
Oleh: Anwar, S.Ag, M.A.P
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen
KOTA santri merupakan lingkungan yang berbasis nilai-nilai Islam dengan pondok pesantren (dayah) sebagai pusat pendidikan agama dan moral.
Dalam konteks komunikasi politik, kota santri memiliki pendekatan yang khas karena berlandaskan pada ajaran Islam, adab dan kearifan lokal.
Berikut beberapa aspek penting yang coba dirangkum dari berbagai sumber murni untuk bahan edukasi terkait “Etika Komunikasi Politik Dalam Ranah Kota Santri”, mudah-mudahan jadi model untuk Kabupaten Bireuen serta menghindari ghibah di bulan suci Ramadhan ini.
1. Kejujuran dan Transparansi
Komunikasi politik yang sesuai dengan Kota Santri harus didasarkan pada kejujuran sebagaimana ajaran Islam yang menekankan kejujuran sebagai bagian dari akhlak mulia. Transparansi dalam penyampaian informasi kepada masyarakat harus menjadi prioritas untuk menghindari fitnah dan hoaks.
2. Santun dan Beradab
Komunikasi politik dalam ranah kota santri harus mencerminkan nilai-nilai kesantunan dan kelembutan sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan sunnah. Hindari ujaran kebencian, fitnah dan provokasi yang dapat memecah belah umat.
3. Musyawarah dan Konsensus
Dalam tradisi kota santri, setiap keputusan politik sebaiknya diambil melalui musyawarah dengan prinsip syura (berkonsultasi). Komunikasi politik selalu mengedepankan kepentingan umat daripada kepentingan individu atau kelompok tertentu.
4. Menjaga Ukhuwah Islamiyah
Etika komunikasi politik harus memperkuat persatuan umat Islam dan menghindari perpecahan.
Politik yang berbasis kota santri harus mengutamakan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah) tanpa mengabaikan keberagaman yang ada. Kolaborasi lintas partai dan antara eksekutif dan legislatif menjadi sangat penting untuk keharmonisan pembangun masa depan.
5. Mengutamakan Kemaslahatan Umat
Komunikasi politik harus diarahkan untuk kepentingan umat, bukan sekadar ambisi kekuasaan kepentingan segelintir kelompok.
Dalam perspektif kota santri, pemimpin dan politisi harus menjadi pelayan umat yang siap mengemban amanah dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.
6. Menjauhi Politik Praktik Kotor (Money Politics dan Hoaks)
Politik uang dan penyebaran berita bohong bertentangan dengan ajaran Islam dan tradisi dayah sebagai pondasi kota santri.
Komunikasi politik harus berdasarkan dalil dan fakta, bukan manipulasi informasi untuk keuntungan kelompok tertentu.
7. Menghormati Perbedaan Pendapat
Dalam Islam, perbedaan adalah rahmat. Oleh karena itu, dalam komunikasi politik, perbedaan pendapat harus disikapi dengan bijaksana dan tetap dalam bingkai persaudaraan.
Sikap toleran dan saling menghormati sangat ditekankan dalam komunikasi politik kota santri.
Dengan mengedepankan etika komunikasi politik yang berbasis nilai-nilai Islam dan tradisi dayah, kota santri dapat menjadi model komunikasi politik yang santun, beradab, dan berorientasi pada kemaslahatan umat.
Jikapun belum mampu melaksanakan sesuai harapan, Islam menganjurkan “Falyakul Khairan au liyasmut” (katakan yang baik atau diam) itu jauh lebih baik. [*]