpikir lebih jauh. Padahal, sebenarnya bisa saja dikerjakan tanpa bantuan teknologi tersebut.
Human touch akan tetap sangat penting dalam pendidikan karena setinggi apa pun teknologi yang digunakan manusia, tetap membutuhkan kedalaman yang tidak dapat disentuh teknologi sekalipun. Maka, political will yang baik adalah bagaimana keputusan yang diambil mampu menyentuh berbagai macam lapisan dan struktur sosial untuk sama-sama membangun kehidupan sosial yang lebih baik. [*]