Jumat, 11 Juli 2025

Teknologi Digital: Harapan atau Ancaman bagi Petani Tradisional?

Oleh: PUTRI FADILA RAHMAWATI

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

TEKNOLOGI digital dalam pertanian menjadi perbincangan yang sedang hangat dibicarakan di Indonesia, terutama di tengah pesatnya arus modernisasi dan perkembangan teknologi. Sektor pertanian yang selama ini kita kenal dengan metode tradisional, mulai mengalami perubahan sangat signifikan. Teknologi digital saat ini memasuki beragam sektor kehidupan, turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertanian tradisional. Dari sini timbul pertanyaan krusial: apakah teknologi digital ini menjadi harapan yang membawa kemajuan serta kesejahteraan bagi petani, atau justru berpotensi menjadi ancaman yang merusak kearifan lokal dan mengancam pertanian tradisional?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, jumlah petani di Indonesia mencapai sekitar 28,19 juta orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 6,18 juta petani berusia antara 19 hingga 39 tahun atau yang sering disebut petani milenial. Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 42% dari petani milenial yang telah memanfaatkan teknologi digital dalam usaha pertaniannya, sedangkan sedangkan 58% belum memanfaatkannya. Ini menunjukkan bahwa meskipun penggunaan teknologi digital mulai berkembang, masih ada banyak petani yang belum merasakan keuntungan darinya. Sisanya masih mengandalkan metode tradisional. Di sisi lain, lebih dari 11 juta petani berumur di atas 39 tahun juga sudah mulai menggunakan teknologi digital, menandakan adanya tren positif dalam penetrasi teknologi di kalangan petani yang lebih tua. Namun, mayoritas petani tradisional masih menghadapi berbagai kendala seperti rendahnya literasi digital, keterbatasan akses internet di daerah terpencil, dan biaya investasi teknologi yang relatif tinggi.

Teknologi digital dalam pertanian menawarkan berbagai kemudahan dan solusi yang sebelumnya sulit dijangkau oleh petani tradisional. Contohnya, sensor tanah yang dapat mengukur kadar kelembapan dan nutrisi tanah secara real-time membantu petani menentukan waktu tanam dan jenis pupuk yang tepat sehingga risiko gagal panen dapat diminimalkan. Drone yang digunakan untuk pemantauan lahan memungkinkan petani mengawasi kondisi tanaman secara efisien dan akurat tanpa harus menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Aplikasi cuaca dan harga pasar yang dapat diakses melalui smartphone memberikan informasi yang sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat. Dengan teknologi ini, petani dapat mengelola usaha taninya lebih efektif, meningkatkan hasil produksi, dan mengurangi kerugian yang pernah terjadi. Selain itu, teknologi digital juga membuka akses pasar yang lebih luas bagi petani tradisional. Melalui platform e-commerce dan media sosial seperti Instagram, WhatsApp, dan marketplace lokal, petani dapat memasarkan produk mereka tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga ke konsumen di berbagai daerah bahkan hingga ke luar negeri. Hal ini sangat membantu petani kecil yang selama ini sering kesulitan mendapatkan harga yang adil karena bergantung pada perantara. Dengan akses pasar yang lebih luas dan transparan, pendapatan petani dapat meningkat secara signifikan.

Namun, di balik berbagai manfaat tersebut, teknologi digital juga membawa tantangan yang serius. Salah satu tantangan utama yaitu rendahnya literasi digital di kalangan petani tradisional. Banyak petani, terutama yang berusia di atas 39 tahun, masih belum familiar dengan perangkat digital dan aplikasi yang dapat membantu mereka dalam bertani. Hal ini dapat menyebabkan mereka kesulitan mengakses dan memanfaatkan teknologi digital ini secara baik. Selain itu, infrastruktur digital di Indonesia masih belum merata terutama di wilayah pedesaan dan terpencil. Kecepatan internet di wilayah pedesaan masih rendah dan biaya aksesnya yang tinggi menjadi hambatan besar dalam pemanfaatan teknologi digital. Indonesia menempati peringkat 121 dari 139 negara dalam hal kecepatan internet, yang jelas masih menjadi kendala serius bagi digitalisasi pertanian. Ketergantungan pada teknologi digital juga berpotensi mengikis kearifan lokal yang selama ini menjadi modal penting dalam pengelolaan lahan dan sumber daya alam secara berkelanjutan. Pengetahuan tradisional seperti rotasi tanaman, penggunaan pestisida alami, dan pengelolaan irigasi yang disesuaikan dengan kondisi lokal, sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Jika teknologi digital diterapkan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai lokal tersebut, maka ada risiko hilangnya kearifan yang dapat berdampak sangat negatif pada keberlanjutan pertanian jangka panjang.

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, diperlukan pendekatan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan komunitas petani. Pemerintah memiliki peran penting dalam membangun infrastruktur digital di daerah pedesaan, termasuk penyediaan akses internet yang cepat, stabil, dan terjangkau. Selain itu, program pelatihan literasi digital yang terintegrasi dengan pelatihan pertanian modern harus diperluas agar petani tradisional dapat memahami dan memanfaatkan teknologi dengan baik. Pelatihan ini tidak hanya berupa teori, tetapi juga pendampingan langsung di lapangan sehingga petani merasa nyaman dan percaya diri menggunakan teknologi digital. Skema pendanaan dan subsidi juga sangat penting untuk mendukung petani kecil dalam mengakses teknologi digital. Pemerintah dapat memberikan insentif berupa bantuan modal, subsidi alat pertanian digital, dan kemudahan akses kredit usaha tani. Contoh kerja sama publik swasta seperti Indonesia Japan Horticulture Public Private Partnership Project (IJHOP4), dapat dijadikan sebagai contoh dalam memperluas akses teknologi dan layanan keuangan digital bagi petani kecil. Melalui proyek ini petani kecil mendapatkan pelatihan akses teknolog dan layanan keuangan yang terintegrasi, sehingga mereka dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan.

Selain itu, kolaborasi riset dan pengembangan teknologi antara Indonesia dan negara lain seperti Amerika Serikat dan Jepang, membuka peluang untuk menghadirkan inovasi yang lebih canggih dan relevan dengan kondisi lokal. Inovasi tersebut meliputi pengembangan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk prediksi cuaca, pengelolaan hama dan penggunaan pupuk secara tepat sasaran. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga membantu menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pertanian. Pengembangan teknologi digital juga harus dilakukan dengan pendekatan inklusif dan berkelanjutan. Artinya, teknologi tidak hanya difokuskan pada peningkatan produksi semata, tetapi juga harus menjaga kelestarian lingkungan dan budaya pertanian tradisional. Misalnya, teknologi digital dapat dikombinasikan dengan praktik pertanian organik dan konservasi tanah, sehingga hasil pertanian meningkat tanpa merusak ekosistem. Dengan demikian, teknologi digital menjadi alat pemberdayaan yang memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus menjaga warisan budaya pertanian Indonesia.

Secara keseluruhan, teknologi digital merupakan harapan besar bagi sektor pertanian Indonesia untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kesejahteraan petani. Namun, tanpa dukungan yang memadai dan pendekatan yang inklusif, teknologi ini bisa menjadi ancaman yang memperlebar kesenjangan sosial dan mengikis tradisi pertanian yang telah ada. Oleh karena itu, strategi pengembangan teknologi digital pertanian harus melibatkan semua pihak dan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan budaya secara seimbang.

Teknologi digital bukanlah ancaman yang harus ditakuti oleh petani tradisional, melainkan peluang yang harus dimanfaatkan dengan bijak. Melalui peningkatan literasi digital, pengembangan infrastruktur, dan dukungan kebijakan yang tepat, teknologi digital dapat menjadi jembatan yang menghubungkan tradisi pertanian dengan inovasi modern demi masa depan pertanian Indonesia yang lebih maju dan berkelanjutan. Dengan begitu, pertanian Indonesia dapat tumbuh menjadi sektor yang tidak hanya produktif dan efisien, tetapi juga inklusif dan ramah lingkungan, memberikan kesejahteraan bagi seluruh petani di nusantara. Penting juga untuk mendorong partisipasi aktif petani dalam proses digitalisasi ini. Petani harus dilibatkan sejak tahap perencanaan hingga implementasi teknologi agar solusi yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, pemberdayaan kelompok tani dan koperasi sebagai wadah belajar dan berbagi pengalaman dalam penggunaan teknologi digital dapat mempercepat adopsi teknologi di tingkat akar rumput. Dengan adanya komunitas yang solid, petani dapat saling mendukung dan memecahkan masalah bersama, sehingga transformasi digital pertanian berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Pengembangan konten lokal dalam aplikasi pertanian digital juga menjadi aspek penting agar teknologi dapat diakses dan dipahami dengan mudah oleh petani. Bahasa lokal, budaya, dan kondisi geografis harus menjadi pertimbangan dalam desain aplikasi agar relevan dan tidak menimbulkan kesulitan bagi pengguna. Hal ini akan meningkatkan tingkat adopsi dan keberhasilan teknologi digital di lapangan. Selain itu, pemerintah dan pelaku industri harus terus melakukan evaluasi dan pengembangan teknologi agar selalu sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan tantangan di lapangan. Teknologi yang sudah usang atau tidak relevan harus diperbarui dengan inovasi terbaru yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, teknologi digital dapat menjadi pendorong utama kemajuan pertanian Indonesia di era digital, tanpa mengorbankan kearifan lokal dan keberlanjutan lingkungan.

Dengan segala potensi dan tantangan yang ada, teknologi digital dalam pertanian harus dipandang sebagai sebuah proses transformasi yang memerlukan kesabaran, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Jika dikelola dengan baik, teknologi digital akan menjadi alat pemberdayaan yang mampu mengangkat sektor pertanian Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga ketahanan pangan nasional untuk masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan. [*]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BACA JUGA

KABAR TERBARU

Siap-siap! Berkas Perkara Studi Banding BKAD Peusangan Raya Telah Dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor

0
KABAR BIREUEN, Bireuen – Kejaksaan Negeri (Kejari) Bireuen telah melimpahkan berkas perkara dugaan tindak pidana korupsi dalam kegiatan studi banding yang dilaksanakan oleh Badan...

Hadapi Dinamika Sosial, Wabup Bireuen Dukung Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik di USK

0
KABAR BIREUEN, Bireuen – Wakil Bupati (Wabup) Bireuen, Ir. H. Razuardi, MT, menyambut positif hadirnya Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) di Universitas...

KPI Aceh dan IAIN Takengon Gelar Literasi Media kepada Mahasiswa

0
KABAR BIREUEN, Takengon – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh bersama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon menggelar literasi media dengan tema "Meningkatkan kapasitas generasi...

Produksi Uang Palsu Gunakan Laptop dan Printer, Dua Tersangka Dilimpahkan ke Kejari Bireuen

0
KABAR BIREUEN, Bireuen - Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bireuen menerima pelimpahan tersangka dan barang bukti (tahap II) kasus tindak pidana uang...

Bersama Forkopimda, Bupati Bireuen Tanam Jagung Serentak di Lahan Perhutanan Sosial

0
KABAR BIREUEN, Juli - Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST bersama Forkopimda melakukan penanaman simbolis program Penanaman Jagung Serentak Kuartal III dan Penanaman Jagung di...

KABAR POPULER

Ada Mobil Mewah, Ini Sejumlah Barang Bukti ‘Ratu Narkoba’ yang Diperiksa Jaksa dan Hakim

0
KABAR BIREUEN, Bireuen  – Barang bukti milik ‘ratu narkoba’, Nyonya N, diperiksa secara langsung oleh tim Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Bireuen bersama Majelis...

Janji Tak Kunjung Terpenuhi, HRD Kembali Minta Menhub Segera Realisasikan Pengembangan Bandara Malikussaleh

0
KABAR BIREUEN, Jakarta – Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB), H. Ruslan Daud, kembali meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk...

LPG 3 Kg Langka di Pasaran, Begini Penjelasan Pejabat Disdagperinkop Bireuen

0
KABAR BIREUEN, Bireuen - Masyarakat Kabupaten Bireuen mengeluhkan kelangkaan LPG tabung 3 kg bersubsidi di tingkat pangkalan. Seperti diungkapkan seorang ibu rumah tangga di Kota...

Produksi Uang Palsu Gunakan Laptop dan Printer, Dua Tersangka Dilimpahkan ke Kejari Bireuen

0
KABAR BIREUEN, Bireuen - Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bireuen menerima pelimpahan tersangka dan barang bukti (tahap II) kasus tindak pidana uang...

Tahun Ini Pemkab Bireuen Bangun Gedung Rawat Inap Puskesmas Cot Ie Ju

0
KABAR BIREUEN, Peusangan - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen telah mengalokasikan anggaran pembangunan gedung rawat inap Puskesmas Cot Ie Ju, Kecamatan Peusangan. Hal itu disampaikan Bupati...