KABAR BIREUEN, Bireuen – Masyarakat mengeluhkan kondisi perekonomian Kabupaten Bireuen yang dinilai stagnan, akibat belum cairnya sejumlah anggaran, yang dibutuhkan untuk menjalankan program pembangunan.
Tak hanya itu, berbagai program yang bersumber dari APBK Bireuen 2025 sampai pertengahan tahun anggaran, belum ada tanda-tanda berjalan.
Hal ini berdampak pada lesunya perekonomian masyarakat Bireuen, berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, terutama para pelaku usaha kecil, petani, dan buruh harian. Banyak pelaku UMKM mengeluh karena omzet menurun drastis.
“Biasanya tiap minggu ada saja pesanan kue untuk acara-acara, tapi sekarang hampir tidak ada. Masyarakat sedang menahan pengeluaran,” ujar Nurhaliza, seorang pedagang kue di Kecamatan Kota Juang.
Kondisi ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan, jika tidak segera ada solusi konkret dari pemerintah daerah.
Pengamat kebijakan publik, Abdul Mana Isda, kepada Kabar Bireuen, Rabu (21/5/2025) sore, menyampaikan, stagnasi ini tidak terlepas dari persoalan warisan kebijakan sebelumnya.
“Banyak persoalan yang merupakan peninggalan masa lalu, seperti masalah aset, retribusi, tidak berjalannya fungsi pasar kering, dan lainnya. Ini jadi PR pemerintah baru yang harus diselesaikan pemerintah sekarang,” jelasnya.
Karena, katanya, saat pemimpin baru dilantik, masyarakat tentu berharap ada perubahan. Namun, jangan sampai hal ini menjadi alasan untuk mendiskreditkan atau menghujat bupati.
Dikatakannya, kebijakan efisiensi anggaran berimbas pada semua sektor.
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara pemimpin daerah dengan pihak legislatif serta seluruh pemangku kepentingan.
“Seorang pemimpin harus mampu membangun komunikasi yang efektif dan bersinergi dengan semua stakeholder agar roda pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan lancar,” tambahnya.
Manan Isda berharap, semoga Bupati Bireun tidak salah langkah dalam mengambil kebijakan yang terkait kepentingan masyarakat. Karena masyarakat menaruh harapan besar pada Bupati Mukhlis. (Ihkwati)