KABAR BIREUEN – Munculnya Syauqi Futaqi, S.Fil.I sebagai Wakil Ketua I DPRK Bireuen yang telah dilantik bersama Rusyidi Mukhtar, S.Sos (Ketua DPRK Bireuen) pada Selasa (22/10/2019) lalu, sontak saja mengagetkan publik Bireuen.
Masalahnya, beberapa waktu lalu nama politisi muda tersebut tidak pernah muncul ke permukaan. Yang berkembang di kalangan masyarakat akan menduduki kursi empuk itu, justru para seniornya dari Partai Golkar.
Sebut saja Muhammad Amin AR dan Fajri Fauzan. Kedua mereka anggota dewan incumbent. Selain itu, mereka juga punya pengaruh di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar Bireuen.
Misalnya, Fajri Fauzan, tak lain adalah menantunya Ketua Umum DPD II Partai Golkar Bireuen yang juga Bupati Bireuen, H. Saifannur, S.Sos. Sebelum dilantik pimpinan definitif, dia juga menjabat Wakil Ketua Sementara DPRK Bireuen.
Sedangkan Muhammad Amin AR merupakan kader senior yang sudah lama mengakar di tubuh partai beringin tersebut. Dia juga punya hubungan baik dengan pengurus DPD I Partai Golkar Aceh dan juga Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar. Selama ini, dia juga dikenal sebagai anggota dewan yang vokal.
Dengan segala kelebihan dan kekuatan masing-masing tadi, diperkirakan merekalah yang lebih berpeluang mendapatkan kursi Wakil Ketua DPRK Bireuen. Kedua mereka diyakini akan menjadi rival dan saling unjuk kekuatan.
Sementara Syauqi Futaqi, meski anggota incumbent juga, tapi dia tidak begitu punya pengaruh di tubuh Golkar setempat. Apalagi, usianya masih belia dan tercatat sebagai anggota DPRK Bireuen termuda, baik periode lalu maupun sekarang.
Namun yang terjadi kemudian, dinamika politik dalam penentuan wakil ketua dewan dari DPD II Golkar Bireuen, sangat dinamis. Nama yang akan direkomendasikan, belakangan berubah total.
Satu nama yang sudah mengerucut pada Fajri Fauzan, sontak buyar begitu saja. Yang muncul dan direkomendasikan untuk jadi Wakil Ketua DPRK Bireuen dari Golkar, justru sosok Syauqi Futaqi.
Kemudian berkembang isu, mulusnya anak muda ini melangkah ke kursi wakil ketua dewan itu, setelah ada arahan dari DPP Golkar. Sebab, disebut-sebut Syauqi punya hubungan baik dengan pengurus DPP Golkar di Jakarta.
Namun, menurut Syauqi, proses dirinya menjadi Wakil Ketua DPRK Bireuen, berjalan secara normal dan sesuai dengan mekanisme yang berlaku di Partai Golkar. Itu berdasarkan hasil verifikasi dari pengurus DPD II Golkar Bireuen dan juga didukung pengurus DPD I Golkar Aceh.
Sesuai ketentuan, katanya, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi antara lain, berasal dari anggota incumbent, pernah menjadi pengurus harian, jenjang pendidikan minimal sarjana strata satu dan memperoleh suara badan terbanyak.
“Mungkin dalam pendangan rekan-rekan dari pengurus DPD II Golkar Bireuen, saya memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut dan dinilai layak untuk mengemban tugas sebagai Wakil Ketua DPRK Bireuen,” jelas Syauqi yang diwawancarai Kabar Bireuen, beberapa saat usai pelantikan.
Karena itu, dia mengucapkan terima kasih kepada Ketua DPD II Partai Golkar Bireuen, H. Saifannur dan juga Ketua DPD I Partai Golkar Aceh, TM. Nurlif serta semua pihak yang telah mempercayainya untuk menjadi Wakil Ketua DPRK Bireuen.
Sebenarnya, walau masih berusia muda, Syauqi bukanlah “anak bau kencur”. Lelaki kelahiran Gampong Matang Teungoh, Kemukiman Tanjongan, Kecamatan Samalanga, 21 Agustus 1991 ini, sudah lama aktif di berbagai organisasi.
Sejak kuliah di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Syauqi sudah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Saat itu, Syauqi kuliah di Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry. Dengan konsentrasi tentang pemikiran politik Islam.
Sekarang, pria yang hobi membaca dan traveling ini, juga aktif di KNPI dan Ketua HIPMI Bireuen. Selain itu, dia juga menjabat Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Bireuen.
Syauqi mengaku, kedua orang tuanya, M. Yusuf Abdullah dan Rosmani (kedua mereka pensiunan guru SMP di Samalanga), sangat berperan dalam mendukung karirnya di dunia politik. Tapi, selalu diwanti-wanti harus berpolitik santun dan menghormati yang lebih tua.
Karenanya, walau dari segi usia masih muda, selaku pimpinan, Syauqi yakin tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi rekan-rekannya yang lebih senior di dewan. Yang penting, dia harus menjiwai yang muda maupun yang tua.
“Yang tua harus saling menghormati dan yang muda saling menghargai. Itulah petuah yang selalu diajarkan orang tua saya sejak dulu,” jelas suami dari Nawirrahmi (lulusan Fakultas Teknik Unsyiah) ini.
Syauqi Futaqi memang berhasil mempertahankan rekor sebagai anggota dewan termuda di DPRK Bireuen periode 2019-2024. Umurnya sekarang 28 tahun. Begitu juga sebelumnya di periode 2014-2019, dia juga tercatat sebagai anggota DPRK Bireuen termuda. Malah, usianya saat itu masih sangat belia, 23 tahun.
Sekarang dengan telah diraihnya lagi kursi Wakil Ketua DPRK Bireuen di periode ini, Syauqi kembali mengukir rekor sebagai pimpinan termuda sepanjang sejarah berdirinya lembaga dewan Bireuen. Salut! (Suryadi)