KABAR BIREUEN-Dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fikom) Universitas Almuslim melakukan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi dan pelatihan keamanan data dan informasi kepada pemuda Desa Pante Cut, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, Selasa (19/12/2023).

Ketua tim pengabdian Fikom Umuslim Dedy Armiady menyebutkan, kegiatan mendapat sambutan antusias peserta berjalan lancar.

“Kegiatan berlangsung sejak Oktober, dimulai dari perencanaan, pengumpulan data peserta dan segala persiapan perangkat lainnya,” sebut Dedy Armiady.

Menurut Dedy Armiady, kegiatan bertujuan untuk memberikan sosialisasi kepada pemuda agar mampu mengamankan data dan informasi di era digitalisasi seperti sekarang ini.

“Kegiatan dilaksanakan sebagai salah satu upaya dalam mengedukasi masyarakat khususnya pemuda di Desa Pante Cut, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen agar lebih waspada terhadap aksi kejahatan siber yang saat ini marak terjadi,” jelasnya.

Apalagi kondisi perkembangan teknologi digital saat ini yang sangat marak terjadi aksi kejahatan siber menggunakan berbagai perangkat teknologi.

Misalnya seperti aksi social engineering dimana pelaku menghubungi korban dengan memanipulasi psikologis korban, sehingga korban mau melakukan apa saja yang diminta oleh para pelaku.

Sebagai contoh misalnya saat ini banyak terjadi kasus social engineering dikalangan mahasiswa penerima beasiswa KIP-K, dimana pelaku mengaku dosen atau pengelola KIP-Kuliah kampus.

Mereka menghubungi mahasiswa untuk melengkapi data agar dapat diproses untuk pengajuan beasiswa KIP-Kuliah.

“Pelaku bahkan meminta korban untuk mengirim sejumlah uang untuk kebutuhan proses administrasi,” ujar Dedy Armiady.

Kejahatan ini tidak hanya terjadi di dalam kampus, bahkan di tingkat masyarakat juga sering terjadi, misalnya pelaku sering menelepon korban menawarkan bantuan tertentu, dimana para pelaku biasanya telah lebih dahulu mengumpulkan data para korban.

Misalnya ada pelaku yang menelepon korban untuk segera mengirimkan sejumlah biaya untuk proses administrasi rumah sakit, dimana pelaku menyampaikan bahwa salah satu anak korban baru saja mengalami kecelakaan sehingga perlu diambil tindakan segera serta perlu membayar beberapa biaya untuk proses tersebut.

Menurut Dedy Armiady banyaknya kasus seperti ini terjadi di kalangan masyarakat, disebabkan adanya data yang bocor seperti nama, nomor hp, data keluarga dan lain sebagainya yang dijadikan oleh para pelaku untuk menjebak korban.

“Karena mengingat hal tersebut, makanya kami membuat kegiatan ini, supaya masyarakat paham akan bahaya kebocoran data tersebut,” kata Dedy didampingi anggota tim pengabdian TM Johan, MT

Ditambahkannya, selain lencurian data dan informasi juga dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti aplikasi yang didalamnya ada malware, dari info akun sosial media korban, postingan korban terkait keluarganya di sosial media, bahkan dari berkas-berkas yang dianggap sampah dan dibuang para korban.

“Semua sumber tersebut dapat dijadikan pelaku kejahatan untuk mengumpulkan data korban dalam melancarkan aksi kejahatan siber seperti yang marak terjadi saat in,” ungkap T.M Johan lulusan salah satu Universitas di Malaysia.

Peserta pelatihan juga dibekali dengan aplikasi antivirus berlisensi resmi untuk digunakan pada perangkat masing-masing agar meminimalisir terjadinya kerusakan dan kehilangan data yang diakibatkan oleh serangan-serangan siber yang mungkin terjadi.(REL)