Akibat saluran pembuang (parit) jalan tidak berfungsi, jalan kota Bireuen kawasan Lampu Merah Simpang Empat Bireuen terendam banjir.

KABAR BIREUEN – Hujan deras yang mengguyur pergunungan Juli dan kota Bireuen Sabtu petang (2/5/2020)  Kota Bireuen dan Desa Pulo Ara, Desa Bireuen Meunasah Capa Kecamatan Kota Juang dan Desa Cot Meurak , Kecamatan Juli terendam banjir kiriman.

Faktor utama penyebab terendamnya Kota Bireuen ratusan rumah penduduk di Desa Pulo Ara, Desa Cot Meurak dan Desa Meunasah Bireuen Capa akibat tidak  berfungsinya parit jalan negara jalan Bireuen – Takengon dan perluasan jalan negara Bireuen – Takengon sepanjang 1,5 km dan parit jalan negara Banda Aceh – Medan  sepanjang satu kilometer  dari Simpang Pulo Ara hingga Titi Rumbia Kota Bireuen  tidak berfungsi.

Keuchik Gampong Pulo Ara H Ridwan Azizi,SH bersama perangkat Desa Drs Nurdin Al Mehram kepada Kabar Bireuen  mengatakan, warga Desa Pulo Ara Geudong Teungoh setiap musim penghujan belum terbebas dari langganan banjir.

Ratusan rumah penduduk di Desa Pulo Ara, Desa Cot Meurak dan Desa Bireuen Meunasah Capa yang berlokasi di lintasan jalan Bireuen – Takengon Sabtu petang (2/5/2020) menjelang berbuka puasa kalang kabut terendam banjir kiriman.

Keuchik bersama perangkat Desa Pulo Ara Geudong Teungoh, Kecamatan Kota Juang telah melakukan penelusuran  ke lokasi jalan Bireuen – Takengon dan jalan Banda Aceh – Medan, faktor utama penyebab banjirnya Kota Bireuen, Desa Pulo Ara, Desa Cot Meurak dan sebagian Desa Bireuen Meunasah Capa akibat tidak berfungsinya saluran pembuang parit jalan negara.

Dikatakan, dalam tahun 2019 lalu pihak Dinas terkait Provinsi Aceh melakukan perluasan jalan Bireuen – Takengon sepanjang 1,5 kilometr. Parit jalan kedua sisi badan jalan negara dari Desa Cot Meurah – Simpang IV Kota Birteuen  sebelumnya dengan lebar dua meter sudah dipersempit menjadi satu meter dengan sistem saluran pembuang (parit) tertutup.

Menurut Nurdin Al Mehram, saluran pembuang (parit)  jalan Bireuen – Takengon dan jalan Banda Aceh – Medan  yang semula dengan lebar dua meter jangan dipersermpit dan jangan tertutup, harus terbuka, jika salurannya tersumbat sampah dapat dibersihkan dengan gotong royong masyarakat desa setempat yang dilintasi saluran pembuang (parit) jalan negara.

“Warga tiga desa tersebut menyampaikan keluhannya kepada  Gubernur Aceh Nova Iriansyah agar menegur pihak Dinas terkait Provinsi Aceh untuk memfungsikan kembali saluran pembuang (parit) jalan negara jalan Bireuen – Takengon dan jalan Banda Aceh – Medan,” katanya.

Hal ini untuk mencegah  agar Kota Bireuen, Desa Pulo Ara,Desa Cot Meurak dan sebagian Desa Meunasah Capa termasuk lokasi komplek Masjid Agung Sultan Jeumpa yang berlokasi di jalan Bireuen – Tekengon tidak lagi terendam banjir.

“Perlu kami informasikan kepada Dinas terkait Provinsi Aceh yang berwenang dalam melakukan pelabaran jalan dan saluran pembuang (parit) jalan negara, bahwa volume banjir pergunungan Kecamatan Juli sangat tinggi harus memeiliki saluran pembuang yang memadai,” sebut Nurdin.

Karena Kota Bireuen dan beberapa desa sekitarnya, di Selatan kota Bireuen  yang diairi Krueng Peusangan dan Waduk Desa Peuraden yang tanggulnya sudah puluhan tahun patah menjadikan volume banjir kota Bireuen dan desa-desa sekitarnya sangat tinggi.

“Ini  perlu mendapat pertimbangan khusus agar perluasan jalan dan saluran pembuang (parit) jalan Bireuen – Takengon dan jalan Banda Aceh – Medan jangan menimbulkan malapetaka banjir terhadap masyarakat sekitarnya,” harap Keuchik Pulo Ara.

Sementara Nurhayati salah seorang ibu rumah tangga warga Desa Pulo Ara yang ditermui Kabar Bireuen di kediamannya setelah hujan deras reda bersama anak dan cucunya terlihat sangat kalang kabut menyelamatkan perabotan rumah tangga agar tidak terendam  banjir.

Dikatakan, selama perluasan jalan negara  dan saluran pembuang (parit) jalan Bireuen – Takengon  tidak berfungsi setiap musim hujan telah menimbulkan malapetaka banjir terhadap warga sekitarnya perlu mendapat perhatian pihak dinas terkait Provinsi Aceh. (H.AR Djuli).