
ACEH kini tengah diliputi duka mendalam atas kepergian seorang ulama besar, Tgk. H. Usman Ali atau lebih dikenal dengan Abu Kuta Krueng. Beliau pimpinan Dayah Darul Munawwarah di Kuta Krueng, Pidie Jaya, sebuah lembaga pendidikan Islam yang menjadi rujukan utama bagi umat Islam di Aceh dan sekitarnya.
Abu Kuta Krueng menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis, 13 Februari 2025 pukul 04.30 WIB di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) di Banda Aceh, setelah menjalani perawatan intensif. Beliau meninggalkan kita dalam usia 85 tahun.
Kehilangan ulama tasawuf itu bukan hanya dirasakan masyarakat Aceh, tetapi juga oleh umat Islam di berbagai penjuru dunia. Selama hidupnya, Abu Kuta Krueng mengabdikan diri sepenuh hati di dunia pendidikan, membimbing ribuan santri, serta berperan aktif dalam menjaga moral dan nilai-nilai keislaman di tanah Aceh. Keilmuan dan kharisma beliau menjadikannya begitu dihormati, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hingga ke luar negeri.
Abu Kuta Krueng adalah sosok ulama yang dikenal cerdas dan berwibawa. Beliau menempuh pendidikan di Dayah MUDI Mesra Samalanga, Kabupaten Bireuen, sebuah lembaga pendidikan Islam terkemuka di Aceh. Di sana, beliau dikenal memiliki kepribadian yang kuat serta kemampuan luar biasa dalam menyerap ilmu agama.
BACA JUGA:Ā Obituari Tu Sop: Perginya Ulama Pejuang Kebaikan dan Perubahan
Pada tahun 1964, beliau mendirikan Dayah Darul Munawwarah di Kuta Krueng. Dengan dedikasi yang tinggi, dayah tersebut berkembang pesat dan kini menjadi pusat pendidikan Islam yang dihuni sekitar 5.000 santri dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari mancanegara. Peran besar beliau dalam dunia pendidikan menjadikan namanya harum di kalangan ulama dan masyarakat.
Peran di Masyarakat dan Politik
Selain sebagai pemimpin dayah, Abu Kuta Krueng juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Beliau sering mengisi pengajian yang menjadi rujukan bagi masyarakat Aceh dalam memperdalam ilmu agama. Selain itu, beliau juga berkiprah di dunia politik sebagai anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) serta terlibat aktif dalam Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Pidie Jaya pada periode 2012-2017.
Beliau juga dikenal sebagai salah satu pembina Dewan Syuyuh Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), yang semakin menegaskan dedikasi beliau dalam membina dan menjaga tradisi keilmuan Islam di Aceh. Peran beliau di berbagai bidang ini menjadikan Abu Kuta Krueng sebagai sosok yang tak hanya berpengaruh dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan politik umat Islam di Aceh.
Kepribadian Abu Kuta Krueng yang lemah lembut dan penuh kasih sayang menjadi salah satu ciri khasnya dalam mendidik santri. Beliau tidak pernah menerapkan hukuman berat, melainkan lebih memilih pendekatan yang lembut dan bijaksana. Metode pengajaran ini menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan penuh kenyamanan bagi para santrinya.
BACA JUGA:Ā In Memoriam Abu Tumin: Berpulangnya Sosok Ulama Tempat Bertanya
Tak hanya itu, Abu Kuta Krueng juga dikenal sebagai tempat bertanya dan meminta nasihat oleh masyarakat. Banyak orang datang ke rumahnya untuk mencari petunjuk dan doa, karena mereka melihat beliau sebagai sosok yang bijak dan penuh kebijaksanaan. Keberadaan beliau menjadi penerang bagi banyak orang yang mencari bimbingan dalam menjalani kehidupan.
Wafatnya Abu Kuta Krueng meninggalkan duka yang dalam bagi masyarakat Aceh. Namun, warisan ilmu dan nilai-nilai yang beliau ajarkan akan terus hidup dalam diri para santri dan masyarakat yang pernah beliau bimbing. Perjuangannya dalam menjaga syiar Islam akan terus dikenang dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Aceh kehilangan seorang ulama kharismatik, tetapi semangat dan ajarannya akan tetap abadi. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadahnya dan menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin. (Suryadi)