Jumat, 11 Juli 2025

Menyelami Kedamaian Dalam Deru Ombak Penyejuk Jiwa

M. Zubair, S.H.,M.H.
ASN Pemkab Bireuen

Deru Ombak Penyejuk Jiwa
Oleh: M. Zubair

Pagi itu awan dingin mengelantung di atas pantai Ujong Blang,
Deru ombak dan perahu nelayan berpacu mencapai darat,
Anak-anak menikmati permainan pasir pantai,
Sekali-sekali disapu ombak yang membuat riuh riang bocah-bocah itu.

Suasana ceria pengunjung pantai sambil menikmati kuliner ringan,
Sunguhan penjaja makanan menjadi lebih syahdu suasana hati,
Hari libur menjadikan pantai tempat melepas lelah,
Lelah dari kesibukan sehari-hari yang seolah-olah telah merengut kebebasan jiwa.

Wahai deru ombak, bisikmu lirih,
Membasahi kaki-kaki insan yang melintas di pinggir pantai,
Setiap gemuruhmu, menjadi irama penyejuk bathin,
Bagi jiwa yang kering karena mengejar duniawi.

Nyayianmu ombak membisikkan damai dalam deru yang dalam,
Kau luluhkan pikiran kacau tentang semarautnya kehidupan dunia fana,
Kau koyakkan duka dalam iramamu yang indah,
Menyembuhkan tanpa rasa sakit.

Deru ombak menyejuk jiwa,
Menyentuh kalbu yang lama hampa,
Riuhmu bukan sekedar suara alam yang dirindukan,
Tapi menjadi penyadar kuasa Allah yang patut disyukuri dalam doa.

Pantai Ujong Blang Bireuen, 21 Juni 2025

PUISI tersebut menggambarkan refleksi jiwa ketika mengunjungi pantai untuk melepas penat dari kesibukan rutinitas sehari-hari yang selalu dilakoni ummat manusia. Hidup di zaman digital dewasa ini yang serba instan telah membuat banyak orang merasa tertekan, cemas, bahkan terasa kehilangan makna hidup. Tekanan pekerjaan, rutinitas harian yang menoton serta paparan informasi yang tidak henti-hentinya membuat manusia mudah lelah secara fisik maupun bathin.

Di tengah hiruk pikuk itu, alam menawarkan pelarian dengan cara sederhana namun mempunyai makna mendalam karena dapat meneduhkan jiwa. Tawaran tersebut yaitu sekedar menikmati deru ombak sebagai suara alam yang menenangkan sekaligus menyentuh sisi terdalam jiwa manusia. Suara riuh deru air diterpa angin yang menghantam pantai dapat menjadi nyanyian abadi yang menjadi pesan kedamaian, keheningan dan penyembuh luka bathin.

Tuilsan ini saya rilis saat menikmati suasana pantai Ujong Blang Bireuen pada Sabtu pagi 21 Juni lalu bersama keluarga untuk melepas lelah setelah lima hari bergelut dengan dunia kerja. Pilihan pantai tempat santai karena laut mempunyai entitas tersendiri sekaligus penuh kebijaksanaan. Ketika memandang lautan yang membentang tanpa batas, kita seperti diingatkan bahwa kehidupan juga memiliki kedalaman dan ketidakterdugaan yang sama. Dalam gelombang laut, kita belajar tentang naik turunnya hidup yang kita alami. Adakalanya laut tampak tenang seperti kaca, namun tidak jarang ia bergelora membawa badai. Seperti itulah kehidupan, damai dan badai datang silih berganti.

Namun di balik gelombang itu ada kedamaian yang tetap sunyi dengan penampakan ombak bergerak hanya dipermukaan, sementara di dasar laut tetap tenang, hening dan misterius. Inilah pelajaran penting bagi manusia zaman now, bahwa di tengah segala riuh dan gelombang kehidupan, kita perlu menemukan “kedamaian bathin” tempat di mana jiwa tetap tenang tak terusik oleh guncangan luar. Deru ombak menjadi pengingat akan pentingnya kembali kepada sang khalik agar menjadi ketenangan yang hakiki.

Apa yang saya tulis sebagai reportase ini juga didukung oleh banyak penelitian psikologi dan kesehatan yang membuktikan bahwa berada di dekat laut atau mendengar suara ombak dapat memberikan efek menenangkan. Suara ombak menstimulasi otak untuk melepaskan gelombang alfa yang berkaitan dengan rasa relaksasi dan kondisi mediatif. Tak heran jika terapi suara alam termasuk suara ombak, semakin banyak digunakan dalam peraktik meditasi, yoga dan penyembuhan psikis.

Suara ombak memiliki ritme yang alami, tidak terburu-buru namun terus berulang seperti mengajak jiwa yang gundah untuk kembali pada irama kehidupan yang sebenarnya menurut tuntunan agama. Dalam kehidupan yang serba tergesa, deru ombak seolah membisikkan pesan, “tenanglah semua akan berlalu”. Dalam setiap deburan, ada sapaan lembut dari alam yang mengajak kita untuk melepaskan segala beban pikiran dan hanya hadir sepenuhnya moment yang sedang dinikmati sekarang.

Dalam deru ombak laut, kita juga dapat menemukan makna dalam kesunyian, sebagaimana banyak penyair, pelukis dan filusuf yang menemukan inspirasi dari lautan. Hal ini bukan tanpa alasan, laut dengan segala kebesaran dan ketenangannya ciptaan Allah yang maha kuasa membangkitkan rasa kagum kagum sekaligus kerendahan hati. Maka dengan makna ketenangan laut itu kita harus bersyukur akan nikmat-Nya, apabila tidak bersyukur maka dengan kekuasaan Allah laut juga akan beringas seperti yang pernah kita rasakan musibah tsunami dimana laut meluap meluluh lantahkan dunia.

Saat seseorang duduk di tepi pantai memandangi cakrawala dan mendegarkan deru ombak. Ia sedang berada dalam percakapan diam dengan alam semesta. Di sanalah muncul kesadaran bahwa manusia hanyalah setitik kecil di tengah jagat raya yang luas. Dengan ada perasaan itu maka muncullah rasa syukur, keikhlasan dan penerimaan atas hidup ini. Kesunyian yang dibawa oleh suara ombak bukanlah kekosongan, melainkan ruang untuk mendengar suara hati sendiri. Di tengah keheningan itu, banyak orang menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini membebani diri mereka. Merenung di tepi pantai juga merupakan ziarah bathin dengan ombak menjdi petunjuk, pasir jadi alas dan langit menjadi tatapan untuk berdoa.

Selain itu di era digital ini, banyak orang merasa kehilangan jati diri karena terlalu banyak hal yang menyita perhatian. Hal itu disebabkan notifikasi, tuntutan media dan tuntutan hidup yang tinggi membuat kita lupa untuk sekedar diam, bernafas dan mendengarkan diri sendiri. Di sinilah pentingnya kembali ke alam, ke tempat-tempat sunyi seperti pantai untuk mengisi ulang energi kehidupan.

Berada di tepi pantai membiarkan kaki menyentuh pasir dan angin laut membelai wajah, adalah bentuk sederhana dari penyembuhan diri. Tidak ada teknik rumit, tidak ada syarat khusus, hanya perlu hadir ke alam terbuka terutama pantai. Deru ombak menyapu pantai menyambut kita apa adanya, memberi pelukan dalam keheningan yang hangat bagi jiwa yang letih.

Tentu tidak semua orang bisa setiap saat hadir ke pantai, namun bukan berati kedamaian laut tidak mampu menyelimuti dalam keseharian kita. Kita bisa menyimpan rekaman suara ombak dalam otak dan hati bersih serta mendengarnya setiap saat kita butuhkan. Mungkin juga dengan menata ruang pribadi kita dengan ornamen laut, seperti lukisan pantai, kerang, atau aroma laut yang dapat memicu ketenangan bathin. Lebih dari itu, kita bisa belajar dari filosofi ombak dalam menjalani hidup, bersiklus, lembut, namun kuat, tidak melawan tetapi tetap konsisten.

Ketika menghadapi masalah hidup, kita membayangkan diri seperti ombak yang terus kembali, tak kenal lelah namun tetap indah dalam gerakannya. Dengan demikian kedamaian tidak lagi bergantung pada tempat, tetapi menjadi kualitas yang tumbuh dari dalam diri kita masing-masing. [*]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BACA JUGA

KABAR TERBARU

Siap-siap! Berkas Perkara Studi Banding BKAD Peusangan Raya Telah Dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor

0
KABAR BIREUEN, Bireuen – Kejaksaan Negeri (Kejari) Bireuen telah melimpahkan berkas perkara dugaan tindak pidana korupsi dalam kegiatan studi banding yang dilaksanakan oleh Badan...

Hadapi Dinamika Sosial, Wabup Bireuen Dukung Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik di USK

0
KABAR BIREUEN, Bireuen – Wakil Bupati (Wabup) Bireuen, Ir. H. Razuardi, MT, menyambut positif hadirnya Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) di Universitas...

KPI Aceh dan IAIN Takengon Gelar Literasi Media kepada Mahasiswa

0
KABAR BIREUEN, Takengon – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh bersama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon menggelar literasi media dengan tema "Meningkatkan kapasitas generasi...

Produksi Uang Palsu Gunakan Laptop dan Printer, Dua Tersangka Dilimpahkan ke Kejari Bireuen

0
KABAR BIREUEN, Bireuen - Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bireuen menerima pelimpahan tersangka dan barang bukti (tahap II) kasus tindak pidana uang...

Bersama Forkopimda, Bupati Bireuen Tanam Jagung Serentak di Lahan Perhutanan Sosial

0
KABAR BIREUEN, Juli - Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST bersama Forkopimda melakukan penanaman simbolis program Penanaman Jagung Serentak Kuartal III dan Penanaman Jagung di...

KABAR POPULER

Ada Mobil Mewah, Ini Sejumlah Barang Bukti ‘Ratu Narkoba’ yang Diperiksa Jaksa dan Hakim

0
KABAR BIREUEN, Bireuen  – Barang bukti milik ‘ratu narkoba’, Nyonya N, diperiksa secara langsung oleh tim Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Bireuen bersama Majelis...

Janji Tak Kunjung Terpenuhi, HRD Kembali Minta Menhub Segera Realisasikan Pengembangan Bandara Malikussaleh

0
KABAR BIREUEN, Jakarta – Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB), H. Ruslan Daud, kembali meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk...

LPG 3 Kg Langka di Pasaran, Begini Penjelasan Pejabat Disdagperinkop Bireuen

0
KABAR BIREUEN, Bireuen - Masyarakat Kabupaten Bireuen mengeluhkan kelangkaan LPG tabung 3 kg bersubsidi di tingkat pangkalan. Seperti diungkapkan seorang ibu rumah tangga di Kota...

Produksi Uang Palsu Gunakan Laptop dan Printer, Dua Tersangka Dilimpahkan ke Kejari Bireuen

0
KABAR BIREUEN, Bireuen - Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bireuen menerima pelimpahan tersangka dan barang bukti (tahap II) kasus tindak pidana uang...

Tahun Ini Pemkab Bireuen Bangun Gedung Rawat Inap Puskesmas Cot Ie Ju

0
KABAR BIREUEN, Peusangan - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen telah mengalokasikan anggaran pembangunan gedung rawat inap Puskesmas Cot Ie Ju, Kecamatan Peusangan. Hal itu disampaikan Bupati...