KABAR BIREUEN – Kota Juang Bireuen sebagai markas Besar Divisi X Komandemen Sumatera Langkat dan Tanah Karo di bawah pimpinan Kolonel Husein Jusuf yang memiliki Radio Perjuangan Rimba Raya sangat berjasa dalam mempertahankan kemerdekaan RI di masa agresi Belanda 1947-1948
Karena itu sangat patut dan antas di pusat Kota Juang Bireuen dibangun menomen Veteran Pejuang Kemerdekaan RI guna melestarikan nilai sejarah veteran pejuang kemerdekaan RI agar diketahui dan diwarisi generasi penerus bangsa.
Diharapkan, bekas markas di komplek Pendopo Bupati Bireuen yang memiliki nilai sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI yang selama ini tidak difungsikan agar direnovasi kembali menjadi gedung dua lantai, sebagai Balai Kolonel Hussein Jusuf dan kantor Veteran Pejuang Kemerdekaan RI.
Ketua DPD LVRI Aceh Kolonel (Purn) HM Djafar Karim menyampaikan hal itu kepada Pemerintah Aceh pada acara Rakerda DPD LVRI Aceh dibuka Plt Gubernur Aceh diwakili Kepala Badan Kesbangpol, Drs Mahdi Effendi di Hotel Lading Banda Aceh, Senin (17/12/2018).
Kolonel (Purn) HM Djafar Karim mengungkapkan Peranan Kota Juang Bireuen dan Radio Perjuangan Rimba Raya yang mengudara enam bahasa, Indonesia, Inggris, Belanda, Arab, Urdu dan bahasa Cina 22 Desember 1948 telah meyakinkan PBB dan masyarakat dunia bahwa Indonesia sudah merdeka diproklamirkan Soekarno-Hatta 17 Agutstus 1945.
PBB tidak mempercayai lagi siaran bohong propaganda Radio Hervenzent Belanda yang mengatakan Indonesia tidak ada lagi sudah dikuasai Belanda, padahal Aceh masih utuh belum tersentuh Agresi Balanda.
Kedatangan Presiden Soekarno yang hijrah ke Kota Juang Bireuen 16 Juni 1948 untuk mengendalikan Republik Indonesia dalam keadan darurat karena daera-daerah lainnya di Indonesia sudah dikuasai Agresi Belanda, kecuali Aceh tak mampu dikuasi Belanda.
Presiden Soekarno dalam pidatonya pada rapat umum di lapangan terbang sipil Cot Gapu 17 Juni 1948 malam, mengatakan, para pejuang Aceh paling berani dalam melawan penjajah. Aceh tidak mampu ditaklukkan Belanda, dijadikan sebagai “Daerah Modal” dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
Menurut Kolonel (Purn) HM Djafar Karim, pihaknya sudah melakukan peninajauan langsung ke beberapa tempat bersejarah perjuangan merebut dan mempertahakan kemerdekaan RI, di Bireuen antara lain, Tugu Perjuangan Perang Krueng Panjoe dalam melawan tentara Nica dan Jepang 24 Nopember 1945 sudah hilang tidak ada yang menyelamatkannya.
Kemudian makan syudaha 44 di Desa Lheue Simpang dalam Perang Pandrah melawan serdadu Jepang 2-5 Agustus 1945, salah seorang diantaranya wanita hamil tua bernama Siti Aminah gugur besama bayinya dalam kandungan. Makam itu tidak terawat agar dipugar secara layak.
“Semboyan Bangsa Yang Besar adalah bangsa Yang Tahu Menghargai Jasa pahlawan, jangan hanya manis di bibir, tapi dalam kenyataannya jasa pahlawan masih dilupakan,” tegas Kolonel (Pur) HM Djafar Karim.
Dalam laporannya, Rapat Kerja Daerah LVRI Aceh 2018 diikuti 30 peserta dari DPC LVRI Kabupaten/Kota se-Aceh masing-masing DPC dua peserta.
Sebagai narasumber, Ketua DPD LVRI Aceh, Komandan Aministrasi Veteran Kodam-IM, Kemenhan Perwakilan Aceh, BPJS, Taspen Aceh . (H. AR Djuli)