KABAR BIREUEN-Bireuen sebagai salah satu kabupaten diwilayah pesisir utara Provinsi Aceh, dengan letak geografis yang sangat strategis diapit oleh empat kabupaten tetangga lainnya menjadikan daerah dengan julukan kota juang tersebut memiliki berbagai potensi keunggulan didalamnya.

Salah satu yang paling menonjol jika dilihat dari sisi letak geografis tersebut dengan  luas wilayahnya 1.901,21 km2 (190.121 Ha) terdiri atas 17 Kecamatan, 75 pemukiman, dan 609 gampong (desa).

Gemilang Datang Padamu Bila Tekad Kukuh Berpadu. Itulah sebuah semboyan yang kurang lebih semenjak dua puluh tahun lalu dicetuskan oleh segenap tokoh pendiri Bireuen.

Dengan tujuan menjadikan Bireuen yang dihuni oleh sekitar 441 ribu jiwa lebih penduduk di dalamnya mampu mencapai kemakmuran, kesejahteraan, pemerataan pembangunan serta terhindar dari kesenjangan sosial masyarakat seperti yang terjadi dibeberapa wilayah lainnya

Namun, setelah proses pemekaran itu terwujud, lantas seperti apakah kondisi gambaran pembangunan daerah yang selama dua dekade sudah berjalan, berdikari atas pengelolaan daerah dalam tatanan sistem pemerintahan dibawah kepemimpinan putra-putra terbaik daerah asal wilayah tersebut.

Apakah sudah Gemilang ataukah hanya masih dengan menggagas tekad yang sampai hari ini belum ada arah dan tujuan konkrit akan seperti apa dan dikemanakah nasib masa depan pembangunan kawasan wilayah dengan lokomotif segitiga emas tersebut ?.

Atau mungkinkah semboyan gemilang datang padamu hanya sekedar menjadi jargon dimasa lalu yang kemudian hari sebatas menjadi bahan-bahan jualan disaat pesta pemilihan calon kepala daerah akan berganti, Mari kita merenung sejenak !.

Bayangkan semenjak dari 1999 kondisi kabupaten Bireuen dengan jumlah pergantian pimpinan Kepala Daerah sebanyak 5 kali dan sekarang yang ke-enam sedang berjalan dengan jumlah APBK berkisar mencapai Rp 2,78 triliun lebih.

Tapi kondisi penurunan angka kemiskinan, pengangguran, pendidikan, pelayanan kesehatan masih belum maksimal. Hal tersebut seperti yang pernah disampaikan Bupati saat temu ramah dengan Danrem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Sumiranting Baskoro SE bersama Forkopimda, SKPK, tokoh masyarakat, serta tokoh adat, di pendopo setempat, Selasa (7/07/2020).

Dia mengajak Danrem untuk dapat bersinergi dengan Pemkab guna membantu menurunkan angka kemiskinan melalui pengembangan potensi yang ada di masyarakat baik sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan lainnya.

Artinya, kondisi Bireuen yang sampai saat ini masih belum mampu mandiri dalam peningkatan pertumbuhan pembangunan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.

Tentunya hal ini menjadi PR besar terutama bagi segenap unsur pemerintah yang ada, baik dari pihak eksekutif dan juga pihak legislatif harus cenderung meningkatkan gagasan pola pikir dan juga rancangan dalam menyusun draf rancangan Proker, Pokja, RPJM, RPJP atau sejenisnya, dipemerintahan pada setiap tahunnya dengan mengacu pada potensi peluang pengembangan pembangunan daerah yang ada.

Bayangkan jika sejauh ini kondisi sumber pendapatan kebutuhan keuangan masyarakat masih sangat berketergantungan dengan kuncuran anggaran APBK, secara otomatis kedepannya tidak menutup kemungkinan akan terjadinya pembengkakan anggran keuangan daerah yang berujung terjadinya divisit.

Padahal kawasan Bireuen yang memiliki potensi dari berbagai sektor sumber daya alam melimpah seperti; pertanian, perikanan, perkebunan, wisata alam, dan kuliner jika mampu dikelola dengan baik akan menjadikan kabupaten tersebut sebagai kawasan pusat perputaran ekonomi di Aceh.

Sebagai salah satu contoh, jika kita melihat dari banyaknya jumlah kuncuran anggaran dana desa hari ini, dapat dimafaatkan secara maksimal dan tepat sasaran secara continue.

Maka hal tersebut akan menjadi salah satu nilai plus untuk mewujudkan Bireuen sebagai wilayah mandiri secara ekonomi dengan mencanangkan pengembangan seperti terbentuknya BUMDES.

Disamping itu juga, pihak Pemerintah Kabupaten harus mampu berpikir untuk terwujudnya pengembangan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) dengan pengelolaan peningkatan sumber daya yang ada di kawasan tersebut bisa berjalan maksimal dan berdampak baik terhadap peningkatan APBK Kabupaten.

Apalagi di era 4.0 hari ini, jika pengembangan potensi daerah yang dicanangkan oleh pemerintah setempat masih belum terukur dan belum berjalan maksimal serta dapat memberikan dampak positif signifikan bagi peningkatan ekonomi masyarakat menengah kebawah secara langsung.

Maka secara otomatis hal tersebut berefek pada meningkatnya jumlah angka kemiskinan, pengangguran serta kesenjangan social yang signifikan dimasa mendatang.

Sejauh dalam amatan penulis hari ini, belum ada satupun pengembangan kualitas potensi produk lokal yang ada, baik dari unsur kuliner, tempat wisata, usaha kreatif lainnya dari masyarakat lokal yang mampu menarik pihak luar untuk menghabiskan dalam membelanjakan uangnya di Kabupaten Bireuen.

Oleh karena demikian, sudah saatnya dimomentum HUT ke-21 tahun umur Kabupaten Bireuen saat ini, mari sejenak kita merenung dan mulai bangkit saling bahu membahu saling gotong royong mewujudkan jargon HUT Bireuen kali ini Sapu Kheun, Sapu Pakat, Menuju Bireuen Hebat menjadikan Bireuen sebagai kota juang dan icon kota santri yang tercermin sebagai kota madani.

Dengan fokus pada pengembangan pembangunan potensi SDA lokal yang ada, seperti peningkatan UMKM, pengembangan Kawasan Ekowisata yang layak, pengembangan pengelolaan produk kuliner lokal yang setara dengan produk luar, serta peningkatan tata ruang kota yang ramah lingkungan.

Peningkatan Ppngembangan kreatifitas kaum milenial untuk mengurangi angka pengangguran di usia muda serta peningkatan sumber pertanian, pangan, dan produk kerajinan tangan lokal yang layak ekspor ke luar daerah.

Terakhir, mengutip dari apa yang disampaikan oleh Anwar Ibrahim (mantan Deputi PM Malaysia) dalam festival Istiqlal 1995 bahwa, masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang didasarkan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat.

Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan, mengikuti undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu, menjadikan keterdugaan serta ketulusan. (Agussalim (Agsal De Jongh)- Pegiat Relawan Pemuda Milenial Kreatif Asal Bireuen)