AULIA SOFYAN

KABAR BIREUEN – Dr. Aulia Sofyan, S.Sos., M.Si telah sah menjadi Penjabat (Pj) Bupati Bireuen, setelah Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, melantiknya di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Senin (15/8/2022) sore.

Penunjukan Aulia Sofyan untuk memangku jabatan tersebut, sempat mengagetkan publik Bireuen dan di luar perkiraan sebelumnya. Masalahnya, dia tidak termasuk pejabat yang diusulkan dewan setempat ke Menteri Dalam Negeri.

Yang diusul DPRK Bireuen, tiga pejabat Pemerintah Kabupaten Bireuen. Mereka terdiri dari Ir. Mukhtar, M.Si (Kadis Pangan, Kelautan dan Perikanan yang juga mantan Wakil Bupati Bireuen), Irwan, SP., M.Si (Kadis Pertanian dan Perkebunan) dan Anwar, S.Ag., MAP (Kadis Syariat Islam).

Makanya ketika belakangan muncul nama Aulia Sofyan, dengan sendirinya mementahkan semua usulan DPRK Bireuen. Masyarakat pun bertanya-tanya, antara percaya dan tidak. Bahkan, ada yang berusaha menanyakan langsung pada Aulia melalui pesan WA, untuk memastikannya. “Panena, tanyoe hana diusul le DPRK Bireuen,” jawab Aulia, singkat.

Rasa penasaran pada sosok pejabat karier tersebut memang dapat dimaklumi. Meski Aulia Sofyan asoe lhok Bireuen, dia belum pernah bertugas di tanah kelahirannya. Sejak awal diangkat sebagai ASN, dijalaninya di sejumlah tempat di luar Kota Juang ini.

Namun, bagi sebagian warga Matangglumpangdua, sudah sangat familiar dengan sosok Aulia Sofyan. Sebab, almarhum bapaknya, H. Muhammad Amin atau lebih dikenal dengan HMA Jangka adalah Camat Peusangan di era 1980-an.

Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki melantik Aulia Sofyan sebagai Pj Bupati Bireuen.

Aulia Sofyan lahir pada 18 Oktober 1972 di Meunasah Timu, Kecamatan Peusangan. Dia anak sulung dari tujuh bersaudara (enam laki-laki dan satu perempuan), putra pasangan HMA Jangka dan Hj. Jasmi Ismail. Ibunya (Hj. Jasmi Ismail), pensiunan guru MTsN Peusangan.

Aulia Sofyan menempuh pendidikan dasar di MIN 1 Matangglumpangdua (tamat 1985). Kemudian, pendidikan menengahnya di SMP Negeri 1 Matangglumpangdua (tamat 1988). Seterusnya, dilanjutkan ke SMA Negeri 3 Banda Aceh (tamat 1991).

Kedisiplinan dan ketekunan belajar yang telah diterapkan kedua orang tuanya sejak dini, membuat Aulia jadi anak yang cerdas. Di sekolah, dia langganan juara kelas.

Setelah menamatkan SMA, Aulia melanjutkan pendidikan di STPDN (D3), Bandung (tamat 1994) dan STIA-LAN (S1), Jakarta (tamat 1997). Pendidikan S2 di UNPAD Bandung (tamat 1999). Berikutnya, pendidikan Doktor Ph.D (S3) bidang Perencanaan Pembangunan Kota (Urban Planning) di The University of Queensland Australia (tamat 2011).

Setelah menamatkan pendidikan di STPDN, Aulia berkarier sebagai Staf Kantor Gubernur Aceh dan Staf Kantor BPM Aceh (1994-1995).

Kemudian, dia pindah tugas ke Aceh Timur, masing-masing sebagai Staf pada Kantor BPM Kabupaten Aceh Timur, Kepala Seksi Ekonomi pada Kantor Camat Simpang Ulim Aceh Timur (1995-1996). Berikutnya, sempat menjabat Keuchik (Kepala Desa) Lueng Peut, Kecamatan Simpang Ulim (sekarang Kecamatan Madat), Kabupaten Aceh Timur (1996). Sebagai staf di Kantor Bupati Aceh Timur dijalaninya mulai tahun 1999 hingga 2000.

Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki bersama istri (kiri) dan Pj Bupati Bireuen Aulia Sofyan bersama istri.

Seusai meniti karier di Aceh Timur, selanjutnya Aulia Sofyan menjejakkan karier di Banda Aceh. Tahun 2000-2001 sebagai Staf pada Kantor Wali Kota Banda Aceh, Kepala Sub Bidang Industri dan Perdagangan Bappeda Pemkot Banda Aceh (2001-2003).

Setelah bencana tsunami, Aulia dipercayakan sebagai Manajer Pengembangan Ekonomi Badan Rehailitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh (2006). Berikutnya, Manajer Perencanaan BRR (2007), Manajer Pengelolaan Aset BRR (2007-2008), Kepala Bidang Administrasi Pelaksanaan Transisi BRR (2008), Pj. Kepala Pusat Pelaksanaan Transisi BRR (2008),

Kemudian, dia menjabat Kepala Bidang Penelitian, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan pada Bappeda Aceh (2009-2010), Staf BKPP Aceh (2010), Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Masyarakat sekaligus Penanggung Jawab Operasional BKPG/PNPM-MPd ProvinsiAceh (2010-2013), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PNPM-MPd BPM Aceh (2011-2013).

Pada 2011, Aulia Sofyan dipercaya sebagai Plt.Kepala BPM Aceh. Setelah itu, menjadi Staf pada Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (2013).

Puncaknya pada 2018 setelah mengikuti Seleksi Terbuka Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama di lingkungan Pemerintah Aceh, Aulia Sofyan terpilih dan diangkat sebagai Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh. Kemudian, Aulia diangkat sebagai Kepala Biro Organisasi dan Perencanaan Sekretariat Jenderal DPR RI sejak 2021 hingga sekarang.

Sebelumnya, selain meniti karier sebagai birokrat, Aulia yang telah menunaikan ibadah haji ini, juga menyempatkan diri sebagai pendidik. Tercatat pada 2000-2001, dia mengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Banda Aceh dan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (2011).

Aulia Sofyan

Berikutnya, di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Almuslim Bireuen (2012-3013), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan MIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (2017), dan pada program Magister Administrasi Publik Universitas Malikussaleh Lhokseumawe (2018).

Aulia Sofyan juga gemar menulis. Terdapat sejumlah tulisan publikasinya, baik nasional/lokal maupun internasional. Selain itu, dia juga sebagai pembicara di berbagai forum internasional. Terakhir, tercatat sebagai pembicara pada Sustainable Development Conference, di New York, Amerika Serikat (2012).

Dari perkawinannya dengan dr. Hj. Nova Dian Lestari, Sp.S (putri almarhum Drs. Zulkarnain, mantan Wali Kota Banda Aceh), Aulia Soyan dikaruniai tiga orang anak yakni Farah Rafiqah Aulia, Muhammad Haykal Aulia dan Muhammad Hafidh Aulia.

Bagi sebagian kalangan di Bireuen, pengangkatan Aulia Sofyan sebagai Pj. Bupati Bireuen, seperti memutar kembali memori nostalgia saat dulu bapaknya, MA Jangka, memimpin Kecamatan Peusangan. Di masa kepemimpinannya, kemajuan Peusangan sangat pesat.

Ketokohannya sangat disegani dan dihormati, baik di kalangan pejabat Kabupaten Aceh Utara (saat Bireuen masih bergabung dengan Aceh Utara) maupun masyarakat pada umumnya. HMA Jangka adalah camat teladan ketika itu.

Keluarga Besar MA Jangka

Figur MA Jangka di masa itu, layaknya seorang bupati. Banyak melahirkan karya bagi kepentingan masyarakat. Sejumlah bangunan yang hingga kini menjadi monumental di Peusangan, lahir di masa kepemimpinannya. Sebut saja Mesjid Jamik (sekarang Mesjid Besar) Peusangan yang indah dan mengadopsi gaya arsitektur Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Begitu juga gedung SMA Negeri Unit Matangglumpangdua (sekarang SMA Negeri 1 Peusangan). Padahal, sudah ada SMA Negeri Peusangan (sekarang SMA Negeri 2 Peusangan), sehingga saat itu di Kecamatan Peusangan terdapat dua SMA Negeri. Sementara di tempat lain, cuma ada satu SMA Negeri untuk satu kecamatan dan bahkan ada kecamatan yang tidak memiliki SMA sama sekali.

Selain itu, pembangunan gedung Karang Taruna. Padahal, kecamatan lain dan bahkan untuk tingkat kabupaten sekalipun, hingga sekarang belum memiliki gedung Karang Taruna. Pembangunan gedung Karang Taruna itu, diminta langsung Camat MA Jangka pada Menteri Sosial Nani Soedarsono yang berkunjung ke Matangglumpangdua saat itu.

Begitu juga peremajaan kota Matangglumpangdua, dari bangunan toko kayu ke konstruksi beton dan berlantai dua, juga dilakukan di masa kepemimpinan camat yang merakyat tersebut. Sehingga, sampai sekarang kota Matangglumpangdua masih menempati ibu kota kecamatan terbesar dan teramai di Kabupaten Bireuen. Masih banyak banyak lagi hasil karyanya yang fenomenal bagi kemaslahatan masyarakat.

Setelah tidak lagi menjabat Camat Peusangan, MA Jangka ditempatkan sebagai Kabag Kesejahteraan Sosial Setdakab Aceh Utara dan Kepala Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) Aceh Utara.

MA Jangka bersama istri dan anak-anaknya.

Setelah pensiun, MA Jangka kembali mendedikasikan diri untuk masyarakat Peusangan. Dia menjabat Ketua Yayasan Almuslim Peusangan. MA Jangka langsung membuat terobosan yang menjadi catatan sejarah penting dalam dunia pendidikan di Aceh.

Bersama tokoh masyarakat lainnya, Ma Jangka mendirikan Perguruan Tinggi Almuslim (PTA) dan kelak menjadi cikal-bakal Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan. Padahal di awal-awal pendiriannya, banyak yang mencibir dan pesimis, perguruan tinggi tersebut tak akan maju. Satu lagi perguruan tinggi di bawah Yayasan Almuslim Peusangan yaitu Institut Agama Islam (IAI) Almuslim Aceh, Payah Lipah.

Untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa almarhum, namanya ditabalkan sebagai nama aula di Kampus Induk Umuslim yaitu Aula MA Jangka.

Nah, kini darah daging MA Jangka telah dipercayakan mengemban jabatan Pj Bupati Bireuen. Kita berharap, spirit atau semangat dan keteladanan kepemimpinan MA Jangka, dapat diteruskan oleh anaknya ini dalam membangun Kabupaten Bireuen di semua sektor. Sanggupkah dia? Hanya Aulia Sofyan dan waktu yang akan menjawabnya nanti. (Suryadi)