KABAR BIREUEN-Masyarakat di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Samalanga dan Simpang Mamplam Kabupaten Bireuen mengeluh karena tidak disuplai air oleh PDAM Krueng Peusangan.

Terhentinya air ke ribuan pelanggan di dua kecamatan tersebut telah terjadi sejak dua hari, yaitu Minggu – Senin (10-11/5/2020).

Pelanggan PDAM Krueng Peusangan di Kecamatan Samalanga, Minggu petang (10/5/2020) kepada Kabar Bireuen mengaku, akibat terhentinya suplai air dari PDAM, maka untuk kebutuhan MCK (Mandi Cuci Kakus) harus mengangkut air dari saluran irigasi Krueng Batee Iliek.

“Untuk kebutuhan air minum dan keperluan memasak menggunakan air isi ulang. Kalau air dari irigasi keruh, untuk mandi pun sebenarnya tidak layak,” kata pelanggan PDAM Krueng Peusangan.

Dia berharap, PDAM ini hendaknya secepatnya kembali normal, sebab saat ini sedang dalam bulan Ramadan.

Sementara Anggota DPRK Bireuen dari Fraksi Partai Aceh dapil IV (Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam dan Pandrah) Muslim meminta Direktur PDAM Krueng Peusangan menormalkan kembali suplai air ke pelanggan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Samalanga dan Simpang Mamplam.

Muslim mengaku kesal dengan terhentinya suplai air PDAM ke pelanggan, apalagi terjadi dalam suasana ramadan dan wabah Corona.

“Ini (terhenti air ke pelanggan) selalu terjadi di saat musim penghujan. Mengapa tidak bisa diatasi,” keluhnya.

Direktur PDAM Krueng Peusangan, Isfadli Yahya, SE yang dihubungi melalui telepon membenarkan terganggunya suplai air ke pelanggan di dua kecamatan tersebut.

Menurutnya, penyebab terhentinya suplai air ke pelanggan adalah terjadi gangguan pada mesin pompa yang dipasang dalam palung Krueng Batee Iliek di kawasan Meurah, Kecamatan Samalanga.

“Sumur tempat dipasangnya pipa pengisap air di Krueng Batee Iliek tertimbun pasir yang dibawa arus sungai. Maka setiap arus sungai deras sumur itu tertutup,” katanya.

Dijelaskan pula oleh Direktur PDAM Krueng Peusangan, sumur tempat dipasangnya pipa pengisap air sangat dekat dengan dua tambang galian C.

“Keberadaan dua galian C itu yang membuat terganggunya proses pengisapan air. Kami tidak bisa berbuat banyak, karena setahu kami galian C itu legal. Walaupun duluan ada mesin pompa PDAM di lokasi itu,” ungkap Isfadli.

Ketika ditanya kapan normal, Isfadli belum bisa memastikan, dan katanya dia sedang di lokasi untuk memperbaiki sumur yang tertimbun pasir.

Anggota DPRK Bireuen Muslim yang dikonfirmasi ulang terkait pernyataan Direktur PDAM Krueng Peusangan, mengatakan itu hanya alasan klasik.

Menurut Muslim, keberadaan PDAM di tempat itu harus diutamakan daripada tambang galian C yang hanya untuk kepentingan pengusaha.

“Jadi, PDAM harus tegas. Kalau tidak bisa sendiri, surati Kepala Daerah. Jangan seperti ini, membiarkan ribuan masyarakat ketiadaan air di bulan ramadan,” pungkasnya. (Rizanur)