KABAR BIREUEN – Jalanan masih sepi kendaraan, hanya terlihat ibu-ibu dengan berpakaian kuning. Mereka semangat menyapu, membersihkan sampah berserakan akibat para penjual yang berdagang disisi jalan untuk menu berbuka puasa setiap sorenya.

Dari arah Gandapura, saya berniat menuju Matangglumpangdua, Peusangan melalui jalur alternatif timur ke barat, atau dari arah Medan menuju Banda Aceh. Pasalnya, jembatan Kutablang sebelumnya sebagai penghubung jalan nasional tersebut telah ambruk, sehingga jalur alternatif dianggap sebagai solusi. Dari arah barat kendaraan diarahkan belok kiri ke Desa Krueng Tingkeum hingga Blang Mee dan tembus ke Simpang Empat Gle Kapai, Peusangan.

Sebelum menuju jalur alternatif, kita akan disambut oleh beberapa masyarakat sekitar, dengan menawarkan jasa penyeberangan menggunakan boat getek. Boat ukuran sederhana dibuat kembali lebih luas dengan papan, dan diseimbangkan dengan drum-drum besar. Sehingga muat untuk menampung 10 – 15 roda dua. Dilihat dari sisi waktu memang sangat efektif, dan jasa tersebut dikenakan tarif Rp5.000 per kendaraan.

Sambil menikmati suasana segar di Minggu pagi 18 Juni 2017, saya memilih jalur alternatif timur ke barat. Sebelumnya saya pernah mengalami kecelakaan di area tersebut, dikarenakan pengendara motor di depan saya mengerem tiba-tiba. Sontak saja saya menubruk kendaraan di depan, ternyata itu disebabkan oleh jalan yang berlubang. Alhamdulillah, saat itu saya hanya mengalami cidera ringan, begitu pula halnya dengan pengendara di depan saya tadi.

Selanjutya bila diperhatikan dengan seksama, memang kondisi jalan yang sempit, bukan lintas nasional dengan material aspal yang memang harus diakui bukan yang terbaik, apalagi dilalui oleh kendaraan-kendaraan besar dengan muatan berat, menjadi momok yang mengerikan juga.

Sepanjang jalan saya menemui beberapa umbul-umbul dibaluti dengan kain merah. Di sampingnya terlihat kondisi jalan yang sungguh sangat memprihatinkan. Kiranya ini perlu diseriuskan. Jangan ketika jalur alternatif dijadikan solusi, bukan lagi menjadi anugerah tapi malah bencana.

Belum lagi kendaraan roda empat dan truk besar ikut nimbrung dari arah barat ke timur. Padahal, sebelumnya telah diarahkan bahwa pengguna jalan dari arah barat bisa melalui jembatan belok kiri. Namun aturan tersebut diabaikan begitu saja oleh pengendara. Maka tak heran, terkadang terjadi kemacetan begitu panjang di jalur alternatif bagian selatan.

Kembali lagi jalur penyeberangan menggunakan jasa boat. Dengan beban berat yang ditampung, tidak disiapkan perlengkapan penyelamat. Tentu ini menjadi persoalan tersendiri.

Mengingat hitungan hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, tak bisa ditampik pengguna jalan akan menjadi lima kali lipat lebih banyak dari hari biasanya. Jalan rusak, pengaturan jalan yang tidak optimal, jasa boat getek yang tidak aman tentu harus diseriusi.

Jangan menunggu ada korban jiwa, tapi mulai dari sekarang kemungkinan terburuk harus diantisipasi. Pemkab Bireuen khususnya, harus meninjau jalur tersebut menjelang lebaran. Jangan asal buat aturan, tapi kemudian diabaikan. (Murni M Nasir/Jurnalis warga)