Umaruddin alias Odi

KITA memang sering teringat pada seorang sahabat yang baru meninggal. Terutama, terbayang saat-saat kebersamaan dulu yang penuh kenangan manis. Begitu juga saya, teringat pada seorang sahabat, Umaruddin Ibrahim yang baru saja pergi menghadap Ilahi Rabbi.

Saya mengenal pria asal Lhokseumawe itu melalui indera pendengaran, jauh sebelum saya menjadi wartawan. Saat itu, Umaruddn masih berprofesi sebagai penyiar di Studio Radio Andyta FM Matangglumpangdua milik abangnya, Amiruddin Ibrahim (almarhum).

Ketika itu, saya sering mendengar suara khas Umaruddin melalui radio saat menyiar dengan memakai nama komersil Odi. Sebuah nama samaran yang kemudian lebih dikenal orang, ketimbang nama aslinya.

Di situ pula Odi kenal dengan Harmelita, dara asal Meunasah Timu yang juga salah seorang penyiar di Radio Andyta FM. Dari perkawinan dengan keponakan Maimun Mirdaz (wartawan senior di Bireuen) tersebut, mereka dikaruniai empat orang anak. Dua laki-laki dan dua perempuan.

Saya baru mengenal secara fisik dengan Odi, setelah menjadi wartawan pada 2003 silam. Kebetulan juga, belakangan dia juga terjun ke dunia wartawan, di samping masih tetap menjadi penyiar dan mengelola Radio Andyta FM.

Beberapa lama, Odi sempat menjadi wartawan sebuah media cetak lokal yang terbit di Banda Aceh. Kemudian, dia merambah dunia pertelevisian. Jadi kontributor salah satu stasiun televisi swasta nasional. Terakhir, menjadi reporter TVRI.

Saat-saat menjalankan tugas-tugas kewartawanan itulah, saya berinteraksi langsung dengan Odi. Orangnya ramah, rendah hati, sopan, ringan tangan, dan mau bergaul dengan siapa saja. Ciri khas Odi, memiliki senyuman yang menawan dan membuat kita senang berbicara dengannya.

Di luar pekerjaan sehari-hari sebagai wartawan, kami berdua juga kerap bertemu. Maklum, kampung kami bertetangga. Saya tinggal di Gampong Matangglumpangdua Meunasah Dayah dan Odi berdomisili di Meunasah Timu, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen.

Biasanya kami bertemu di acara-acara kenduri, pesta, dan tempat orang meninggal di kedua desa tersebut. Begitu juga ketika saya pergi dan pulang kerja, sering bertegur sapa saat melintasi rumahnya di Jalan Jangka, Meunasah Timu.

Saat diminta maju sebagai calon Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bireuen pada Juli 2021 lalu, Odi juga berkoordinasi dan memintai pendapat saya. Ketika itu, saya masih menjabat Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bireuen.

Dia beralasan, tidak berminat menjadi Ketua AJI Bireuen, karena kondisi kesehatannya yang tak memungkinkan. Tidak stabil kondisinya. Kadang-kadang agak mendingan dan tak berapa lama kemudian kambuh lagi.

Odi memang sudah lama menderita penyakit liver. Dia telah menjalani berbagai pengobatan, baik secara medis maupun herbal. Namun, kondisinya tak kunjung membaik juga.

Saya yakinkan, Odi harus bersedia dicalonkan sebagai Ketua AJI Bireuen. Ini demi kepentingan bersama dan berjalannya roda organisasi dengan baik. Soal kondisi kesehatannya yang tidak stabil, saya katakan, nanti bisa dibantu rekan-rekannya untuk keberlangsungan AJI Bireuen.

Saya beri pengertian kepada Odi demikian, karena menurut pengamatan saat itu, AJI Bireuen sedang krisis figur yang berjiwa kepemimpinan untuk dijadikan ketua. Satu-satunya yang lebih layak hanya Odi. Selain memiliki memampuan leadership, Odi juga disenangi dan bisa diterima semua anggota.

Akhirnya, dia mengalah dan bersedia juga dicalonkan sebagai Ketua AJI Bireuen. Saya juga senang dan memberikan dukungan moril kepadanya.

Begitu dilaksanakan konferensi di Aula Hotel Djarwal pada 10 Juli 2021, Odi yang berpasangan dengan Jalimin, terpilih secara aklamasi sebagai Ketua dan Sekretaris AJI Bireuen Periode 2021-2024. Kami pun yang berasal dari luar AJI, menyambutnya dengan gembira. Hari itu, kami ikut berswafoto bersama Odi dan rekan-rekannya seusai acara.

BACA JUGA: Ketua AJI Bireuen Meninggal Dunia, Ini Kesan Rekan Wartawan Terhadap Sosok Odi

Setelah itu, saya semakin intens berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pria yang hobi olahraga sepeda dan traveling ini. Terutama, menyangkut keorganisasian dan kewartawanan. Meski kami berbeda organisasi.

Namun, karena kondisi kesehatannya yang menurun dan agak jarang pergi ke kota Bireuen, kami sering berkomunikasi lewat telepon atau pesan WhatsApp. Kalau sesekali ke Bireuen, kami bertemu di kantor PWI Bireuen atau ngopi bersama rekan-rekan di kafe. Kebanyakan, dia yang mentraktir kami.

Kalau kebetulan Odi berada di Bireuen, kami sangat senang. Hanya dengan sunggingan senyum khasnya saja, sudah jadi pengobat rindu bagi kami. Ini belum lagi ditambah canda dan guyonan Odi yang semakin melengkapi kegembiraan kami bersamanya.

Makanya, kedatangan dan keberadaan Odi bersama rekan-rekan wartawan di Bireuen, sangat kami rindukan. Kami langsung bergabung dan ngopi bareng. Keberadaannya di antara kami, benar-benar sangat bermakna dan dapat menghidupkan suasana.

Satu hal yang membuat salut pada sosok Odi. Dalam pergaulan, dirinya tidak mudah tersinggung, apalagi marah. Sering kawan-kawan mencandainya dengan perkataan macam-macam dan bahkan kadang-kadang sudah kelewat batas. Dia malah tersenyum saja. “Kakheun aju pue-pue nyang galak keuh keu lon. Meunyoe hanale lon, pue kateupue kheun lom,” begitu biasanya dia menganggapinya, dengan tetap menyunggingkan senyuman manisnya.

Ya, sekarang Odi telah tiada. Pria yang suka menolong rekan-rekan dalam kesusahan itu, sudah pergi menghadap Sang Pencipta di kediamannya, Meunasah Timu, Sabtu (22/10/2022) pagi, dalam suasana rintik-rintik hujan. Dia meninggalkan orang-orang terkasih, istri, buah hati, anggota keluarga, sahabat, dan kita semua.

Bagi kami wartawan di Bireuen, kepergian Odi untuk selamanya adalah kehilangan teman setia yang tak tergantikan. Seorang sahabat yang selalu kami rindukan kehadirannya selama ini.

Kini, kami harus mengikhlaskan kepergiannya. Sebab, kematian hanya soal waktu. Pada akhirnya, kita semua pasti menuju ke sana juga. Seperti pernah disampaikan Odi: Meninggal itu bukan karena sakit, tapi karena sudah tiba ajalnya.

Selamat jalan sahabat terbaik. Doa kami menyertai kepergiannu. Kami bersaksi, secara lahiriah Odi orang yang baik. Mudah-mudahan Allah menempatkanmu di tempat yang terbaik di sisi-Nya. Semoga husnul khatimah. Aamiin. (Suryadi)