KABAR BIREUEN – Pemerintah Gampong Mesjid, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, menggelar sosialisasi tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau anak spesial.

Sosialisasi tersebut berlangsung di Meunasah Gampong Mesjid, Minggu (18/7/2021).

Keuchik Gampong Mesjid, Syarifuddin, SP., MSM mengatakan, sosialisasi tentang ABK ini untuk mewujudkan masyarakat yang ramah anak spesial.

Kata Keuchik Syarifuddin, pemahaman tentang keberadaan anak berkebutuhan khusus terhadap masyarakat, dan utamanya orang tua dan keluarga perlu ditingkatkan.

“Tujuannya, untuk mendukung terciptanya lingkungan yang ramah ABK atau anak spesial,” katanya.

Ditambahkannya, tidak dapat dipungkiri jika masih banyak masyarakat yang berpandangan negatif terhadap kehadiran anak berkebutuhan khusus. Bahkan masih ada penolakan dengan kehadirannya.

“Tidak hanya penolakan dari masyarakat dan lingkungan sekitar. Penolakan bahkan justru berasal dari lingkungan paling dekat dengan anak, yakni keluarga dan orang tua,” tandas Syarifuddin.

Sementara Rusdiyanti Mayasari, S.Psi dari Lembaga Askana Psikologi yang menyampaikan materi pada kegiatan tersebut memaparkan tentang ABK. Dijelaskannya, setiap anak, terutama ABK, merupakan anak yang spesial.

“Kenapa mereka spesial? Karena di samping kekurangan yang mereka miliki, mereka juga memiliki kelebihan. Tidak ada seorang anakpun yang dapat memilih ataupun meminta mereka untuk dilahirkan, ataupun memilih seperti apa mereka ke depannya, dan bagaimana mereka dilahirkan. Pada hakikatnya setiap anak adalah pemenang,” sebutnya.

Orang tua yang dianugerahi ABK, lanjutnya, merupakan orang tua luar biasa.

“Karena di sanalah kesabaran dan ketabahan mereka diuji. Umumnya anak berkebutuhan khusus tidak mengerti dan belum bisa mengontrol perilaku mereka seperti anak yang lain,” jelas Rusdiyanti.

Menurutnya, tahap kehamilan sangatlah penting untuk diperhatikan, karena pada tahap itu janin dibentuk. Oleh karena itu ibu hamil harus menghindari stress dan konsumsi obat obatan.

Rusdiyanti juga menjelaskan, pemakaian kosmetik yang berlebihan karena mercury dapat mempengaruhi perkembangan sel-sel janin yang berpotensi besar untuk menyebabkan anak memiliki kebutuhan khusus.

“Contohnya penyakit campak pada ibu hamil dapat melahirkan bayi yang berkebutuhan pendengaran,” ujar Rusdiyanti.

Anak berkebutuhan khusus, katanya, dapat dideteksi ketika berusia dari 0 – 3 tahun, baik dari segi tatapan matanya, genggaman tangannya dan fungsi motorik organnya.

Jenis ABK, kata Rusdiyanti lagi, dibagi menjadi lima jenis, yaitu Tunarungu (anak yang memiliki kebutuhan terhadap pendengarang, Tunadaksa (anak yang memiliki kebutuhan khusus pada fisik), Tunanetra (anak yang memiliki kebutuhan pada penglihatan), Tunagrahita (anak yang memiliki hambatan belajar) dan Autism (anak yang memiliki kebutuhan pada sosial emosi).

“Anak berkebutuhan khusus rata rata memiliki tingkat agresivitas tersendiri seperti perilaku, marah, memberontak dan lainnya sebagainya biasanya ini disebabkan oleh makanan,” jelasnya.

Ia menyarankan ABK untuk menghindari konsumsi makanan yang manis manis, mengandung penyedap dan flenol.

“Makanan yang mengandung flenol merupakan makanan yang ketika dikupas akan lebam seperti pisang, apel dan pir,” urainya.

Setiap ABK, tambahnya, memiliki emosi, perasaan dan juga mereka memiliki cita cita tersendiri. Tergantung bagaimana perhatian orang tua dalam mengarahkan dan fungsi pendidikan yang maksimal.

Saat ini ABK menjadi pusat perhatian dan mereka juga mampu mendapat pekerjaan yang sama seperti anak lainnya sesuai dengan kemampuan ABK itu sendiri.

“Perilaku ABK yang dirasa perlu dimodifikasi dapat diterapkan dengan terapi, terdapat berbagai macam terapi dalam modifikasi perilaku ABK, termasuk terapi ABA (Applied Behavior Therapi), terapi Neurofeedback, terapi wicara dan Sensori Integrasi,” terang Rusdiyanti.

Kegiatan yang dibiayai dengan APBG Tahun Anggaran 2021 ini, turut dihadiri perangkat gampong serta remaja setempat.

Pada kesempatan itu turut diserahkan cenderamata kepada dua ABK. (Rizanur)