KETIKA tiba Hari Raya Idul Fitri, tentu dalam benak kita adalah kebahagiaan dan kemenangan. Kita merasa gembira dan senang, karena telah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh.

Suasana pun berganti, begitu jelang Idul Fitri. Ada yang berbondong-bondong membeli pakaian baru. Sebagian lagi, sibuk mempersiapkan jadwal untuk bersilaturahim dan open house.

Idul Fitri memang hari raya berbahagia bagi kaum muslim di seluruh dunia. Saat itulah keluarga, kerabat, handai taulan dan sahabat berkumpul untuk saling bersilaturrahim. Sungguh, ini sebuah kebahagiaan yang luar biasa di hari kemenangan tersebut.

Namun, di tengah kebahagiaan itu, pernahkan terlintas di pikiran kita, tidak sedikit saudara seiman yang menikmati Idul Fitri dengan penuh kesepian, kesendirian, kesedihan dan bahkan penderitaan? Itulah mereka yang tidak memiliki keluarga dan juga teman. Mungkin, mereka juga tak memiliki uang sepeser pun untuk membeli pakaian baru dan kebutuhan lainnya, agar bisa menikmati kebahagiaan Idul Fitri.

Bayangkan, bagaimana kita merayakan Idul Fitri tanpa kehadiran keluarga. Tidak ada kehangatan dan canda tawa mereka. Terlebih lagi, bagi yang tidak memiliki kerabat, teman, atau siapa pun yang bisa berbagi kebahagiaan Idul Fitri.

Renungkan juga, bagaimana kalau kita tidak dapat memenuhi impian membeli pakaian baru untuk dipakai saat lebaran. Sebab, ada kebutuhan lainnya yang lebih penting untuk dibeli. Misalnya, membeli beras, obat atau kebutuhan lainnya yang lebih urgent.

Padahal, hal-hal yang demikian sudah lazim dialami fakir-miskin, yatim-piatu, atau orang-orang lanjut usia yang tinggal di panti-panti jompo, setiap lebaran tiba. Mereka menghabiskan waktu lebaran dengan penuh dukacita dan kesedihan yang mendalam. Mereka berharap, ada seseorang yang sudi berkunjung dan berbagi kebahagiaan dengan mereka di hari kemenangan ini.

Lantas, apakah kita akan melupakan begitu saja penderitaan dan kesedihan mereka? Sementara kita bisa menikmati lebaran, dengan bersenang-senang dengan keluarga dan juga sahabat.

Padahal, Allah telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita untuk bisa berbahagia di hari raya. Lalu, kenapa kita tidak mau berbagi sedikit saja kebahagiaan itu kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya?

Sadarilah, anak-anak yatim tidak pernah memilih untuk hidup sendiri, tanpa dikelilingi keluarga. Orang-orang miskin tidak pernah memilih hidup miskin dan menderita. Begitu juga orang-orang tua jompo, tidak pernah memilih hidup di panti jompo. Mereka semua tidak menginginkan hidup menderita begitu. Hanya saja, nasib mereka harus mereka jalani begitu.

Seharusnya, bagi kita yang telah dikaruniai Allah kebahagiaan, terketuk hati untuk berbagi kebahagiaan tersebut dengan mereka. Sebab, mereka ditakdirkan tidak seberuntung kita dalam hal-hal keduniaan.

Sejatinya, Allah memberikan kesejahteraan dan kesehatan untuk menguji kita. Apa yang akan kita lakukan dengan kesejahteraan dan kesehatan yang telah dikaruniai Allah tersebut?

Apakah kita akan membantu dan menolong orang-orang yang hidup dalam kesusahan? Apakah kita akan mengingat mereka yang terabaikan dan merana? Ataukah kita akan terus sibuk memperkaya diri dan keluarga? Dan, kita melupakan mereka yang hidup sengsara?

Semestinya, ada rasa iba dalam hati kita untuk membantu orang-orang yang dalam kesusahan. Idul Fitri jangan hanya menyenangkan diri sendiri, tapi juga gunakan kesempatan baik ini untuk juga menyenangkan orang lain. Karena itu, mari berbagi kebahagiaan di hari kemenangan ini.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 H. Minal aidin wal faidzin. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan mengampuni dosa-dosa kita, sehingga kita kembali menjadi manusia yang suci dan meraih kemenangan. Amiin. (Suryadi / Pimred Kabar Bireuen)    

 

 

Â