KABAR BIREUEN, Bireuen – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto, manfaatnya tidak hanya dinikmati oleh pelajar, tetapi juga berimbas pada penurunan angka pengangguran di daerah.
Seperti halnya di Kabupaten Bireuen. Saat ini, daerah pemekaran Kabupaten Aceh Utara ini telah aktif 13 dapur MBG di sejumlah kecamatan. Dari jumlah tersebut, diperkirakan telah menyerap kurang lebih 600 tenaga kerja dari warga lokal. Sebagai gambaran, setiap dapur merekrut 40 hingga 50 pekerja untuk berbagai zona tugas.
Salah seorang pengelola dapur MBG di Kota Matangglumpangdua, Kecamatan Peusangan, Hj. Asniah yang dihubungi Kabar Bireuen, Senin (22/9/2025), mengaku menampung 50 tenaga kerja pada dapur yang ia kelola.
“Alhamdulillah di tempat saya, ada 50 orang tenaga kerja tertampung. Mereka rata-rata orang miskin dan janda yang saya pekerjakan. Program ini (MBG) membawa manfaat untuk banyak orang,” kata Hj. Asniah.
Mantan Kepala SD Negeri 3 Percontohan Peusangan, Kabupaten Bireuen ini menambahkan, selain di Kecamatan Peusangan, ia juga mengelola dapur MBG untuk distribusi wilayah Kecamatan Jeumpa.
“Di Kecamatan Jeumpa juga kami tampung 50 pekerja, mulai petugas persiapan bahan, mengolah makanan, pengemasan dan distribusi sampai petugas cuci atau sanitasi. Selain menyerap tenaga kerja, pedagang sekitar juga berimbas, karena kami menampung pasokan bahan makanan termasuk sayur dari lokal,” ujar pensiunan tenaga pendidik ini.
Menyangkut persoalan di lapangan, menurut Asniah, hal kecil tetap ada, namun sebagai pengelola ia berupaya memberikan seperti harapan banyak orang.
“Hal kecil tetap ada. Apalagi kita melayani hampir 3.000 porsi setiap hari. Tetapi, kami tetap berupaya agar tidak menimbulkan masalah di lapangan,” sebutnya.
Jika ada makanan tidak layak konsumsi, lanjutnya, pihak pengelola wajib menggantinya. Kepada pihak sekolah, ia berharap, jika ada makanan yang didistribusi tidak layak konsumsi, segera menyampaikan kepada pengelola atau penanggung jawab dapur.
BACA JUGA: Ditemukan Belatung pada Menu MBG di SDIT Azkiya, Kajari Bireuen Turun Tangan
“Kalau makanan tidak layak dikonsumsi, laporkan kepada kami, dan langsung diganti. Kami juga terikat dengan aturan tentang pelaksanaan MBG, dan tidak boleh main-main, karena semua tahapan dalam penyediaannya diawasi ketat,” ungkapnya.
Hal sama diutarakan seorang pengelola dapur MBG di Kota Juang, Darwati, SP. Kata Darwati, dapur MBG yang ia kelola di Gampong Geulanggang Baro, Kecamatan Kota Juang, menampung 50 tenaga kerja lokal untuk menyediakan 2.609 porsi makanan bagi pelajar di tujuh sekolah.
Menyangkut isu adanya makanan tidak layak konsumsi di Sekolah IT Azkiya Bireuen yang mereka sediakan, Darwati memberi penjelasan terkait persoalan itu.
Kata Darwati, ulat yang ditemukan, bukan dari makanan atau sayuran. “Itu ulat buah dari salak yang ada dalam tempat makanan,” katanya.
Menurutnya, makanan yang bermasalah bukan dalam jumlah banyak. Diperkirakan, tidak melebihi 20 porsi.
“Kalau pihak sekolah menyampaikan kepada kami, bisa langsung diganti, tidak harus dibesar-besarkan, karena bukan disengaja. Lagi pula bukan semua tidak layak konsumsi. Kami juga mendistribusikan untuk enam sekolah lainnya, namun tidak ditemukan masalah seperti di Azkiya. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kami,” ucap Darwati.
Bagi siswa yang alergi lauk atau ikan, kata Darwati, pihaknya telah menyampaikan kepada kepala sekolah agar mendata peserta didik alergi makanan.
“Nanti kami akan menyiapkan makanan khusus bagi anak-anak yang alergi ikan,” pungkasnya. (Rizanur)