KABAR BIREUEN– Dua kakak beradik siswa SDIT Muhammadiyah Bireuen menyumbangkan uang hasil tabungannya untuk membantu memperbaiki teras Muraja’ah sekolahnya yang rusak akibat diterjang angin kencang Rabu sore (8/5/2019) lalu.

Abid dan Farah rela memecahkan celengannya untuk berinfaq di bulan Ramadhan  sebesar Rp 450 ribu.

Apa yang dilakukan Abid, siswa kelas 3b SDIT Muhamamdiyah Bireuen itu bersama sang kakak membuat kelapa sekolah tersebut terharu dan tak kuasa menahan tangis.

Rizki Dasilva, S.PD.I, MA , sang kepala sekolah kepada Kabar Bireuen, Rabu (15/5/2019) menyebutkan,  apa yang dilakukan Abid dan Farah mengajarkan tentang kecintaan akhirat kepada kita dengan memecahkan celengannya.

“Alhamdulillah, Bang Abid Kelas 3b, memecahkan uang celengan untuk teras Muraja’ah yang ditiup angin kencang kamaren. Sebagai kepala sekolah hari ini sangat terharu. Tiba-tiba air mata saya mengalir, padahal saya sudah berusaha menahan.tapi sulit rasanya,” katanya haru.

Dikatakannya, anak sekecil Abid bersama kakaknya, sudah terdidik menjadi pribadi yang shaleh. Inilah yang disebut keshalehan sosial.

“Barakallah bang Abid dan kak Farah. Selamat juga buat ayah dan ibunya,” ujar Rizki.

Rizki mengungkapkan, Abid bercerita kepadanya jika uang celengan ini sudah lama ditabung. apa yang dilakukan Abid tersebut membuat Rizki jadi gemetar, mengingat dirinya dan banyak orang yang dewasa justru mengabaikan berinfak. Apalagi dibulan Ramadhan.

“Abid berinfak Rp 450.000, bagi saya jumlah sumbangan Abid besar di usianya yang baru 8 tahun. Abid dan Farah mengajarkan kita tentang kecintaan akhirat dan menghilangkan kecintaan harta di dunia,” jelasnya.

Kecintaan kepada dunia yang berlebihan, katanya, membuat kita lupa diri. Bahwa kematian itu pasti akan datang. Hanya amalan di dunia yang bisa menolong kita.

“Terimakasih Abid dan Farah atas pelajaran buat kami dewasa hari ini,” ucapnya.

Menurut Rizki, persepsi keshalehan seorang muslim banyak yang keliru. Banyak orang menganggap seorang yang taat, hanya cukup dengan baiknya hubungannya dengan Allah. Banyak beribadah, banyak baca Alquran. Menghafal Al-Qur’an. Lalu mengabaikan hubungan dengan manusia, mengabaikan kepedulian sosial.

Mengabaikan kepedulian saat saudaranya tertimpa musibah. Bahkan ada yang lebih parah mengabaikan akhlak dan kesantunan, tutur kata yang buruk yang bisa menyakiti hati saudaranya sampai dibawa ke akhirat.

Di zaman hidonisme seperti sekarang ini. Banyak orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Sikap individualisme sangat ketara dalam kehidupannya.

“Abid dan Farah mengajarkan kita hari ini, peduli sesama, membantu sesama. Bukan meremehkan sesama dan membenci sesama. Beginilah ajaran Islam yang sesungguhnya. Semoga yang celengan Abid dan Farah menjadi kendaraan ke surga dan menjadi padamnya api neraka buat dan ayah ibunya,” pungkas Rizki. (Ihkwati)