KABAR BIREUEN– Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bireuen menggelar diskusi tematik “Perempuan, Keadilan Pangan dan Media” di salah satu cafee di Bireuen, Jumat (21/4/2017).

Kegaitan yang terselengaran atas kerjasama AJI dengan OXFAM dan Australia AID itu menghadirikan tiga orang pemateri.

Mereka adalah Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bireuen Irwan ,SP, M.Si, Muazzinah Yacob B.Sc, M.PA, akademisi dan peneliti dan Ummi Kalsum, wanita pejuang pangan dari Aceh Besar.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bireuen Irwan ,SP, M.Si, dalam paparannya menyebutkan, kegiatan ketahanan pangan di Kabupaten Bireuen mencakup pengembangan kawasan mandiri pangan.

Kemdain, pembangunan dan pengembangan lumbung pangan masyarakat, pengembangan usaha pangan masyarakat dan pengembangan kawasan pangan lestari.

Pada kesempatan diskusi tersebut, Irwan mengatakan jika ada persoalan yang dihadapi petani, maka petani atau kelompok tani bisa melaporkan pada penyuluh lapangan. Meski diakuinya, penyuluh belum tentu menguasai semua hal dan bisa mengatasi persoalan tersebut.

“Setidaknya penyuluh bisa menfasilitasi petani atau kelompok tani untuk mencari solusinya,” sebut Irwan.

Dikatakan Irwan, untuk menapatkan keadilan pangan, maka posisi tawar petani harus ditingkatkan, selama ini posisi tawar petani sangat rendah. Harga barang bukan petani yang tentukan melainkan ditentukan oleh pengepul atau pedagang.“Salah satu cara menambah harga jual pangan dengan pengelolaan paska panen,” katanya.

Sementara itu, Muazzinah Yacob dalam pemaparannya mengungkapkan pentingnya peran pemerintah dalam menfasilitasi dan membantu petani mulai dari penanganan pertama sampai paska panen dan penjualan hasil panen.

Dalam hal ketahanan pangan, sebutnya, media juga harus berperan penting.  Menurut pendapat aktivis perempuan itu, media selama ini kurang memberitan terkait permasalahan pangan, lebih banyak masalah politik.

“Kalau saja media memberitakan persoalan-persoalan pangan, bagaimana nasib petani, kegagalan panen dan kurangnya perhatian pemerintah, maka saya yakin pasti akan ada perbaikan. Kalau diberitakan setiap saat, paling tidak pemerintah lama-lama akan memberikan perhatian juga,” ungkap Peneliti The Aceh Institue ini.

Pemateri lainnya, Ummi Kalsum, Ketua Kelompok Tani Desa Dusun Ahmad Pantee, Desa Pantee, Aceh Besar itu menyebutkan, dia bersama kelompok perempuan sering mengikuti diskusi terkait perempuan.

Dalam diskusi tersebut, peraih penghargaan Pejuang Pangan tahun 2016 lalu itu menuturkan, dia merangkul sejumlah rekan-rekan sesama perempuan untuk  memberikan motivasi bagaimana agar taraf hidup mereka semakin meningkat.

Dia memotivasi warga desa agar mendapatkan informasi soal pertanian. Baik itu mengenai bantuan penyuluhan, bibit, pupuk sampai pelatihan penyemaian sawah. (Ihkwati)