KABAR BIREUEN – Sebanyak 25 ibu rumah tangga yang selama ini berprofesi pembuat pliek u (Patarana) Jangka dilatih manajemen kemasan dan cara pemasaran online.
Bayak yang mengangap remeh tentang profesi pembuat pliek, padahal Pliek U kalau di buat dan dibisniskan akan menjadi sebuah usaha yang sangat menjanjikan.
Hal ini karena kebutuhan akan pliek selalu dicari dan dibutuhkan masyarakat Aceh. Selama ini ada beberapa tempat yang telah menjadi sentra produksi pliek u.
Tetapi sayang usaha rumah tangga ini seakan luput dari perhatian pemerintah, bahkan masyarakat sekalipun. Padahal bahan baku kelapa cukup tersedia pada mereka.
Untuk memberdayaakn dan menjadikan usaha pliek u menjadi suatu usaha industri rumah tangga dan kecil, sehingga bisa menjadi satu peluang yang menguntungkan dan dapat menambah income keluarga.
Tim pengabdian masyarakat Universitas Almuslim yang terdiri dari Zara Yunizar M.Kom, Ernawita, MSc, dan Fatimah Zuhra,MS.i melakukan pelatihan manajemen usaha, kemasan dan cara pemasaran Pliek u melalui Online, di rumah Zubaidah salah seorang IRT yang sehari-hari mengolah pliek u di Gampong Paya Bieng, Kecamatan Jangka, Sabtu (14/7/2018)
Peserta pelatihan sebanyak 25 orang ibu rumah tangga yang sehari-hari membuka usaha produk Pliek U (patarana) di daerah Jangka.
Menurut Zara Yunizar program yang mereka jalankan sebagai wujud dari Tri Dharma perguruan tinggi dan merupakan salah satu program Dirjen Dikti dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM).
Dikatakan Zara Yunizar, pihaknya memilih daerah Jangka karena Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen merupakan salah satu daerah yang dikenal sebagai sentra produksi pliek u di Provinsi Aceh.
Pliek U (patarana) produksi Kecamatan Jangka sudah dikenal di Kabupaten tetangga seperti Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah dan Pidie Jaya. Pliek u tersebut sekarang sudah menjadi satu oleh-oleh.
Sayangnya, sebut Zara Yunizar, pliek u yang dibawa sebagai oleh-oleh sering tidak bertahan lama, karena tidak dikemas dengan baik.
“Kami tim dosen Universitas Almuslim terdiri dari Zara Yunizar, Ernawita dan Fatimah Zuhra telah melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat mencoba berbagai cara agar pliek-U ini dapat bertahan lebih lama dan tidak berbau tengik,” kata Zara Yunizar yang diamini Ernawita yang sedang menyelesaikan program doktor (S3) di Jerman.
Adapun proses yang dilakukan, pertama, proses pemerahan minyak pliek dengan menggunakan mesin perah minyak pliek yang dirancang oleh dosen Fakultas Teknik Universitas Almuslim.
Cara kedua dengan penggunaan metode vacuum ternyata metode ini dapat membuat pliek u bertahan agak lama dan tidak berbau.
“Dari hasil proses ini juga akan diusahakan untuk dibuat minyak simplah (sejenis minyak yang diproses dari hasil permentasi kelapa), minyak ini berguna untuk minyak kusuk (urut) dan juga bisa penyembuhan penyakit panas pada anak-anak,” jelasnya.
Dalam pelatihan selain mendapat bimbingan pengolahan secara modern juga diberikan contoh desain kemasan pliek u sehingga lebih menarik, praktis, higienis, awet, dan tidak berbau .
“Dengan adanya pelatihan ini diharapkan produksi pliek u nampak lebih modern dalam pengelolaan serta hasilnya juga lebih higiens dan menarik sehingga gampang dibawa untuk oleh-oleh,” tambah Ernawita sekretaris Lembaga Penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM) Umuslim ini.
Tambah Zara Yunizar, sebelumnya, pada Mei 2018 lalu, tim dosen yang melakukan pengabdian juga telah melakukan penyerahan mesin pemerah minyak pliek dan mesin kemasan produk dengan teknologi vacuum, beserta pelatihan penggunaan kedua alat tersebut kepada Zubaidah selaku ketua mitra Program Kemitraan Masyarakat.
Zubaidah, salah seorang peserta pelatihan mengucapkan terima kasih kepada dosen Umuslim yang telah memberikan berbagai ilmu pemasaran dan pengolahan secara modern pliek u kepada mereka.
Karena menurut ibu-ibu selama ini pengolahan pliek u secara tradisionil dan berharap agar terus mendapatkan bimbingan dari tim pengabdian masyarakat Universitas Almuslim.
“Kami sangat berterima kasih kepada dosen Umuslim dan agar terus dapat pembinaan dan berharap pliek u yang telah diberi label “Zubai” dapat menembus pasar modern/swalayan dan dapat dipasarkan secara online ke kota-kota lain di Indonesia,” ucap Zubaidah terharu. (REL)












