Direktur RSUD dr Fauziah Bireuen, dr Mukhtar MARS. (Foto: Rizanur/Kabar Bireuen)

KABAR BIREUEN, Bireuen – Tahun 2024 awal mencuatnya utang RSUD dr Fauziah Bireuen yang diperkirakan mencapai Rp68 miliar. Utang tersebut mulai tahun 2020.

Sumber Kabar Bireuen mengungkapkan beberapa penyebab rumah sakit pelat merah tersebut terutang puluhan miliar rupiah setiap tahun.

Menurut sumber yang minta jati dirinya tidak ditulis, pengadaan obat-obatan pada RSUD dr Fauziah Bireuen kurang pengendalian pihak manajemen rumah sakit, sehingga diduga ada oknum yang bermain demi keuntungan pribadinya.

“Ada oknum yang sengaja membuat permintaan obat paten harga mahal dengan jumlah banyak. Oknum itu sudah ada komitmen fee dengan pihak penyedia barang,” ungkap sumber Kabar Bireuen, Kamis (6/3/2025).

Selain itu, bebernya, pelayanan untuk pasien rawat jalan diberikan di atas standar klaim BPJS. Setiap pasien rawat jalan, ditanggung oleh BPJS hanya Rp205 ribu, sementara layanan yang diberikan oleh RSUD dr Fauziah mencapai Rp350-Rp400 ribu.

“Di satu sisi memang baik, tetapi sisi lainnya rumah sakit harus nombok. Ini salah satu penyebab rumah sakit terus terutang. Namun, untuk kelangsungan pelayanan harus ada keseimbangan, tidak boleh memaksakan di luar kemampuan,” ujarnya.

BACA JUGA: Utang Rp57 Miliar Lebih, Bupati Perintah Sekda Audit RSUD dr Fauziah Bireuen

Menurut sumber tersebut, sekarang di rumah sakit berstatus rumah sakit regional ini, puluhan jenis obat kosong. Jika ada pasien yang diresepkan obatnya oleh dokter, obat itu tidak tersedia. Tak ada pilihan lain, pasien harus membeli sendiri di luar.

“Banyak pemasok obat yang menghentikan pengiriman obat untuk rumah sakit karena masih terutang. Di sistem mereka (penyedia) sudah di-lock,” ungkapnya.

Jawaban Direktur

Direktur RSUD dr Fauziah Bireuen, dr Mukhtar MARS yang ditemui di ruang kerjanya, Jumat (7/3/2025), menjelaskan perihal penyebab rumah sakit terutang puluhan miliar rupiah.

Terkait tudingan ada pihak yang bermain dalam pengadaan obat, Mukhtar tidak menjawab secara lugas. Namun, diakui selama ini di rumah sakit dipimpinnya itu hampir semua jenis obat yang disediakan adalah obat paten.

“Mungkin dokternya pingin pasiennya cepat sembuh, makanya ia berinisiatif meminta obat paten ke tim pengadaan barang. Kalau masalah fee dari distributor obat, saya tidak tahu,” sebutnya.

Menyangkut pelayanan untuk pasien rawat jalan yang diberikan rumah sakit di atas standar klaim BPJS, itu dibenarkan Mukhtar. Ia sependapat ke depan dilakukan pengendalian agar rumah sakit tidak terus merugi.

BACA JUGA: Akibat Utang Puluhan Miliar, RSUD dr Fauziah Bireuen Sekarat

Demikian juga dalam hal kekosongan puluhan jenis obat, tidak dibantah oleh pejabat yang akrab disapa Abi ini.

“Saat ini masih ada obat yang di-lock,” ucap Abi yang dilantik kembali sebagai Direktur RSUD dr Fauziah Bireuen pada 10 Januari 2024.

Ditanya jumlah utang RSUD dr Fauziah, Abi menyebutkan, utang obat sekitar Rp14 miliar dan utang Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sekitar Rp14 miliar.

“Pada saat saya dilantik, utang obat sekitar Rp17 miliar. Kemudian kami upayakan penghematan, maka posisi utang obat sekarang Rp14 miliar,” ungkapnya.

Sekadar informasi, sebelumnya RSUD dr Fauziah pernah diisukan terkait permasalahan pengadaan alat kesehatan bernilai puluhan miliar rupiah, seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Kasus lainnya, tahun 2023 perusahaan milik oknum dokter spesialis setempat diduga terlibat dalam pengadaan barang untuk rumah sakit. Barang yang diadakan tersebut, usernya juga oknum dokter itu. (Rizanur)