Ikrima Maulida, Akademisi Universitas Samudra, Langsa. (Foto: Ist)

Oleh: Ikrima Maulida

Akademisi Universitas Samudra

PENDIDIKAN karakter menjadi syarat utama untuk menciptakan generasi unggul di masa depan. Pendidikan karakter bangsa adalah pendidikan yang di dalamnya peserta didik mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, memiliki nilai-nilai dan karakter tersebut sebagai miliknya, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya. Permasalahan pendidikan karakter di Indonesia berkaitan dengan keseimbangan pencapaian akademis dan pembentukan karakter.

Pendidikan karakter dalam konteks global sangat penting menghadapi tantangan kompleks. Pengembangan generasi muda di Indonesia harus komprehensif. Fokusnya tidak hanya pada kecerdasan akademis, tetapi juga nilai moral, etos kerja positif, dan kemampuan adaptasi tinggi (Mahyuddin dkk, 2024). Dalam menghadapi tantangan ini, pembentukan moral generasi muda yang memiliki karakter kuat dan siap bersaing di era global menjadi salah satu prioritas utama di bidang pendidikan. Pendidikan karakter menjadi fokus utama untuk mencapai visi Generasi Emas 2045.

Kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual (IESQ) menjadi tolok ukur penting dalam pembentukan karakter generasi emas milenial 2045 yang unggul (Listyaningsih dkk, 2021). Pendidikan karakter hendaknya tidak hanya menularkan nilai-nilai, tetapi juga menumbuhkan penalaran etis, kesadaran, otonomi, tanggung jawab, dan kasih sayang pada siswa (Maisaroh Amalia Anisa & Sri Untari, 2024). Menanamkan nilai-nilai positif dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan yang etis merupakan tujuan pendidikan karakter. Tujuan ini diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) secara resmi meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat di Jakarta, pada Jumat (27/12/2024). Gerakan ini bertujuan untuk menanamkan kebiasaan positif yang dapat membentuk karakter anak-anak Indonesia agar menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul (https://indonesia.go.id/).

Peluncuran Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat menjadi tonggak penting dalam upaya menciptakan generasi emas Indonesia menuju tahun 2045. Gerakan ini berfokus pada 7 kebiasaan utama yang diharapkan dapat diinternalisasi dan diimplementasikan oleh anak-anak sejak dini, yaitu Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat. Melalui implementasi kebiasaan-kebiasaan ini, Kemendikdasmen ingin memastikan anak-anak Indonesia tidak hanya unggul dalam aspek akademis, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat, kepedulian sosial, serta tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat merupakan wujud nyata dari komitmen Kemendikdasmen dalam mengembangkan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pada penguatan karakter bangsa. Dengan menanamkan delapan karakter utama bangsa—religius, bermoral, sehat, cerdas, kreatif, kerja keras, disiplin, mandiri, dan bermanfaat—Kemendikdasmen percaya bahwa pembangunan SDM berkualitas harus dimulai dari penanaman nilai-nilai luhur pada anak-anak sejak dini.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa pendidikan tidak hanya tentang memberikan pengetahuan, melainkan juga membangun karakter. “Dengan menanamkan tujuh kebiasaan ini, kami berharap dapat membentuk anak-anak Indonesia menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, sosial, dan spiritual,” ujar Abdul Mu’ti (https://indonesia.go.id/).

Mendikdasmen menambahkan, bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut mencerminkan tradisi dan nilai-nilai utama bangsa Indonesia yang berakar kuat pada budaya dan agama. “Kami percaya bahwa kebiasaan seperti bangun pagi, beribadah, dan bermasyarakat bukan hanya membangun individu yang kuat, tetapi juga menciptakan generasi yang peduli dengan sesama dan lingkungannya,” terang Mendikdasmen (https://ditpsd.kemdikbud.go.id/).

Sinergisitas dengan Tri Pusat Pendidikan

Dalam pembentukan karakter, tiga pusat pendidikan merupakan sarana yang tepat. Sebab, pendidikan karakter memerlukan kerjasama berbagai lingkungan pendidikan: pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, dan pendidikan di masyarakat (Ma’sumah dkk, 2024). Dengan mengkoordinasikan pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, dan pendidikan di masyarakat, nilai-nilai karakter dapat berhasil diajarkan, dan siswa sekolah dasar dapat mengembangkan kepribadian yang unik. Seperti halnya implementasi gerakan 7 Kebiasaan Anak Hebat Indonesia ini tentu perlu dukungan dari tri pusat pendidikan.

Pemerintah telah menginisasi inisiatif strategis untuk menguatkan karakter anak Indonesia. Selanjutnya adalah sinergisitas gerakan ini dengan tri pusat pendidikan. Hal ini selaras dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebut konsep tersebut dengan istilah Tripusat Pendidikan yakni pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat. Dalam menanamkan kebiasaan di atas, ketiganya mesti bersinergi, bekerja sama, saling mendukung, dan memperkuat secara konsisten. Konsep tri pusat pendidikan juga sejalan dengan konsep Tri Sentra Pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Pengetahuan mengenai manfaat 7 kebiasaan yang telah anak dapatkan dari guru tentu harus mendapat penguatan juga dari orangtua ketika di rumah. Penguatan tersebut juga perlu adanya contoh implementasi secara langsung, sehingga pembiasaan tersebut berjalan secara efektif. Di sinilah, membangun komunikasi dan sinergi yang kuat antara guru dan orang tua menjadi penting. Selain sinergi keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat yang mendukung terbentuknya kebiasaan tersebut juga tidak kalah penting. Salah satu kebiasaan yang ditanamkan kepada anak dalam program ini juga bermasyarakat.

Jadi, perlunya kekompakan dari masyarakat untuk mendukung Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Dengan membangun sinergi yang kuat antara orang tua, sekolah, dan masyarakat, diharapkan gerakan 7 kebiasaan anak Indonesia hebat terintegrasi dan terwujud secara optimal. Hal ini akan memberikan dampak positif dalam membentuk generasi muda yang unggul dan memiliki moralitas serta etika yang baik. [*]