KABAR BIREUEN – Politisi Partai Aceh (PA), Rusyidi Mukhtar, S.Sos, telah resmi menjabat sebagai Ketua DPRK Bireuen periode 2019-2024. Ini seiring dengan pengucapan sumpahnya sebagai ketua definitif, Selasa (22/10/2019), setelah sebelumnya dia menjabat ketua sementara.
Jabatan strategis itu memang jauh-jauh hari sudah berkembang luas di kalangan masyarakat, bakal dipangku Rusyidi Mukhtar. Sebab, pimpinan Partai Aceh (PA) setempat sudah satu hati pada pria yang akrab disapa Ceulangiek ini.
Putusan itu diambil, setelah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Aceh (PA) Kabupaten Bireuen menggelar rapat pengurus di Kecamatan Jeunieb, Kamis (29/8/2019). Dalam rapat tersebut, semua sepakat merekomendasikan Rusyidi Mukhtar sebagai Ketua DPRK Bireuen ke depan.
Pertimbangannya, Rusyidi sudah berpengalaman, karena sebelumnya sudah pernah duduk sebagai anggota DPRK Bireuen periode 2014-2019. Selama ini, dia juga menjabat Ketua Fraksi PA.
Selain itu, dia juga peraih suara badan terbanyak (3.221 suara) dari semua caleg PA untuk DPRK Bireuen. Keberadaanya juga dapat diterima semua kalangan, terutama di internal PA sendiri.
Dalam keterangannya kepada wartawan beberapa saat seusai pelantikan, Rusyidi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mempercayakan dirinya untuk memangku jabatan sebagai Ketua DPRK Bireuen.
“Terima kasih yang setinggi-tingginya kepada masyarakat, segenap pimpinan dan anggota jajaran KPA/PA beserta tim relawan yang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada saya untuk mengemban amanah ini,” ungkap Rusyidi dengan terharu.
Tak lupa dia memohon doa, agar amanah tersebut dapat dijalankannya dengan baik dan benar. Begitu juga dia meminta dukungan dan kerja sama yang baik dari seluruh anggota DPRK Bireuen dan pemerintah (eksekutif) setempat.
Sebab, menurut Rusyidi, jabatan ketua dewan bersifat kolektif kolegial. Meski sebagai pimpinan, dia tidak dapat mengambil suatu kebijakan secara personal. Semuanya harus berdasarkan musyawarah dan kesepakatan bersama seluruh anggota serta pihak eksekutif.
Rusyidi mengaku, sebelumnya tidak pernah membayangkan bisa mendapat kepercayaan sebagai Ketua DPRK Bireuen. Bahkan, jangankan ketua, jadi anggota dewan saja dirinya sudah sangat bersyukur.
“Beutoi, hana meutaleumpoe pih jeut keu keutua. Lon cuma awak gampong, aneuk sidroe ureung peutani,” ujar Rusyidi merendah dalam bahasa Aceh, sambil tertawa.
Rusyidi memang berasal dari keluarga seorang petani di Gampong Pulo Pisang, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen. Dia buah hati dari pasangan Tgk Mukhtar Hanafiah dan Cut Tiramlan H Budiman.
Menurut Rusyidi, dulu ayahnya, Tgk Mukhtar Hanafiah (sekarang almarhum), pernah menjabat sebagai Keuchik Pulo Pisang selama 18 tahun (1970 sampai 1988).
“Mungkin darah dan jiwa kepemimpinan dari ayah, sekarang mengalir ke saya,” sebutnya.
Dia sendiri mengaku, seorang mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sudah terlibat dalam perjuangan GAM sejak 1999 hingga perdamaian antara RI dengan GAM pada 2005.
Setelah damai, Rusyidi melanjutkan pendidikan dan kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan (2010-2014).
Yang menarik, Rusyidi pernah menjadi Satgas PA Wilayah Batee Iliek yang berciri khas mengenakan seragam loreng atau lazim disebut bajee keurapee minyeuk. Dia bersama rekan-rekannya saat itu, bertugas sebagai satuan pengamanan untuk kalangan internal PA.
Misalnya, saat masa kampanye pasangan H. Ruslan M. Daud – Mukhtar Abda (Bupati dan Wakil Bireuen periode 2012-2017) yang diusung PA, Satgas tersebut selalu siap siaga mengamankannya.
Pada Pileg 2014, Rusyidi ikut terjun langsung ke dunia politik. Pimpinan PA Bireuen meminta dia menjadi caleg DPRK Bireuen, untuk memenuhi kuota tambahan (120 persen). Itu artinya, Rusyidi sebagai pelengkap saja. Hanya untuk memenuhi kuota 120 persen untuk caleg Parlok.
Namun, bagi Rusyidi, kesempatan tersebut tidak disia-siakannya. Dia bekerja dengan sekuat tenaga, agar bisa meraih suara sebanyak-banyaknya dan bisa meraih kursi di DPRK Bireuen.
“Saat itu saya berjanji pada Tgk Darwis Jeunieb (Ketua DPW PA Bireuen), akan saya persembahkan satu kursi PA untuk DPRK Bireuen di Dapil 2. Alhamdulillah, saya berhasil mempersembahkan satu kursi, dengan suara badan terbanyak di antara semua caleg terpilih dari PA untuk DPRK Bireuen,” kenang Rusyidi yang juga menjabat Ketua Dewan Pimpinan Sagoe (DPS) Partai Aceh Kecamatan Peusangan.
Karir politik untuk Rusyidi di DPRK Bireuen periode 2014-2019, terus menanjak. Pada pertengahan 2017 lalu, dia dipercayakan pimpinan partainya menjadi Ketua Fraksi PA. Rusyidi menggantikan Abdul Gani Isa alias Toke Medan.
Lantas, kenapa Ceulangiek sebagai nama aliasnya begitu melekat pada diri Rusyidi Mukhtar? Ketika Kabar Bireuen menyinggung soal ini beberapa waktu lalu, Rusyidi hanya tersenyum. Dia mengatakan, itu hanya nama sandi, sebagaimana dipakai anggota GAM lainnya di masa konflik dulu.
Menurut Rusyidi, tak ada persamaan sama sekali antara tipikal atau ciri-ciri fisiknya dengan benda pengait itu, sehingga dia dinamai Ceulangiek. Nama alias tersebut hanya pemberian komandannya secara spontanitas saat itu. Ditunjuk begitu saja, kamu namanya Ceulangiek. Begitu juga terhadap rekannya yang lain, masing-masing diberikan nama aliasnya.
“Kalau saya pikir-pikir sekarang, benar juga perjalanan hidup saya begitu. Setelah dulu jadi anggota dewan di periode pertama, kemudian jadi Ketua Fraksi PA. Begitu juga di periode sekarang, tanpa saya duga sama sekali, tiba-tiba sudah jadi Ketua DPRK Bireuen. Meucawiek-cawiek laju meunan-meunan,” jelas Rusyidi dengan terbahak-bahak.
Ya, begitulah sosok seorang Ceulangiek yang terus bertransformasi (perubahan scara berangsur-angsur) diri. Dulu, dia selaku Satgas PA yang bertugas mengawal orang lain. Sekarang siapa sangka, giliran dirinya yang dikawal oleh orang lain.
Roda kehidupan memang berputar. Kadang kita di bawah dan ada saatnya berada di atas. Ceulangiek telah membuktikannya. (Suryadi)