Sawah di Paya Jungkat dalam wilayah Desa Leubu Mesjid, Kecamatan Makmur yang belum dibajak. (Foto: Faisal Ali/Kabar Bireuen)

KABAR BIREUEN, Makmur – Camat Makmur, Mukhsen, S.Ag, telah mengirimkan surat terkait perselisihan tapal batas desa antara Leubu Mesjid dengan Tringgadeng ke Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) Bireuen, Jumat (21/6/2024) lalu.

Camat Mukhsen yang dikonfirmasi media ini terkait hal tersebut, Selasa (25/6/2024), mengatakan, surat itu sudah diserahkan ke pihak kabupaten. Sekarang tinggal menunggu jawaban mereka.

“Kita sudah kirim surat ke Bagian Pemerintahan Setdakab Bireuen. Kita tunggu saja jawabannya,” ucap Mukhsen.

Menurut Mukhsen, surat tersebut intinya berisikan permintaan penyelesaian tapal batas antara dua desa yang berakibat mengganggu aktivitas para petani di sekitarnya. Permasalahan itu, diharapkan dapat diselesaikan oleh pihak kabupaten.

Sebelumnya, masalah ini sudah pernah dimediasi Muspika setempat pada Rabu (12/6/2024). Namun, saat itu belum ada titik temu. Makanya, kedua belah pihak menginginkan persoalan perselisihan tapal batas ini diselesaikan pihak kabupaten.

“Muspika Makmur mengharapkan Kabag Pemerintahan supaya lekas turun ke kecamatan Makmur untuk menyelesaikan persoalan ini,” pinta Mukhsen.

Irwan, seorang petani di sana menyampaikan, permasalahan tersebut agar segera diselesaikan dalam minggu ini. Mengingat, sekarang sedang masa turun ke sawah. Bahkan, yang lain ada yang sudah mulai menanam padi.

BACA JUGA: Camat Makmur Mediasi Kisruh Tapal Batas Desa Leubu Mesjid dengan Trienggadeng

“Kami sangat mengharapkan agar mereka turun segera, mengingat sawah petani di Paya Jungkat belum dibajak,” ungkap Irwan.

Di sisi lain dia juga menjelaskan, sekarang ini petani menggunakan air tadah hujan dengan mengandalkan air hujan dari Krueng Leubu. Kalau ada air di Krueng Leubu, baru bisa menanam padi.

“Kalau tidak ada, ya apa boleh buat. Apalagi, sudah dua kali panen hasilnya tidak normal,” ujar Irwan

Menurut dia, masyarakat petani di sana ada yang cuma bermata pencarian di sawah. Mereka hanya bergantung hidup dari bertani di sawah.

“Karena itu, kami mohon Bagian Pemerintahan Bireuen cepat ke tempat tapal batas, agar permasalahan itu segera selesai,” harapnya.

Mengingat, di Makmur belum ada irigasi. Makanya petani khawatir, kalau tidak lagi musim hujan, areal sawah mereka kering. Akibatnya, petani tidak bisa bercocok tanam. (Faisal Ali)