KABARBIREUEN- Bocah laki-laki itu menenteng dagangannya di tangan sambil melewati satu meja ke meja lainnya. “Ranup Bang” tawarnya singkat kepada sejumlah pria pelanggan sebuah warkop di seputaran Jalan T Hamzah Bendahara, Bireuen.

Seorang pemuda kemudian membeli sirih yang ditawarkan anak lelaki penjaja asongan itu. “Tiga lima ribu rupiah Bang,” katanya, sambil menyodorkan sirih serta mengambil uang pecahan lima ribuan dari tangan pemuda tersebut.

Muhammad Mirza, begitu nama lengkap siswa SD Bukit Teukuh, Kota Juang Bireuen itu memperkenalkan dirinya saat ditanyai sejumlah wartawan yang sedang nongkrong di warkop yang menjadi “markas” para kuli tinta di Bireuen tersebut, Kamis (16/3/2017) sore kemarin.

Pelajar kelas 5 SD itu mulai berjualan asongan berupa sirih manis, kacang, telur puyuh serta kuaci dan sejak pukul 16.00-18.00 Wib di seputaran jalan tersebut, kadang juga dia menjual daganganya di pantai terdekat, seperti Kuala Raja dan Ujong Blang, Kecamatan Kuala, Bireuen.”Biasanya jualan di laut pada Sabtu dan Minggu,” sebutnya.

Dari hasil berdagang asongan milik orang lain itu, setiap hari dia memperoleh keuntungan bersih Rp35 ribu, kalau hasil penjualnya Rp180 ribu.”Kalau dagangan yang laku hanya Rp50 ribu, maka saya mendapatkan Rp 7 ribu saja,” ungkapnya singkat.

Anak ketiga dari lima bersaudara itu, tinggal bersama ibunya, Salwani, yang sehari-harinya membuat tepas bambu, dan ayah tirinya, pekerja di warung kopi.

Dia bersama adiknya, yang satu kelas 2 SD, satunya lagi masih 4 tahun itu dan keluarganya tinggal di Gampong Blang Reulieng, Kota Juang, Bireuen.

Sementara abangnya yang tamatan SMA bekerja di Kutacane, Aceh Tenggara, berjualan mie.

Ayah kandung Mirza sudah lama meninggal dunia sejak dia masih berusia 3 tahun. Dia mau menjadi pedagang asongan demi membeli pakaian, jajan dan kebutuhan lainnya saat lebaran nantinya. “Uang hasil berjual saya tabung untuk persiapan lebaran,” ujarnya singkat.

Mirza mengatakan, dia pernah menjadi juara hafalan surat pendek di sekolahnya. Menurut bocah 11,5 tahun itu, selama ini berjualan asongan itu tak menggangu sekolahnya. Karena dia berjualan sore hari. “Saya gak malu berjualan seperti ini, harapan saya cuma agar dagangan setiap harinya laku, itu saja,” pungkas polos. (Ihkwati)