KABAR BIREUEN – Memanjat pohon kelapa bukan pekerjaan gampang dan sangat beresiko terhadap keselamatan. Butuh keberanian dan keahlian khusus, agar bisa memanjat sampai ke puncak pohon kelapa yang tingginya mencapai 20 meter lebih.

Seiring dengan perkembangan zaman, orang yang menggeluti pekerjaan memanjat kelapa sudah mulai agak langka. Sebab, pekerjaan tersebut kurang diminati dan penghasilannya juga tidak seimbang dengan tenaga yang terkuras. Belum lagi, beresiko terhadap keselamatan.

Menyadari hal tersebut, Ismuhar M. Amin alias Mancong, berinisiatif membikin alat pemanjat kelapa yang sederhana dan mudah penggunaannya. Memakai alat ini, tidak begitu memeras tenaga dan lebih aman keselamatan kerjanya.

Semua orang yang tidak takut berada di ketinggian, juga bisa menggunakannya. Tidak hanya terbatas bagi mereka yang pekerjaan sehari-harinya memanjat kelapa.

Mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu mengaku, ilmu untuk membuat alat pemanjat kelapa tersebut dipelajarinya sendiri secara otodidak di internet. Kemudian, dia mencoba membuatnya di sebuah bengkel di Banda Aceh.

Hal tersebut didukung juga dengan kemampuannya menguasai ilmu perbengkelan. Maklum, Mancong lulusan STM Negeri (sekarang SMK Negeri 1) Bireuen, Jurusan Mesin Produksi.

“Meski cara membuat alat panjat kelapa ini saya pelajari di internet, tapi saya berinovasi lagi agar peralatan tersebut lebih sempurna lagi. Hasilnya, memang sangat memuaskan. Saya telah mencobanya sendiri, dengan mudah memanjat kelapa dengat alat tersebut,” ungkap Mancong kepada Kabar Bireuen, Senin (7/8/2017).

Menurut pria yang berdomisili di Gampong Cot Trieng, Kecamatan Kuala, Kabupaten Bireuen ini, alat pemanjat kelapa bikinannya itu memang sangat sederhana. Dibuat dari pipa besi setinggi pinggang orang dewasa.

Alat tersebut terdiri dari dua buah yang dipasangkan pada pohon kelapa. Satu untuk kaki dan tangan kiri. Satu lagi untuk kaki dan tangan kanan.

Pada saat kaki kanan diangkat ke atas, sekaligus tangan bekerja mengangkat alat ke atas. Pada saat demikian, kabel baja yang dipadukan dengan tali kipas akan merenggang dan tidak menjerat pohon kelapa. Sehingga, memudahkan alat tersebut untuk digerakkan ke atas.

Apabila kaki mulai menginjak, maka jerat dari kabel baja yang dipadukan tali kipas akan bereaksi. Sehingga, mengikat kuat pohon kelapa. Kemudian, disusul tangan dan kaki kiri secara bergantian, sehingga alat akan bekerja seperti tangga.

“Sangat mudah penggunaannya. Dengan memakai alat pemanjat kelapa ini, lebih menghemat tenaga dan waktu. Ketimbang memanjat kelapa seperti biasa selama ini dilakukan di sini secara tradisional. Dengan alat bikinan saya ini, hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk memanjat kelapa yang tingginya 20 meter lebih,” terang Mancong, sedikit berpromosi.

Alat pemanjat kelapa ini dibuat Mancong, dengan harapan dapat dipergunakan secara meluas oleh masyarakat Aceh. Sepasang alat tersebut dijualnya seharga Rp1,5 juta.

Dia berharap, alat tersebut dapat dibeli dalam jumlah besar oleh Pemerintah Aceh, sesuai aturan yang berlaku. Kemudian, alat pemanjat kelapa ini dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Tentu ini sangat membantu, sebagai salah satu upaya pemerintah meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Ini juga dalam upaya menyahuti salah satu program Gubernur Irwandi, Aceh Carong. Sudah saya buktikan, kita juga sanggup membuat peralatan kerja untuk masyarakat di sini. Tidak perlu lagi membelinya di luar Aceh. Kita bisa juga membuat spec-nya sesuai ketentuan yang berlaku,” jelas pria yang dulu sangat dicari aparat keamanan saat masa konflik bersenjata di Aceh ini.

Dasar Mancong yang tidak bisa tinggal diam dan terus berkarya. Suami Mairiza Putri ini, juga mampu menciptakan peralatan kerja lainnya, selain alat pemanjat kelapa tadi. Seperti alat pemanjat tiang listrik, perontok multiguna, kincir air untuk tambak ikan, alat giling sekam, alat pencacah pelepah kelapa sawit untuk pakan ternak dan peralatan kerja lainnya yang sangat dibutuhkan masyarakat.

“Saya telah berusaha menciptakan inovasi-inovasi baru yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat. Sekarang, yang kita butuhkan adalah dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Aceh. Dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sini, untuk pemberdayaan perekonomian masyarakat kita di Aceh ini,” harap pria yang juga mantan anggota Polri ini. (Suryadi)