H. Ruslan M. Daud (HRD) mendampingi Syekh Hasanoel Bashry (Abu Mudi) pada acara Maulid Akbar dan Pelantikan Pengurus Tastafi Cabang Jakarta, di Aula Serbaguna Komplek Perumahan DPR RI Kalibata Jakarta Selatan, Jumat, 7 Februari 2020. (FOTO; FACHRUL RAZI)

KABAR BIREUEN – Pengurus Tastafi (Tasawuf, Tauhid dan Fiqih) Pusat, H. Ruslan M. Daud (HRD), mendampingi Syekh Hasanoel Bashry pada acara Maulid Akbar dan Pelantikan Pengurus Tastafi Cabang Jakarta, di Aula Serbaguna Komplek Perumahan DPR RI Kalibata Jakarta Selatan, Jumat, 7 Februari 2020.

HRD yang juga anggota Komisi V DPR RI Fraksi PKB ini, menyatakan, siap mendukung kegiatan pengurus Tastafi Cabang Jakarta dalam rangka mengembangkan misi penyelamatan ummat Islam dari pengaruh aliran sesat.

Seiring dengan itu, Abu Syekh H. Hasanoel Bashry (Abu Mudi) saat membai’at puluhan pengurus Tastafi Cabang Jakarta, menyampaikan tentang perlunya ikhtiar kita dalam membentengi ummat Islam dari liberalisme, sekularisme dan pluralisme.

Abu Mudi menerangkan, kita menolak liberalisme agama, karena memahami Al-Quran dan Sunnah dengan menggunakan akal pikiran yang bebas. Hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.

Selain liberalisme, sebut Abu Mudi, ada juga paham sesat yaitu sekularisme agama. Pemahaman ini, katanya, memisahkan urusan dunia dari agama. Agama hanya dipakai untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur berdasarkan kesepakatan.

Lebih lanjut Abu Mudi juga menjelaskan tentang pentingnya membentengi ummat dari aliran pluralisme agama, karena paham ini mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan kebenaran setiap agama adalah relatif.

“Paham ini juga melarang setiap pemeluk agama mengklaim hanya agamanya saja yang benar, sedangkan agama yang lain salah. Pemahaman ini sungguh menyesatkan, kita harus menghalaunya dengan kegiatan pengajian Tastafi,” tegas Abu Mudi.

FOTO: FACHRUL RAZI

Menurut Pimpinan Dayah Mahadal Ulum Diniyah Islamiah (Mudi) Mesjid Raya (Mesra) Samalanga, Bireuen ini, liberalisme, sekularisme dan pluralisme agama serta beberapa paham lainnya yang bersumber dari negara barat, telah membelokkan ajaran Islam sedemikian rupa. Sehingga, menimbulkan keraguan ummat terhadap aqidah dan ibadah dalam Islam.

Misalnya, pemikiran tentang relativisme agama, penafian dan pengingkaran adanya hukum Allah, serta menggantikannya dengan hukum-hukum hasil pemikiran akal semata.

Penafsiran agama secara bebas dan tanpa kaidah penuntun ini, sebut Abu Mudi, telah melahirkan paham Ibahiyah (menghalalkan segala tindakan) yang berkaitan dengan etika dan agama serta dampak lainnya.

Relativisme agama semacam ini, menurut Abu Mudi, jelas dapat mendangkalkan akidah. Paham pluralisme dengan pengertian setuju untuk berbeda serta adanya klaim kebenaran masing-masing agama, telah dibelokkan kepada paham sinkretisme (penyampuradukkan ajaran agama), bahwa semua agama sama benar dan baik. Hidup beragam dinisbatkan seperti memakai baju dan boleh berganti-ganti.

“Aliran pemikiran tersebut telah menyimpang dari sendi-sendi ajaran Islam dan merusak keyakinan serta pemahaman masyarakat terhadap ajaran agama Islam. Karena itu, kita yang bergabung dalam Tastafi ini, perlu bersikap tegas terhadap berkembangnya pemikiran tersebut,” ajak inisiator pengajian Tastafi ini. (Suryadi)