KABAR BIREUEN, Bireuen – Kantor Urusan Agama (KUA) Gandapura menyalurkan paket Ramadhan kepada keluarga kurang mampu di Desa Paloh, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen. Bingkisan berupa bahan kebutuhan pokok dan santunan uang ini diserahkan Kepala KUA Gandapura, Abdul Halim Mubary, S.HI, M.Kom.I, kepada keluarga Sumardi, Selasa (18/3/2025).
Penyerahannya di Paloh karena keluarga Sumardi yang berasal dari Desa Cot Tufah, Kecamatan Gandapura, sementara ini menetap di rumah mertuanya. Masalahnya, anak sulung mereka, Khairuttamami (10), sedang sakit parah dan harus menjalani perawatan rutin.
“Setelah anak kami ini menjalani operasi amputasi kakinya di atas lutut setahun lalu, kami lebih banyak tinggal di rumah orang tua istri, karena lebih dekat ke Bireuen jika sewaktu-waktu perlu bantuan medis,” terang Sumardi.
Dia terharu dengan adanya bantuan bingkisan dan santunan dari KUA Gandapura. “Semoga Allah membalas semua kebaikan pegawai KUA yang telah menyantuni keluarga kami ini,” ucap Sumardi.
Sumardi memiliki dua anak. Namun anak tertuanya yang laki-laki, Khairuttamami, saat ini sedang menjalani perawatan rutin, setelah kaki kirinya diamputasi setahun lalu. Meski dalam kondisi memprihatinkan itu, Khairuttamami tetap bersekolah, walaupun secara daring.
“Tadi malam anak saya baru kami bawa pulang dari RSUD dr Fauziah Bireuen setelah menjalani perawatan selama seminggu di sana, karena adanya keluhan,” katanya lirih.
Istri Sumardi, Rosna yang tenaga honorer di Puskesmas Peusangan, menuturkan, setelah operasi amputasi, secara fisik kesehatan Khairuttamami menurun.
“Makan kurang nafsu dan tidur tidak nyenyak. Karena adanya keluhan dan rasa sakit atau nyeri yang sesekali muncul,” ungkap Rosna.
Dijelaskan Sumardi, anaknya itu terpaksa harus menjalani amputasi di atas lutut kirinya, karena didiagnosa mengidap kanker tulang. Hampir tiap bulan ada saja biaya yang harus dikeluarkan, baik itu untuk pengobatan maupun biaya tak terduga lainnya.

Khairuttamami sudah beberapa kali dibawa ke RSUD Sultan Abdul Azizsyah, Peureulak, Aceh Timur, untuk terapi tulang. Dia harus dibawa berobat ke sana karena untuk terapi tulang di Aceh, hanya ada di Peureulak dan Banda Aceh.
“Jika kondisinya sudah memungkinkan, anak saya harus memakai kaki palsu untuk bisa berjalan,” sebut Sumardi.
Menurut Sumardi, untuk memenuhi semua kebutuhan berobat anaknya tersebut, selama ini terkadang dibantu pihak keluarga dan kerabat dekat. Kalau sudah mendesak, dia terpaksa meminjam uang kepada keluarganya.
“Karena tidak semua biaya perawatan ditanggung BPJS. Ada juga peralatan medis harus kita beli sendiri yang terkadang harganya mencapai jutaan rupiah,” ujar Rosna, seraya menatap sendu anaknya iu.
Selama Khairuttamami sakit, lanjut Rosna, dirinya dan suami lebih banyak menghabiskan waktu menemani buah hati mereka. Sehingga, jarang masuk kerja yang dengan sendirinya pendapatan juga turut berkurang.
Di sisi lain, Sumardi bersama istri sedang mengupayakan agar Khairuttamami bisa berjalan kembali, meski dengan kaki palsu. Namun, mengingat harga kaki palsu mahal, untuk saat ini mereka harus mengubur dulu impian tersebut. Meski begitu, mereka tidak berputus harapan.
“Siapa tahu mungkin ada para dermawan di luar sana yang bermurah hati, sehingga anak saya dapat berjalan kembali meski dengan kaki palsu,” gumam Sumardi lirih.
Kepala KUA Gandapura, Abdul Halim Mubary, turut prihatin dengan kondisi yang sedang dihadapi Sumardi. Terlebih, Sumardi juga masih tercatat sebagai Penyuluh Agama Islam Honorer di KUA Gandapura.
“Kami menggunakan momen Ramadhan kali ini untuk saling berbagi. Kebetulan Kemenag Bireuen setiap bulan Ramadhan menggelar Festival Ramadhan, di antaranya menyantuni keluarga kurang mampu,” jelas mantan Kepala KUA Makmur ini. (Suryadi)









