KABAR BIREUEN– Sejumlah pengguna jalan yang melintas di sekitar kawasan Langgar Square Bireuen mengeluhkan aroma busuk sampah yang ditumpuk di persimpangan jalan tersebut.

Edi, salah seorang warga kepada Kabar Bireuen, Senin (15/5/2017) menyebutkan saat melintas di kawasan tersebut, aroma kurang sedap langsung tercium. Itu sangat menggangu pengguna jalan.

Hal yang sama diungkapkan Afriadi, warga Kecamatan Kota Juang itu merasa sangat terganggu dengan bau sampah tersebut.

“Kita minum kopi dan menikmati makanan ringan di kawasan ini jadi tak nyaman. Sampah dibuang di lokasi yang jelas-jelas ada larangan dilarang buang sampah,” sebut Afriadi.

Dia mempertanyakan tugas dinas terkait, apakah tidak menegur warga agar tak membuang sampah di tempat itu.

“Harus ada solusinya, saya berharap warga setempat tidak membuang sampah di jalan tersebut,” harapnya.

Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Bireuen, Ir Yanfitri MT yang dikonfirmasi Kabar Bireuen menyebutkan, sampah itu dibuang warga di atas pukul 8.00 Wib.

“Sampah disitu sudah dibuang   2 kali sehari, pukul 6.00 dan 7.00 Wib. Kalau di atas pukul 8.00 Wib, truknya sudah mengambil sampah di tempat lain. Jadi kalau sampah disitu di buang di atas pukul 8.00 Wib, maka tunggu besok baru diangkat,” jelas Yanfitri

Dia mengakui, kesadaran masayarakat  memang rendah dan partisipasi perangkat gampong juga lemah dalam hal mengatasi sampah dan kebersihan. Tanpa kesadaran masyarakat niscaya tidak akan tercipta kebersihan seperti yang diharapkan.

Disebutkannya, jumlah sarana dan prasarana sampah serta petugas sampah sangat terbatas sehingga tidak bisa diharapkan petugas menanggulanginya. “Kalau sudah bau sampahnya seperti itu, harusnya masyarakat ikut berpartisipasi melarang yang buang sampah di situ,” himbaunya.

Dikatakan Yanfitri, tanggung jawab kebersihan, terutama sampah bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan semata, tetapi masyarakat juga ikut serta. Hal itu kadang yang  tidak dimaklumi masyarakat.

“Makanya saya tidak mau menyebut petugas saya sebagai buruh, karena kalau disebut buruh terkesan bagi saya kurang dihargai dan jadi pesuruh. Maka masyarakat yang menyebut petugas kebersihan itu buruh menganggap semua diurus dan dikerjakan oleh mereka. Masyarakat mau seenaknya saja. Padahal semua punya tanggungjawab yang sama untuk menjaga kebersihan,” pungkasnya. (Ihkwati)