Oleh: RAIHAN ARIANI
Mahasiswi Universitas Serambi Mekkah
Prodi: Komunikasi Penyiaran Islam
TRADISI Khanduri Blang merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat Aceh yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, spiritualitas, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan menjelang musim tanam padi, sebagai bentuk doa bersama untuk memohon keselamatan dan hasil panen yang melimpah. Lebih dari sekadar ritual, Khanduri Blang adalah cerminan kearifan lokal yang memiliki makna sosial dan spiritual yang mendalam.
Dalam praktiknya, Khanduri Blang memperkuat tali silaturahmi antarwarga. Semua elemen masyarakat turut serta dalam mempersiapkan makanan, mengadakan doa bersama, dan bekerja sama tanpa melihat perbedaan status sosial. Tradisi ini mengajarkan semangat gotong royong yang semakin langka di era modern yang cenderung individualistis.
Selain itu, Khanduri Blang juga mencerminkan kesadaran ekologis masyarakat Aceh. Melalui tradisi ini, petani menyadari bahwa keberhasilan pertanian tidak hanya bergantung pada kerja keras, tetapi juga pada doa, harapan, dan keharmonisan dengan alam. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap tanah dan rezeki yang dikandungnya.
Namun, tantangan yang dihadapi hari ini adalah lunturnya minat generasi muda terhadap tradisi seperti ini. Modernisasi dan perkembangan teknologi sering membuat tradisi dianggap kuno atau tidak relevan. Padahal, jika dikemas dengan baik dan dijelaskan maknanya, Khanduri Blang bisa menjadi sumber pendidikan karakter dan identitas budaya yang kuat bagi generasi mendatang.
Oleh karena itu, pelestarian Khanduri Blang sangat penting. Pemerintah daerah, tokoh adat, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan tradisi ini tetap hidup, misalnya melalui integrasi dalam kurikulum lokal, festival budaya, atau dokumentasi digital. Melestarikan Khanduri Blang bukan hanya menjaga budaya, tetapi juga mempertahankan jati diri Aceh sebagai masyarakat yang religius, bersatu, dan mencintai alam. [*]