Suryadi, Pemimpin Redaksi Kabar Bireuen. (Foto: Ihkwati/Kabar Bireuen)

KABAR BIREUEN, Bireuen – Media online Kabar Bireuen (kabarbireuen.com) masih bertahan dalam jajaran 10 besar media online terpopuler di Aceh. Kabar Bireuen termasuk satu-satunya media online lokal dari kabupaten/kota yang berhasil mencapai peringkat atas (10 besar) website di Aceh versi Aceh Top Site (ATS).

Malah sebulan sebelumnya (08 April 2024), media di bawah naungan PT. Media Kabar Bireuen ini, sempat tembus rangking lima di Aceh.

Sekarang berdasarkan perangkingan ATS terbaru yang dipublikasikan melalui ats.insertapps.com pada 07 Mei 2024, Kabar Bireuen menempati peringkat sembilan dari 50 website yang tersebar di seluruh Provinsi Aceh. Sedangkan secara global (dunia), Kabar Bireuen berada di rangking 822.280.

Peringkat satu ATS masih dikuasai AJNN (ajnn.net), dengan peringkat dunianya 84.175. Kedua diduduki KBA.ONE (kba.one) dengan rangking dunia 379.038. Ketiga ditempati BITHE (bithe.co) berperingkat dunia 466.391. Keempat dihuni DIALEKSIS (dialeksis.com) dan rangking dunia 552.152. Kelima ditempati BERITA MERDEKA (beritamerdeka.net) dan peringkat dunia 631.811.

Berikutnya, rangking keenam diisi POPULARITAS (popularitas.com) dan peringkat dunia 662.500. Ketujuh diduduki BERITAKINI (beritakini.co) dan rangking dunia 703.638. Kedelapan dihuni MODUS ACEH (modusaceh.co) dan peringkat dunia 802.566. Kesembilan diraih KABAR BIREUEN (kabarbireuen.com) dan peringkat dunia 822.280. Kesepuluh diduduki WASPADA ACEH (waspadaaceh.com) dan rangking dunia 882.935.

Data tersebut diambil pengelola ATS dari similarweb.com, sebuah platform terkenal di dunia yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat. Aplikasi itu menganalisis traffic website (jumlah pengunjung atau pengguna yang mengunjungi website) dari seluruh dunia dan membagikan peringkatnya setiap bulan.

Berdasarkan pemeringkatan di similarweb.com tulah, pengelola ATS mengonversikan dan memisahkan web-web yang beralamat di Aceh. Kemudian, dipubikasikan di situs ats.insertapps.com. Sehingga, dapat diketahui rangking sejumlah web yang khusus terbit di Aceh.

Perangkingan yang tercantum di situ tidak statis, tapi fluktuatif. Bisa berubah atau naik turun setiap saat. Itu tergantung data dimuat di similarweb.com yang metode perangkingannya sangat valid.

Tangkapan layar rangking website top di Aceh versi ATS.

Pemimpin Redaksi Kabar Bireuen, Suryadi, bersyukur atas pencapaian media lokal ini yang masih bertahan di sepuluh besar rangking ATS. Meski terbit di Bireuen, kata dia, Kabar Bireuen masih bisa bersaing dengan media lain yang terbit di Banda Aceh. Padahal, media-media tersebut juga dikelola oleh wartawan-wartawan senior yang manajemennya telah profesional.

“Alhamdulillah, ini semua berkat kekompakan dan kerja keras rekan-rekan semua yang bergabung dalam keluarga besar Kabar Bireuen,” ucap Suryadi, Senin (13/5/2024).

Dikatakannya, dari kesepuluh media daring tersebut, memang hanya Kabar Bireuen media lokal yang terbit dan berkantor redaksi di kabupaten/kota yaitu Bireuen. Sedangkan yang lain, semuanya beralamat di ibu kota provinsi, Banda Aceh.

Sebenarnya, menurut Suryadi, media lokal yang terbit di kabupaten/kota agak susah berkembang, bila dibandingkan dengan yang beralamat di ibu kota provinsi. Apalagi yang memakai nama daerah, seperti Kabar Bireuen.

BACA JUGA: Ulang Tahun ke-7, Kabar Bireuen Masuk Lima Besar Website di Aceh

Alasannya, ruang lingkup pemberitaan lebih terfokus dan dominan di dalam wilayah kabupaten/kota yang tidak luas. Penduduknya juga tidak begitu banyak, sebagai sasaran pembaca media lokal itu.

Dengan sendirinya, sebut Suryadi, pembaca yang menyukai berita-berita di media tersebut, juga sangat terbatas. Kebanyakan hanya warga setempat. Selebihnya, mereka yang bertempat tinggal di luar kabupaten/kota, tapi berasal dari daerah tempat media itu terbit.

Ternyata, hal tersebut terbantahkan. Buktinya, jumlah pembaca Kabar Bireuen tetap banyak. Tak kalah dan bisa bersaing juga dengan media-media yang terbit di ibu kota provinsi. Padahal, ruang lingkup pemberitaan dan pembaca media mereka lebih luas.

“Ini sungguh di luar perkiraan kami. Bahkan, pada bulan lalu (April) Kabar Bireuen sempat mencapai rangking lima ATS,” ungkap Suryadi.

Rapat redaksi Kabar Bireuen. (Foto: Dokumen)

Selain kelebihan media yang terbit di Banda Aceh, seperti yang disampaikan Suryadi tadi, menurut penelusuran media ini, kesembilan website top di Aceh tersebut juga semuanya telah terverifikasi administrasi dan faktual oleh Dewan Pers. Sementara Kabar Bireuen, masih dalam proses verifikasi administrasi yang telah diajukan ke Dewan Pers.

Kalau wartawan Kabar Bireuen, memang sebagian besar telah mengikuti dan lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dari Dewan Pers untuk berbagai tingkatan. Terdiri dari jenjang Muda, Madya dan Utama. Mereka juga ada yang jebolan Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) Jakarta, lembaga pendidikan pers terbesar dan bergengsi di Indonesia.

Pemimpin Redaksi Kabar Bireuen sendiri merupakan alumnus LPDS tahun 2007. Suryadi juga telah menyandang predikat Wartawan Utama (UKW Utama), sebagai jenjang tertinggi UKW Dewan Pers. Itu sebagai syarat utama bagi media yang ingin diverifikasi Dewan Pers.

Jauh sebelum menjadi Pemimpin Redaksi Kabar Bireuen, dia juga telah berpengalaman sebagai wartawan Tabloid MODUS ACEH (media yang berfokus pada berita mendalam atau investigasi) selama sepuluh tahun.

Dalam hal penulisan berita, sudah teruji kemampuannya. Suryadi telah menjuarai sejumlah lomba karya jurnalistik, baik di daerah Aceh maupun nasional. Seperti juara pertama Anugerah Adiwarta 2010, kategori Liputan Kemanusiaan Bidang Ekonomi Bisnis, lewat karyanya berjudul “Mancong dan Inovasi Seorang Mantan Kombatan”.

Tahun berikutnya di lomba yang sama (Anugerah Adiwarta 2011), Suryadi juga berhasil menyabet juara pertama. Kali ini untuk kategori Media Cetak dan Online Bidang Politik, melalui karya jurnalistiknya berjudul “Pak Ketua “Alergi” Perempuan?

Selanjutnya tahun 2012, Suryadi meraih juara dua lomba jurnalistik tentang isu pekerja anak dan pendidikan yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bekerja sama dengan International Labour Organization (ILO). Karya jurnalistiknya saat itu berjudul “Anak-anak Penambang Batu”.

Bukan hanya itu, pada lomba karya jurnalistik di Aceh, pria asal Matangglumpangdua tersebut juga meraih juara dua lomba karya tulis feature kategori wartawan, lewat karyanya berjudul ”Fondasi Pendidikan dari Mantan Kombatan GAM”.  Lomba ini dilaksanakan Dinas Pendidikan Aceh, dalam rangka Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) Aceh ke-55 tahun 2014. (Ihkwati)