KABAR BIREUEN-Penerapan syariat Islam di bumoe Aceh yang berlangsung semenjak beberapa tahun lalu sungguh patut diapresiasikan setinggi-tingginya.
Saya selaku putra daerah Aceh merasa senang dan bangga, karena Syariat Islam di Tanoh Rencong mendapat apresiasi dari dunia luar, termasuk Hadhramaut, bumi ‘Para Wali’ di Republik Yaman.
Beberapa waktu lalu, saya bersama Keluarga Pelajar Aceh di Hadhramaut bersilaturahmi ke Ketua Fatwa wal Buhust Darul Mustafa, Syeh Umar bin Husein bin Umar Al Khatib.
Dia merupakan salah satu jajaran Mufti kota ‘Seribu Wali’, Tarim, sebuah kota mungil di Hadhramaut, provinsi terbesar di Yaman.
Acara berlangsung setelah asar waktu setempat di ruangan Dairatul Fatwa wal Buhust, komplek Darul Mustafa, lembaga pendidikan di bawah pimpinan Al Habib Umar bin Hafidh bin Syeh Abu Bakar, sang dai Internasional.
Khatib masjid Ar-Raudhah itu telah berkunjung ke Aceh dalam kiprahnya menghadiri acara musyawarah ulama lintas negara yang digelar di Aceh beberapa waktu lalu.
Selain rihlah dakwah dan present musyawarah tersebut, tujuan dari kunjungannya ke bumi Serambi Makkah ketika itu adalah untuk bertandang ke beberapa keluarga Al-Khatib yang saat ini masih berdomisili di bumi Aceh.
Dia merasa sangat takjub dengan ihwal negeri Aceh yang masih kental dan sarat akan nilai-nilai syariat islam itu.
“Aceh ahsan bilad diniyan (Aceh adalah sebaik-baik negeri dilihat dari segi agamanya -yang masih kuat)”, ungkapnya dengan lahjah Arab itu.
Menurutnya, Aceh dikatakan sebaik-baik negeri, karena banyak keistimeawaan yang dimiliki olehnya.
Diantaranya, Aceh masih sarat dengan aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah, suasana di sana masih adem dengan aroma ilmu. Selain itu, ulama-ulama di sana pun masih memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dan begitu juga keistimewaan-keistimewaan lain yang dimiliki olehnya.
Di akhir sambutannya, staf guru Darul Mustafa itu mengajak serta menganjurkan pelajar Aceh-Hadhramaut untuk menjaga keistimewaan yang dimiliki Aceh tersebut.
“Tugas kalian adalah menjaga keistimewaan Aceh tersebut dengan sebaik-baiknya, karena negeri seperti Aceh itu adalah negeri yang berhak untuk dijaga”, lanjutnya.
Dengan itu, ada rasa optimis dalam diri saya dan pelajar Aceh lainnya terkait kekontinuitas penerapan syariat Islam di Aceh. Syariat Allah yang menjadi pedoman harian masyarakat Aceh ternyata juga menjadi perhatian ulama-ulama dunia luar.
Acara silaturahmi tersebut berlanjut khidmat hingga berakhir pukul 06.00 sore waktu Yaman.
Semoga penerapan Syariat Islam di Aceh tersebut terus berjalan dengan lancar di seluruh lapisan masyarakatnya. Sehingga Aceh akan abadi disematkan dengan nanggroe bersyariat.( Laporan Yunalis Abdul Gani B.Sc. mahasiswa pascasarjana Universitas Al Ahgaff, asal Simpang Mamplam, alumnus Ummul Ayman, Samalanga, pegiat literasi di Forum Lingkar Pena (FLP) wilayah Hadhramaut, Yaman