Oleh: Tati, S.Pd., MPA
Dosen Program Studi Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Bandung
DALAM era globalisasi, hubungan antarbudaya semakin intens. Negara-negara berusaha untuk memperkuat identitas budaya mereka di tengah arus budaya global. Kebudayaan menjadi alat untuk membangun citra positif dan mempromosikan nilai-nilai yang sesuai dengan kepentingan nasional.
Bagi banyak negara, kebudayaan bukan hanya warisan, melainkan kekuatan strategis yang dapat digunakan untuk menghadapi tantangan global. Menguatkan kebudayaan lokal mampu membantu masyarakat menjaga jati diri, terutama di tengah pengaruh budaya asing yang semakin dominan.
Banyak negara mengadopsi diplomasi budaya untuk memperluas pengaruhnya. Melalui pertukaran seni, pendidikan, dan festival budaya, mereka mampu membangun hubungan yang lebih baik dengan negara lain.
Negara-negara yang sukses dalam mempertahankan identitas budaya mereka, cenderung memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi tekanan globalisasi. Sebagai contoh, negara-negara Asia seperti Jepang dan Korea Selatan, berhasil menggunakan budaya lokal sebagai alat untuk memperluas pengaruh global melalui media, seni, dan hiburan.
Teknologi di Era Globalisasi
Perkembangan teknologi membawa implikasi besar pada nilai dan ideologi yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini memungkinkan komunikasi yang mudah antar masyarakat dunia. Fenomena globalisasi yang didorong oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, telah mengubah struktur kehidupan global menjadi lebih terhubung tanpa batas ruang dan waktu.
Munculnya arus globalisasi pada masa sekarang ini merupakan suatu hal yang tidak mampu dihindari. Demikian juga dengan semakin derasnya arus informasi sebagai bagian penting yang tidak terpisahkan dari globalisasi itu sendiri.
Hubungan antarnegara di dunia internasional dewasa ini pun tak luput dari arus globalisasi. Era globalisasi ini telah membawa perubahan dalam dunia internasional. Tidak hanya dalam hal membangkitkan aktor-aktor baru, yaitu aktor non-negara, seperti korporasi dan non-governmental organization (NGO), tetapi juga memberi pengaruh pada pola-pola diplomasi dan bentuk hubungan lainnya.
Konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana negara-negara bisa meningkatkan pengaruh global yaitu melalui promosi dan pengembangan budayanya. Bukan melalui kekuatan militer atau ekonomi. Sederhananya, ini adalah langkah untuk membuat negara lain tertarik dan terkesan dengan kekayaan budaya, sehingga lebih terbuka untuk bekerja sama dan menjalin hubungan baik. Soft power adalah kekuatan suatu negara untuk mempengaruhi opini dan tindakan orang lain melalui pengaruh budaya dan nilai-nilai yang diterimanya.
Instrumen Soft Power
Soft power merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Joseph Nye, seorang ahli hubungan internasional. Konsep ini merujuk pada kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi negara lain melalui daya tarik budaya, nilai, dan kebijakan luar negeri yang diterima secara luas, tanpa menggunakan kekuatan militer atau tekanan ekonomi. Soft power adalah kekuatan yang bekerja secara halus, tetapi memiliki dampak yang signifikan dalam membangun citra positif dan memengaruhi kebijakan negara lain.
Konsep Soft power didasari oleh peristiwa geopolotik dan persepsi dunia pada suatu peristiwa. Fareed Zakaria23 (2008) dalam bukunya mengungkapkan, mengapa Amerika membuat dunia segan dan pengelolaan seperti apa yang harus dilaksanakan sesuai dengan Amerika. Pernyataan atau opini sering kali tersirat dalam variasi kajian bahwa kekuasaan Amerika mulai menurun semenjak berakhirnya perang dingin. Perang dingin menghantarkan mosi tidak percaya Eropa pro Amerika sebagai bentuk penghindaran dari tekanan ekonomi dan militer Uni Sovyet.
Soft power merupakan instrumen penting dalam diplomasi modern yang memungkinkan negara-negara untuk mencapai target tanpa menggunakan kekuatan militer. Dengan memanfaatkan daya tarik budaya, nilai-nilai politik, dan kebijakan luar negeri yang sah, suatu negara mampu membangun hubungan internasional yang lebih baik. Pendekatan ini menunjukkan bahwa daya tarik budaya mampu menjadi alat yang efektif dalam menghadapi tantangan global saat ini.
Diplomasi Kebudayaan
Diplomasi kebudayaan adalah pendekatan yang digunakan oleh negara untuk memperkuat hubungan internasional melalui pertukaran budaya, seni, pendidikan, dan nilai-nilai. Tujuan utamanya adalah membangun pengertian dan saling menghargai antarbangsa, serta meningkatkan citra negara di mata dunia. Menurut Milton Cummings, diplomasi kebudayaan adalah pertukaran gagasan, informasi, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya untuk meningkatkan saling memahami dan menghormati antara bangsa.
Di era globalisasi saat ini, diplomasi kebudayaan semakin relevan. Negara-negara menggunakan langkah ini tidak hanya untuk memperkenalkan budaya mereka, tetapi juga untuk mempromosikan pariwisata dan memperkuat hubungan bilateral. Contohnya, Jepang yang berhasil menggunakan popularitas budaya pop seperti anime dan manga, untuk meningkatkan pengaruhnya di luar negeri.
Secara keseluruhan, diplomasi kebudayaan merupakan alat yang efektif dalam membangun hubungan internasional yang harmonis dengan memanfaatkan daya tarik budaya sebagai jembatan komunikasi antarbangsa. Sebagai negara dengan kekayaan budaya yang sangat beragam, Indonesia mempunyai potensi besar untuk menggunakan diplomasi kebudayaan tersebut. Dengan mempromosikan batik, gamelan, tari tradisional, dan kuliner nusantara, Indonesia mampu meningkatkan citra positif di mata dunia, menarik wisatawan, dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara lain.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa diplomasi budaya merupakan pendekatan soft power suatu negara dalam kajian ilmu hubungan internasional yang mampu dilaksanakan baik dari aktor pemerintah ataupun non-pemerintah. Diplomasi budaya ini dilaksanakan demi memperoleh kepentingan nasional suatu negara lain melalui kesenian, pendidikan, dan lainnya.
Diplomasi kebudayaan adalah alat yang sangat efektif untuk memperkuat hubungan antar negara dan membangun dunia yang lebih damai dan saling menghormati. Dengan memahami pentingnya diplomasi kebudayaan, dapat berperan aktif dalam mempromosikan budaya Indonesia dan memperkaya peradaban dunia serta membangun hubungan yang lebih baik antarbangsa. [*]