Pengalungan kain sasirangan oleh tokoh adat setempat kepada perwakilan peserta Lomba Karya Jurnalistik Porwanas XIV Kalimantan Selatan, saat tiba di Desa Desa Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, Rabu, 21 Agustus 2024. (Foto: Suryadi/Kabar Bireuen)

Geopark Meratus merupakan contoh penting pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi dapat berjalan seiring.

UDARA pagi masih terasa sejuk, saat beberpa unit kelotok (perahu tradisional masyarakat Banjar) meluncur dari dermaga Bukit Batu menuju Desa Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, Rabu, 21 Agustus 2024.

Kelotok-kelotok itu membawa penumpang para peserta atlet Pekan Olahraga Wartawan (Porwanas) XIV Banjarmasin. Di sana, mereka khusus mengikuti cabang karya jurnalistik, berupa videografi, fotografi, reportase radio dan karya tulis jurnalistik.

Setelah sekitar satu jam lebih mengarungi Waduk Riam Kanan yang luas, para peserta pun tiba di Desa Belangian. Mereka langsung disambut warga dengan ramah yang dipimpin kepala desa setempat, Aunur Khoir.

Di sana ada sejumlah tempat wisata alam yang menjadi objek liputan para peserta lomba tersebut. Seperti tempat wisata pemandian d8 Sungai Hapunit yang dipenuhi batu-batuan besar.

Tak berapa jauh dari situ, terdapat pohon raksasa jenis benuang laki. Usianya sudah mencapai 70 tahun lebih. Berdiameter sekitar 2,5 meter dan tinggi 50 meter.

Selain itu, di kawasan Luwadi Batu pada ujung jalan desa, juga ditumbuhi pohon nahang yang menjadi ciri khas hutan tropis. Masih banyak lagi jenis hutan tropis yang tumbuh liar di kawasan tersebut.

Abidin Mahdi dari Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam Adam Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, yang ikut mendampingi peserta, menerangkan, Tahura tersebut diawasi UPTD dari Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan. Nama hutan ini diambil dari nama Sultan Banjar, Sultan Adam, yang memerintah Kesultanan Banjar antara 1825 hingga 1857.

Sungai Hapunit di Belangian yang airnya jernih dan dipenuhi batu-batu besar. (Foto: Suryadi/Kabar Bireuen)

“Secara keseluruhan, Tahura di Kalimantan Selatan memiliki luas sekitar 112. 000 hektar yang disebut-sebut sebagai yang terluas di Indonesia,’ ungkap Abidin Mahdi.

Menurut dia, tanah beserta isinya di dalam kawasan hutan lindung tersebut milik pemerintah yang dikelola UPTD Tahura Sultan Adam Dinas Kehutanan Kalimatan Selatan. Namun, bagi masyarakat yang ingin mengelolanya dengan menanami pohon lain yang lebih menguntungkan, dibenarkan. Asalkan, minimal setiap tiga tahun sekalii bersedia dievaluasi.

“Setelah dievaluasi, kemudian diserahkan kembali ke masyarakat. Di Tahura Desa Belangian ini, mulai ditanami masyarakat sejak tahun 2019,” jelas Abidin.

Pembakal (sebutan untuk kepala desa di Kabupaten Banjar) Belangian, Aunul Khoir, pada kesempatan yang sama juga menyampaikan, banyak manfaat yang telah dirasakan masyarakat setempat, terutama dari sektor ekonomi, sejak Belangian jadi desa ekowisata dan bagian dari Geopark Meratus.

“Warga bisa menyewakan rumah sebagai homestay untuk wisatawan yang menginap di Belangian. Begitu juga penyewaan kelotok dan tukang ojek sebagai alat transportasi bagi wisatawan,. Kaum ibu penenun kain sasirangan dan juga hasil kerajinan tangan lainnya, juga mendapatkan berkas dari keberadaan ekowisata ini,” jelas Pembakal (sebutan untuk kepala desa di Kabupaten Banjar) Aunul Khoir.

Diakuinya, ekowisata di Belangian memang lebih divokuskan pada wisata edukasi, pertanian, perkebunan dan lingkungan hidup. Biasanya, itu untuk kebutuhan penelitian para mahasiswa dan juga ilmuan, terutama mereka yang membidangi masalah lingkungan hidup.

Belangian yang berada di kaki Gunung Meratus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Geopark Meratus. Geopark atau taman bumi ini yang terletak di pegunungan Meratus, bukan hanya sebuah kawasan pelestarian alam dan budaya, tetapi juga telah berperan signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.

Kepala Desa Belangian, Aunul Khoir, menyampaikan keterangannya kepada kepada peserta Lomba Karya Jurnalistik Porwanas XIV Kalsel, Rabu, 21 Agustus 2024. (Foto: Suryadi/Kabar Bireuen)

Geopark Meratus memliki luas wilayah sekitar 3.645.01 km2. Kawasan ini terbentang di enam kabupaten/kota, yaitu Banjar, Barito Kuala (Batola), Tapin, Hulu Sungai Selatan, Banjarmasin dan Banjar.

Geopark Meratus berada di bawah Badan Pengeloa (Bapel) Kawasan Geoparks Meratus, berdasarkan Pergub Kalimantan Selatan No. 32 Tahun 2022. Ketua Harian Bapel Kawasan Geopark Meratus saat ini dijabat Hanifah Dwi Nirwana yang juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan.

Dengan kekayaan geologi, biodiversitas dan warisan budaya, geopark ini menawarkan berbagai peluang ekonomi yang berpotensi merangsang pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Hutan tropis di sekitar Geopark Meratus bukan hanya indah, tetapi juga kaya akan biodiversitas. Hutan ini menjadi habitat bagi spesies langka dan endemik, seperti burung enggang, mammalia dan juga bekantan.

Keberadaan spesies ini menekankan pentingnya pelestarian habitat alami mereka. Upaya konservasi di geopark ini fokus pada perlindungan spesies dan restorasi habitat, Memastikan bahwa ekosistem tetap sehat dan berfungsi dengan baik.

Kehidupan masyarakat Dayak yang tinggal di sekitar Geopark Meratus, semakin menambah kekayaan geopark ini. Dengan tradisi yang kaya dan kearifan lokal mendalam, masyarakat lokal memainkan peran penting dalam pelestarian kawasan ini. Melalui inisiatif komunitas, mereka berpartisipasi dalam program pelestarian lingkungan, pendidikan, dan pengembangan wisata. Ini termasuk festival budaya dan kerajinan tangan yang mencerminkan tradisi mereka.

Ekowisata dan Pendidikan

Geopark Meratus tidak hanya berfungsi sebagai area konservasi, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan ekowisata. Program wisata dirancang untuk memberikan pengunjung pengalaman yang mendalam mengenai geologi, biodiversitas, dan budaya lokal. Trekking, pengamatan satwa liar, dan tour edukatif adalah beberapa cara yang memungkinkan pengunjung memahami dan menghargai nilai-nilai geopark ini.

Salah satu dampak paling jelas dari Geopark Meratus adalah pengembangan ekowisata. Pembangunan infrastruktur wisata, seperti jalur trekking, pusat informasi dan fasilitas lainnya, juga telah menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang aktivitas ekonomi di wilayah sekitarnya.

Ibu-ibu warga Desa Belangian sedang menyiapkan makan siang untuk peserta Lomba Karya Jurnalistik Porwanas XIV Kalsel. (Foto: Suryad/Kabar Bireuen)

Para pengusaha dan pekerja lokal, mulai dari pemandu wisata hingga penyedia akomodasi, mendapatkan manfaat langsung dari kunjungan wisatawan yang semakin meningkat. Restoran dan warung lokal juga merasakan dampak positif dari jumlah pengunjung yang lebih banyak.

Geopark Meratus juga turut mempromosikan kerajinan tangan dan produk lokal. Kegiatan seperti bazaar budaya dan pusat oleh-oleh yang menjual produk kerajinan tangan khas Dayak, membantu memasarkan produk lokal ke pasar yang lebih luas. Ini tidak hanya meningkatkan pendapatan bagi pengrajin lokal, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya mereka kepada pengunjung dari luar daerah.

Melalui berbagai program pelatihan yang diselenggarakan untuk masyarakat lokal, Geopark Meratus telah membantu meningkatkan keterampilan dan kapasitas mereka dalam sektor pariwisata dan konservasi. Program ini mencakup pelatihan dalam pengelolaan wisata, layanan pelanggan dan teknik pemasaran. Peningkatan keterampilan ini, membuka peluang bagi masyarakat untuk terlibat lebih aktif dalam sektor ekonomi baru yang berkelanjutan.

Keberlanjutan Ekonomi Melalui Konservasi

Dengan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan, Geopark Meratus berusaha menjaga keseimbangan antara konservasi dan pengembangan ekonomi. Proyek konservasi yang dilaksanakan tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang ramah lingkungan. Misalnya, program reboisasi dan pelestarian habitat, sering melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan yang memberi mereka pendapatan tambahan ilmu sambil menjaga kelestarian alam.

Sebagai bagian dari upaya pengembangan geopark, infrastruktur di sekitar Meratus mengalami perbaikan. Jalan yang lebih baik kondisinya. Fasilitas transportasi dan akses yang lebih mudah ke lokasi-lokasi wisata, meningkatkan konektivitas dan mempermudah mobilitas masyarakat serta wisatawan. Peningkatan infrastruktur ini, berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi lokal. Membuka akses ke pasar yang lebih luas dan mempermudah perdagangan barang dan jasa.

Geopark Meratus juga berperan dalam mempromosikan budaya lokal melalui festival, pertunjukan seni dan acara budaya yang diadakan secara reguler. Ini tidak hanya memperkaya pengalaman wisata, tetapi juga menarik perhatian dari media dan pelancong internasional. Promosi budaya ini meningkatkan profil geopark sebagai destinasi wisata yang unik dan memperkuat identitas lokal, yang pada gilirannya meningkatkan kunjungan dan pengeluaran dari wisatawan.

Geopark Meratus telah menunjukkan bagaimana pelestarian alam dan budaya dapat diintegrasikan dengan strategi pengembangan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan potensi ekowisata, mempromosikan produk lokal, dan meningkatkan keterampilan masyarakat, geopark ini tidak hanya melindungi kekayaan alam dan budaya, tetapi juga merangsang pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan. Inisiatif ini menjadi contoh inspiratif tentang bagaimana pelestarian dan pembangunan dapat saling mendukung, menciptakan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.

Pohon benuang laki berukuran besar yang tetap terjaga kelestariannya di kawasan Tahura Sultan Adam di Desa Belangian. (Foto: Suryadi/Kabar Bireuen)

Menuju UNESCO Global Geoparks

Dengan mengembangkan fitur-fitur tersebut, Geopark Meratus dapat bertransformasi menjadi destinasi yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga menjaga pelestarian lingkungan dan memberdayakan masyarakat lokal. Upaya kolektif semua pihak akan sangat penting untuk mewujudkan ambisi ini dan menjadikan Geopark Meratus sebagai UNESCO Global Geoparks yang diakui secara internasional.

Geopark Meratus memiliki potensi luar biasa untuk menjadi destinasi UNESCO Glonal Geoparks. Dengan mengembangkan fitur-fitur yangada, kawasan ini tidak hanya akan melestarikan warisan geologis dan keanekaragaman hayatinya, tetapi juga memberi nilai tambah yang signifikan bagi masyarakat setempat melalui peningkatan ekonomi dan pendidikan.

Geopark Meratus sedang diupayakan masuk menjadi bagian UNESCO Global Geoparks. Untuk bisa menjadi bagian UNESCO Global Geopraks, Geopark Meraus harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan. Di antara syarat itu adalah memiliki keunikan dan memiliki sejarah tersendiri. Temanya harus beda dengan geopark yang telah ada.

Syarat lainnya, memiliki pengelola Geopark Meratus telah memiliki pengelola pada masing-masing situs yang terdiri atas pegawai negeri sipil (PNS) dan masyarakat. Selain itu, geopark harus memiliki fisibilitas. Di Meratus, saat ini telah memiliki akses penghubung antarsitus yang baik. Juga infrastruktur memadai, seperti toilet dan tempat sampah.

Untuk memenuhi ketentuan menjadi bagian dari UNESCO Global Geoparks, identifikasi Meratus telah dilakukan sejak 2017. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Selatan juga telah bekerja sama dengan ahli geologi dari Universitas Pembangunan Nusantara (UPN) Yogyakarta.

Kajian-kajian saintifik telah mereka lakukan. Kesimpulannya, Geopark Meratus menarik dan berskala internasional. Meski demikian, hasil kajian tersebut tak otomatis bisa mengantarkan Meratus menjadi bagian UNESCO Global Geoparks. Sebab, masih ada tahapan lain yang harus dilalui. Pihak UNESCO Global Geoparks sendiri juga telah menurunkan tim asesor internasional ke Meratus pada 12-15 Juli 2024. Kini, tinggal menunggu hasilnya.

Nah, dengan berbagai usaha yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selaan bersama masyarakat, Geopark Meratus diharapkan bisa menjadi geopark ke-11 di Indonesia yang menjadi bagian dari UNESCO Global Geoparks. Melalui kolaborasi semua pihak, impian tersebut bukan mustahil dapat tercapai. Geopark Meratus bisa menaikkan statusnya menjadi destinasi dunia yang diakui lembaga PBB itu.

Lebih dari itu yang tak kalah pentingnya, keberadaan Geopark Meratus memang harus dilestarikan, untuk diwariskan ke generasi penerus (Suryadi)