KABAR BIREUEN – Tim Panitia Khusus (Pansus) Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Daerah Pemilihan (Dapil) III menyorot sejumlah proyek fisik yang dibiayai dengan Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan APBA Tahun Anggaran 2016 ditemukan dikerjakan asal jadi oleh pihak rekanan.

Kunjungan Tim Pansus DPRA Dapil III pada hari ke-4, Senin (5/6/2017) ke lokasi kegiatan yang dibiayai dengan dana Otsus dan APBA tahun 2016 menemukan, pekerjaan pembangunan saluran pembuang senilai Rp400 juta di Gampong Geulanggang Baro (jalan Putroe Bungsu) sepanjang 857 meter dikerjakan asal-asalan.

Selain itu, Tim Pansus yang diketuai oleh Murdani Yusuf juga menemukan pekerjaan pembangunan rumah kopel untuk instrukstur Balai Latihan Kerja (BLK) di Desa Beunyot, Kecamatan Juli, yang kualitasnya sangat rendah dan bangunannya di sejumlah bagian sudah rusak. Padahal bangunan baru diserahterimakan pada bulan Februari lalu.

“Ini bangunan sudah rusak, kenapa diterima. Seharusnya jangan di PHO-kan dulu pekerjaannya jika belum sesuai. Dan kayu yang digunakan pun kualitasnya sangat rendah,” ujar Murdani yang didampingi dua anggota DPRA lainnya, Saifuddin Muhammad dan Hj.Fauziah.

Proyek fisik lainnya yang ditinjau oleh anggota DPRA ini, rehab berat bangunan Dayah Entrepreneur SMK ASD Foundation di Beunyot, Kecamatan Juli. Disini juga ditemukan sejumlah kejanggalan, tidak sesuai besarnya anggaran yang diplotkan dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

Menurut Tim Pansus ini, tidak terlihat ada pekerjaan berat yang dilaksanakan pada bangunan dayah tersebut selain pekerjaan pengecatan. “Anggaran untuk pekerjaan rehab dayah ini mencapai Rp800 juta, tetapi tidak nampak ada pekerjaan rehab berat disini. Kalau rehab ringan iya, dan ini patut dipertanyakan karena tidak sesuai dengan pekerjaannya,” timpal Saifuddin Muhammad.

Sebelumnya, Tim Pansus ini juga mendatangi SMK Negeri 1 Bireuen di kawasan Cot Gapu. Disini mereka melihat satu persatu bantuan alat praktek siswa SMK yang diadakan pada tahun anggaran 2016, jumlahnya mencapai 21 item barang, terdiri dari berbagai macam mesin otomotif seperti Lathe Machine, Sporing, Balancing, Theodolite, Injector Tester, Total Station, dan lain-lain.

Untuk pengadaan alat praktek siswa tersebut, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Aceh menganggarkan dana mencapai Rp2,4 milyar. Menurut anggota dewan asal pemilihan Kabupaten Bireuen ini, barang-barang yang disediakan tersebut bukan kualitas tinggi.

“Seharusnya ada kebijakan pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang kualitasnya lebih tinggi agar bisa dimanfaatkan untuk waktu yang lebih lama,” pungkas Murdani. (Rizanur)