
KABAR BIREUEN-Masih membekas dalam ingatan. Ketika itu Tahun 2020 saya bersama teman teman guru sedang di Ruang Tata Usaha SDIT Muhammadiyah Bireuen, di Jalan Putroe Bungsu, Desa Geulanggang Baro, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen.
Dalam suasana santai saya membuka facebook. Pada dinding postingan seorang teman, yaitu Ustaz Anis Jauhari yang berdomisili di Banda Aceh ada tawaran tiket gratis untuk keliling dunia untuk guru yang ada dibelahan dunia ini.
Tanpa pikir panjang, saya pun masuk ke link pendaftaran. Pada link itu saya isi data lengkap. Saya cantumkan status sebagai guru SDIT Muhammadiyah Bireuen.
“Siapa tahu permohonan untuk mendapat tiket gratis diterima,” ujar saya membatin.
Saat itu beberapa guru selaku teman seprofesi juga saya ajak untuk mengisi link pendaftaran. Tidak seorang pun dari kawan saya itu merespon ajakan untuk terbang gratis itu. Malahan ada mengira hal itu adalah sebuah candaan belaka.
“Ustaz lagi bersyair dan menghayal. Maklum saja beliau sering membuat stetment yang aneh-aneh,” kata seorang teman waktu itu.
Namun bagi saya ajakan keliling dunia gratis seperti itu bukan hal yang mustahil dan dapat diterima oleh akal sehat saya.
Keesokan harinya saya diminta oleh Ustaz Anis Jauhari untuk mengecek email.
Kata dia, siapa tahu permohonan saya dikabulkan sebagai salah satu penumpang Qatar Airways dengan free tiket.
Alhamdulillah, nyatanya apa yang saya inginkan dikabulkan. Saya mendapat tiket gratis. Kabar gembira ini pada saat itu juga saya beritahukan kepada Ustaz Anis Jauhari.
“Kita barengan terbang ke Turki pada April 2021. Dan langsung booking tiket free untuk bulan April musim semi ini,” sebut saya kepada Ustaz Anis Jauhari.
Seketika teringat kembali dengan tulisan saya tentang Hagia Sofia. Ketika itu saya menulis dua artikel tentang Hagia Sofia.
Tentang asal usul mesjid itu dan khutbah Jumat perdana di Masjid Hagia Sofia dengan memakai pedang.
Pada bagian akhir artikel itu saya menyisipkan doa, “Semoga Allah memberi kesempatan kepada saya untuk berkesempatan melaksanakan sujud di Masjid Hagia Sofia”.
Selain itu pada kesempatan menjadi khatib Jumat di Masjid Lung Daneun, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng saya juga pernah menyampaikan khutbah dengan tema “Hagia Sofia”.
Allah mau menjawab doa hamba-Nya yang lemah ini. Ini berkat profesi saya sebagai guru.
Sekarang saya sudah berada di Jakarta untuk terbang ke Turki, negeri yang indah dengan salju dan pameran bunga tulip.
Walaupun hamparan salju dan bunga tulip telah menyulap negeri itu jadi indah, tetapi bagi saya masih ada hak lainnya yang telah memesona yaitu Masjid Hagia Sofia.
Mesjid yang bermula dari bangunan gereja dan pernah diubah fungsi menjadi museum.
Pada masa Pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk bangunan yang sekarang sudah menjadi mesjid pernah dijadikan museum.
Erdogan mengalihkan fungsi Hagia Sophia menjadi mesjid. Tentu pada mesjid ini banyak kita temukan lukisan-lukisan Romawi yang bercampur dengan kaligrafi. Sebuah perpaduan yang sangat luar biasa.
Selain ingin sujud di Masjid Hagia Sophia, saya juga ingin mencicipi bermacam kuliner khas Turki.
Ya, siapa yang tak kenal dengan Kebab Turkey yang sudah mendunia.
Terima kasih Qatar Airways yang telah menerbangkan saya secara gratis ke Turki. (Rizki Dasilva)