KABAR BIREUEN– Sejumlah pasien rawat jalan di Rumah Sakit dr Fauziah Bireuen mengeluhkan ada beberapa stok obat yang kosong atau tidak ada saat menebus resep obat di depo obat Rawat Jalan rumah sakit pemerintah tersebut.
Seperti yang diungkapkan Drs. Abd Hamid Jalil , Rabu (10/5/2017) pagi, usai mengambil obat di depo obat rawat jalan rumah sakit plat merah itu, ternyata dari tujuh item yang diresepkan dr Minar Mushari, S.Ps, tiga item diantaranya tak tersedia alias kosong.
Dari resep yang diperlihatkannya kepada Kabar Bireuen, tertulis obat tak bisa diganti tanpa seiizin dokter.
Untuk mendapatkannnya, tentu saja pensiunan guru itu harus menebusnya di apotik, dan terpaksa mengeluarkan biaya lagi. “Padahal semua biaya sudah ditanggung di Askes,” kata pria asal Kota Juang itu.
Kekosongan obat tersebut, ungkap pria 69 tahun yang urat sarafnya mengalami masalah tersebut , sudah terjadi sejak dua minggu lalu, karena obat yang sama yaitu Pantaprazole dan mecobalamin sampai sat ini masih kosong.
Hal yang sama diungkapkan Yusniar, wanita 50 tahun asal Meunasah Capa, Kota Juang Biereuen itu juga tak mendapatkan mecobalamin karena stoknya kosong.
”Saya punya riwayat penyakit lambung dan darah tinggi, kalau tak tersedia obat di rumah sakit, mau tidak mau kita terpaksa beli di apotik. Tapi kadang saya gak beli lagi, karena mesti bayar mahal kalau ambil di apotik,” ungkapnya.
Karena itu, mereka berdua berharap rumah sakit memperhatikan ketersediaan obat yang mencukupi, ini agar pesien yang berobat ke rumah sakit nyaman dan tak perlu beli obat lagi di apotik.
Tak hanya mereka berdua yang mengeluhkan tak tersedianya obat, Zaibanon (42) yang menebus resep obat mata untuk suaminya Murdani (43) juga mengeluhkan dari dua jenis obat yang diresepkan dokter, salah satu obat tak tersedia di depot obat dan harus beli di apotik di luar rumah sakit.
Pasein lainnya asal Jeunieb dan Cot Bada Tunong, Peusangan juga mengeluhkan hal yang sama, dari sejumlah obat yang diresepkan dokter beberapa item memang kosong dan tak tersedia.
“Kata dokter saat membuat resep, salah satu obat memang harus dibeli di apotik, karena dia membuat resep obat yang tidak tersedia di rumah sakit,” sebut wanita 52 tahun yang mengalami asam urat.
Direktur RSUD dr Fauziah Bireuen, dr Mukhtar MARS yang dikonfirmasi Kabar Bireuen di ruang kerjanya, Rabu (10/5/2017) mengakui, memang ada beberapa jenis obat yang ksoong. Itu dikarenakan, ada keterlambatan pihak distributor dalam menyalurkan obat tersebut.
Mukhtar berkilah, obat yang belum masuk dari distributor itu karena obat yang dipesan melalui sistem E-Katalog, distributor harus melayani pemesanan obat dari seluruh Indonesia. Ditambah lagi mungkin karena beberapa hari masa liburan, jadi stok obat agak terlambat dikirim. ”Kita sudah komplain hal tersebut ke pihak distributor dan akan segera dikirimkan,” sebutnya.
Dikatakan Mukhtar, rumah sakit setiap Senin selalu mengecek ketersediaan obat apakah stoknya masih mencukupi atau sudah kosong.
Terkait ada dokter yang meresepkan obat yang tak tersedia di rumah sakit dan harus memebli di apotik, Mukhtar menyebutkan, mungkin saja dokter lebih tahu ada obat yang lebih manjur dan komposisinya lebih bagus untuk pasien yang mengalami penyakit serius.”Dokter lebih yakin golongan obat paten yang diresepkannnya lebih bagus dan membuat pasien cepat sembuh,’ jelas Mukhtar.
Sebenanrnya kalau dokter menuliskan resep obat tertentu dan ternyata stoknya kosong, bisa saja diganti obat merek lain yang efeknya atau peruntukkannya untuk penyakit yang sama. Tapi memang harus seiizin dokter untuk menggantikan obat tersebut.
Diungkapkan Mukhtar, pihaknya harus membeli obat yang tersedia di E-Katalog dengan harga standar dan paling murah. Karen aaturannya memang begitu, memnag obatnya generik. “Kalau untuk membeli obat patent dengan haraga mahal, kita tak punya dana yang mencukupi,” katanya.
Dikatakan Mukhtar, kalau ada obat dalam E- Katalog yang stoknya habis, sementara pasien sangat membutuhkannya, maka bisa diambil sementara ke apotik yang sudah memiliki kerjasama dengan rumah sakit. (Ihkwati)