KABAR BIREUEN-Dengan Dana Desa Tahun Anggaran 2018, jembatan “Pintoe Irigasi 1961” di Gampong Pante Lhong, Kecamatan Peusangan, Bireuen direhab dengan membuat pembatas sisi kanan dan kiri sehingga aman untuk dilintasi dengan kenderaan dan jalannya juga diaspal.
Pembangunan keduanya diharap memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk meningkatkan ekonomi.
Hal itu dikatakan keuchik Pante Lhong, Murizal kepada Kabar Bireuen, Jumat malam (20/7/2018), menyebutkan, pintu air tersebut juga menjadi jembatan penghubung bagi masyarakat yang keluar masuk ke Gampong Pante Lhong.
“Saat melintas diatas harus hati-hati, kiri kanannya sudah tidak ada penahannya dan sangat dalam,” jelasnya.
Walaupun, sebutnya lagi, kini pintu air ini sudah tidak berfungsi, namun menjadi lintasan produktif bagi masyarakat.
“Semoga ada masyarakat yang membuat lapak usaha dilahan tepi sungai untuk membangkitkan tempat rekeasi keluarga kembali, selain lalu lintas kenderaan,” harap Murizal.
Menurut Murizal, hal itu tentunya didukung oleh potensi sejarah Pintu Air masa kolonial Belanda dan juga pernah menjadi tempat usaha kuliner Rujak sebelum konflik Aceh.
Dikatakannya, di era tahun 80-90an sebelum Aceh berkecamuk dengan konflik, salah satu tempat rekreasi kuliner yang terkenal di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen – Aceh adalah Lincah / Rujak Pante Lhong yang berada di pinggir sungai Krueng Peusangan.
Setiap pekan, khususnya hari libur tempat rekreasi tersebut selalu ramai, selain rujak / lincah pengunjung juga disuguhkan pemandangan alam berupa aliran sungai yang mengalir melewati bendungan batu. Membentang menjadi jembatan air antara kedua sisi sungai. Akhir tahun 90an seiring intensitas konflik Aceh yang meningkat maka tempat rekreasi tersebut ditutup.
Bendungan dari bebatuan tersebut dibuat untuk membendung air yang akan dialirkan melalui irigasi yang sebelumnya melewati pintu air yang dibuat pada tahun 1916, jauh sebelum Bangsa Indonesia Merdeka dari Kolonial Belanda. Arah hulu sungai dulunya juga ada jembatan gantung
“Pintu air itu tidak jauh beda dengan pintu air saat ini dan bagian atasnya dibuat atap untuk menutupi rangka besi, namun pemandangan tersebut sudah tidak ada lagi semenjak tahun 2007 karena rangka besinya diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan cara dipotong,” pungkasnya (Ihkwati)