KABAR BIREUEN – 25 Mei 1999 merupakan hari paling bersejarah bagi petugas kesehatan (relawan kemanusian) di Aceh sebagai mengenang gugurnya dr Fauziah Daud tertembak dalam konflik bersenjata Aceh 20 tahun silam
Sebagai menghormati jasa dr Fauziah yang gugur dalam mengemban tugas kemanusiaan, namanya ditabalkan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen pada 11 Juni 2001, nama Rumah Sakit Umum Bireuen diganti namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr Fauziah.
Sejak itu hingga sekarang 11 Juni 2019 nama Rumah Sakit Umum dr Fauziah telah berusia 19 tahun sudah cukup dikenal sebagai rumah sakit pelayanan kesehatan masyarakat Kabupaten Bireuen dan masyarakat tetangga Kabupaten Bireuen sebagai salah satu Rumah Sakit Type B sudah mendapat penilaian Tim Akreditasi Kementerian Kesehatan RI sebagai RSU Predikat “Paripurna”
Selasa 11 Juni 2019, RSUD dr Fauziah Bireuen genap usianya 19 tahun. Tidak semua orang tahu mengapa Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Bireuen diberi nama RSUD dokter Fauziah ?
Sudah 19 tahun nama dr Fauziah ditabalkan sebagai nama RSUD dr Fauziah Bireuen, nama dr Fauziah terkesan terlupakan atau dilupakan? Karena tahun gugurnya dr Fauziah dan penabalan nama RSUD dr Fauziah Bireuen yang tidak pernah diperingati.
Sebaiknya Pemkab Bireuen setiap tahun memperingatinya untuk menghormati jasa dr Fauziah (Almh) yang sangat berjasa, yang meninggal dunia dalam insiden berdarah konflik bersenjata di Aceh dalam mengemban tugas kemanusiaan.
Mantan Ketua Palang Merah Indonesia Kabupaten Bireuen H AR Djuli periode perdana 1999 – 2004 sebagai pendiri PMI Cabang Bireuen tahun 1999, menjelaskan pemberian nama RSUD Bireuen dari nama seorang dokter wanita muda dr Fauziah (30) Kepala Puskesmas Peudada yang gugur bersama perawatnya Teuku Mustafa dalam konlik bersenjata aparat PPRM dengan GPLHT (GAM) di kawasan pergunungan Alue Kuta Cot Kruet Kecamatan Peudada Aceh 25 Mei 1999 pukul 10.00 WIB.
Pada masa itu dr Fauziah menjabat sebagai Kepala Puskesmas Peudada. Puteri pasangan HM Daud – Nuraini asal Peusangan Bireuen kelahiran Medan, Juli 1967 lulusan Kedokteran UISU Medan 1996.
Dr Fauziah yang berakhir sebagai dokter PTT pada 1 Agustus 1999 menjabat sebagai Kepala Puskesmas Peudada turun mengemban tugas kemanusiaan bersama perawat Teuku Mustafa dan beberapa perawat lainnya menumpang truk Reo aparat PPRM terjebak konflik bersenjata aparat PPRM – GPLHT (GAM) dalam perjalanan di kawasan pergunungan Alue Kuta, Cot Kruet Peudada.
Dalam insiden berdarah itu dr Fauziah bersama Teuku Mustafa yang duduk ditempat duduk depan bersama sopir truk aparat keamanan gugur terkena tembakan.
Insiden berdarah dalam konflik bersenjata antara PPRM – GPLHT (GAM) menewaskan dua petugas Kesehatan Puskesmas Peudada dr Fauziah dalam kondisi hamil tiga bulan dan seorang perawatnya Teuku Mustafa.
Dua aparat PPRM termasuk sopir Reo PPRM Baharada Dominggus tewas, sebanyak 12 orang mengalami luka tembak, yaitu 6 anggota PPRM, dua anggota Polsek Peudada termasuk Kapolsek, satu anggota Koramil Peudada dan 3 perawat Puskesmas Peudada.
Penulis saat itu sebagai relawan kemanusiaan, Ketua PMI Cabang Bireuen dan wartawan Waspada wilayah Bireuen begitu mendapat laporan masyarakat dengan mengunakan ambulance PMI Sumatera Barat.
Dua relawan PMI Sumatera Barat dan dua relawan PMI Cabang Bireuen langsung turun ke TKP memberikan pertolongan untuk mengevakuasi kedua korban yang gugur dan korban luka tembak ke RSUD Bireuen.
Setelah divisum kedua jenazah korban Teuku Mustafa diantarkan ke rumah duka di Peudada dan jenazah dr Fauziah diantarkan ke rumah duka di Kecamatan Peusangan untuk dikebumikan. (H.AR Djuli)