Seorang pasien yang sudah berada di IGD RSUD dr Fauziah Bireuen, harus ditempatkan di ranjang ambulans, karena pasien membludak. Sementara ranjang di IGD hanya tersedia 13 unit, sesuai dengan ketentuan BPJS. Foto direkam Senin, 22 Juli 2024. (Foto: Rizanur/Kabar Bireuen)

KABAR BIREUEN, Bireuen – Sejak awal Januari 2024, pasien yang berobat ke RSUD dr Fauziah Bireuen terus meningkat dan puncak kunjungan terjadi tiga bulan terakhir.

Demikian disampaikan Direktur RSUD dr Fauziah Bireuen, dr Mukhtar MARS kepada Kabar Bireuen melalui pesan WhatsApp, Kamis (25/7/2024).

“Jumlah pasien tiga bulan terakhir terus meningkat, sehingga tidak cukup lagi tempat tidur untuk rawat inap. Rasio pasien dengan jumlah tempat tidur tidak sebanding. Saat ini hanya 256 tempat tidur tersedia, dan tidak boleh ditambah apabila tidak bertambah ruangan,” jelas dr Mukhtar.

RSUD dr Fauziah, sebut Abi-sapaan dr Mukhtar-tidak hanya melayani pasien dari Kabupaten Bireuen. Tetapi, juga menerima pasien rujukan dari Pidie Jaya, Lhokseumawe, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara dan Aceh Timur.

“Begitu juga dengan pasien rawat jalan. Kadang-kadang pasien rawat jalan dalam satu hari mencapai 600 orang. Hal ini yang membuat orang berdesak-desakan di rumah sakit,” paparnya.

Untuk itu, Abi mengimbau kepada pasien rawat jalan dan rawat inap, cukup ditemani satu orang saja anggota keluarga.

“Untuk menghindari tidak berdesak-desakan, setiap pasien cukup ditemani satu orang anggota keluarga saja, dan mengutamakan tempat duduk di ruang tunggu rawat jalan bagi pasien. Demikian juga pasien rawat inap, cukup ditemani satu orang saja,” sarannya.

Dia juga memastikan, di RSUD dr Fauziah tidak ada kamar rawat inap yang dikhususkan kepada pejabat.

“Tidak ada kamar rawat inap yang kami simpan khusus untuk pejabat atau orang-orang tertentu. Semua pasien yang berobat ke RSUD dr Fauziah Bireuen kami perlakukan dan layani sama. Siapa pun itu,” tegasnya.

Direktur RSUD dr Fauziah Bireuen, dr Mukhtar MARS. (Foto: Rizanur/Kabar Bireuen)

Menurut Abi, manajemen RSUD dr Fauziah sedang merencanakan pengembangan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan operasional.

“Kami terus berupaya mencari sumber pendanaan, baik dari Pemerintah Provinsi Aceh maupun dari Pemerintah Pusat untuk peningkatan sarana dan prasarana, seperti kamar operasi, gedung rawat inap, dan gedung perkantoran,” jelasnya.

Selama ini, lanjut Abi, untuk perkantoran RS masih ada bangunan status sewa. Begitu juga gudang untuk menyimpan barang, harus sewa di luar RS.

“Karena butuh biaya besar untuk membangun gedung sesuai kebutuhan, kami sangat mengharapkan dukungan semua pihak, baik eksekutif maupun legislatif. Dan anggarannya sedang kami upayakan dari Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat, semoga ada yang terealisasi. Karena gedung rawat inap sangat mendesak,” terang Abi.

Karena luas lahan terbatas, kata dia, konsep pembangunan nanti gedungnya beberapa lantai. Dengan demikian, semua akan nyaman.

“Pegawai nyaman, pasien pun harus nyaman,” imbuhnya.

Menurut Abi, Pj Bupati Bireuen Aulia Sofyan sangat mendukung pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit pelat merah milik Pemerintah Kabupaten Bireuen itu.

“Tahun ini sudah mulai dibangun gedung Cathlab dan gedung Cytotoxid untuk penanganan pasien jantung dan kanker,” pungkasnya. (Rizanur)