Zulfikar

KABAR BIREUEN – Penertiban bangunan teralis besi di depan toko dalam Kabupaten Bireuen oleh pemerintah setempat belakangan ini, mulai menuai kecaman dan komplain dari pemilik toko atau ruko.

Masalahnya, dalam pelaksanaan penertiban tersebut, diduga ada perlakuan diskriminatif dan tebang pilih. Ada yang masih dibiarkan dan tidak disentuh sedikit pun hingga kini.

Di lain pihak, tim penertiban langsung mengeksekusi sesuai batas waktu yang telah diberikan, kalau tidak juga dibongkar sendiri oleh si pemilik toko. Meski kondisi yang bersangkutan sedang dalam keadaan sakit dan tidak berada di tempat.

Hal tersebut seperti yang dialami Zulfikar, seorang pemilik ruko di Jalan Malikussaleh, Gampong Pulo Ara Geudong Teungoh, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen. Kepada Kabar Bireuen, Minggu (29/8/2021), dia mengaku, ada ketidakadilan dan pembongkaran teralis besi di rukonya terlalu dipaksakan.

Alasannya, saat pembongkaran tersebut, Selasa (3/8/2021), dia bersama istri, dr. Ummayal Amni, Sp.P, sedang berada di Medan. Saat itu, istrinya sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, karena berdasarkan hasil tes PCR positif Covid-19.

“Sedangkan di ruko, hanya tinggal pembantu bersama mertua saya yang lama sakit. Memang saat itu mereka datang bersama aparatur gampong. Tapi, itu tetap saja bukan pemiliknya,” ungkap Zulfikar.

Padahal, menurut Zulfikar, sehari sebelumnya dia telah menelpon Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Bireuen, Bob Mizwar, SSTP, M.Si, selaku pihak berwenang dan yang menerbitkan surat penegasan pembongkaran bangunan tambahan (teralis besi). Disampaikannya, dia sedang berada di Medan bersama istri yang sedang menjalani isolasi mandiri, karena terpapar Covid-19.

Karena itu, Zulfikar memohon pada Bob Mizwar, agar ditangguhkan dulu pembongkaran teralis besi di rukonya. Diminta waktu dua minggu, hingga istrinya selesai menjalani isolasi mandiri di Medan. Sepulang dari sana nanti, biar dia sendiri yang membongkarnya.

“Pak Bob memakluminya dan telah setuju ditunda dulu pembongkarannya. Tidak masalah dan katanya aman itu. Ya saya pikir tidak ada persoalan lagi, sudah aman,” ungkap Zulfikar sambil memperdengarkan rekaman percakapannya dengan Bob Mizwar melalui HP.

Ternyata faktanya di lapangan bukan demikian. Tidak ada penundaan dan teralis besi di depan ruko tersebut tetap dibongkar paksa. Kesepakatan antara Zulfikar dengan Bob Mizwar, sepertinya tidak berarti sama sekali dan diabaikan begitu saja.

Hari itu juga Zulfikar menelpon lagi Bob Mizwar dan mempertanyakan kenapa bisa begitu dia, tidak ada komitmen sama sekali. Bob Mizwar mengatakan, sudah menyampaikan hal tersebut pada Kasatpol PP dan WH Bireuen, Chairullah Abed, SE. Tapi, dia tidak mempercayainya.

“Menurut Pak Bob, Kasatpol PP menceknya ke Dinkes. Di sana tidak terdata atas nama istri saya sedang menjalani isolasi mandiri. Memang tidak ada datanya di sana, karena istri saya menjalani isolasi mandiri di Medan dan belum sempat melapor ke Dinkes Bireuen. Lagi pula tidak ada SOP yang mengaturnya demikian,” beber Zulfikar.

Dia mengaku, seperti dipermalukan oleh Kasatpol PP Bireuen di hadapan orang banyak, akibat aksi pembongkaran paksa teralis besi di rukonya hari itu. Sebab, dengan begitu terkesan dirinya bersama keluarga membangkang terhadap aturan pemerintah. Apalagi, mengingat istrinya seorang dokter senior yang sudah lama mengabdi di Bireuen.

Karena itu, Zulfikar merasa pembongkaran tersebut sangat diskriminatif dan dipaksakan. Sebab, teralis besi pada toko lain di depan mata dan sangat mengganggu pejalan kaki dan keindahan kota, hingga kini tidak dibongkar dan dibiarkan begitu. Sedangkan teralis besi di rukonya yang terletak agak ke pojok dan tidak begitu mengganggu, buru-buru dibongkar tanpa pemiliknya. Tidak bisa ditunda lagi untuk dibongkar sendiri.

“Saya kecewa sekali atas sikap Kasatpol PP dan WH Bireuen yang tidak manusiawi begitu. Tidak memperdulikan kami sedang musibah dan tak berada di tempat. Apalagi, sebelumnya saya tidak pernah menerima surat peringatan berupa SP1, SP2 dan SP3. Tiba-tiba langsung dibongkar,” sesal Zulfikar.

Terkait hal tersebut, hingga kini belum didapat konfirmasi dari Kasatpol PP dan WH Bireuen, Chairullah Abed. Beberapa kali dihubungi Kabar Bireuen melalui HP, terdengar pemberitahuan, nomor yang Anda tuju sedang sibuk. (Suryadi)