KABAR BIREUEN – Es Bandung produksi Bireuen salah satu minuman berbuka puasa sejak Puasa hari pertama (24/4/2020) laris manis dan laku keras diserbu pembeli.
Pantauan Kabar Bireuen dilokasi pasar penjualan makanan dan minum berbuka puasa, terlihat setiap sore gerobak penjual Es Bandung yang mangkal di depan Bank BNI Bireuen ramai diserbu pembeli.
Tajuddin penjual Es Bandung adalah cucunya Wak Bandung yang pindah dari Bandung ke Bireuen dimasa Agresi kedua Belanda 1948.
Menurut cerita kakeknya Wak Bandung, pada masa itu kakek pindah ke Bireuen karena relatif lebih aman dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di pulau Jawa dan Sumatera.
Setelah berada di Bireuen kakeknya bermata pencaharian penjual Es Bandung yang dipoduksi sendiri di Bireuen. Dengan bermodal sebuah gerobak ting-ting (gerobak sorong kecil) kakeknya mangkal di lapangan bola basket kota Bireuen (dulu depan SR No 1 Bireuen), sekarang lokasi tersebut sudah menjadi lokasi gedung Bank BNI Cabang Bireuen.
Selain itu, katanya, kakek dengan menyorong gerobak ting-ting keliling ke beberapa Sekolah Rakyat di Kota Bireuen yang sudah menjadi langganan tetap bagi anak sekolah yang sangat mengemari minuman es Wak Bandung.
“Dulu kakek dalam memproduksi Es Bandung juga mngajarkan anak-anaknya agar tahu membuat resep memproduksi Es Bandung yang enak sebagai minuman segar,” ungkap Tajuddin.
Tajuddin mengaku memproduki Es Bandung diajarkan orang tuanya sebagai melanjutnya warisan kakeknya yang berasal dari Bandung.
Menurut Tajuddin, dia memproduksi minuman segar berbuka puasa es Bandung sebagai melanjutkan warisan kakeknya, setiap bulan Ramadhan.
Selama bulan Ramadhan memproduksi Es Bandung dia menggunakan 10 tenaga kerja, dan setiap sore enam tenaga kerja membantu melayani pembeli di lokasi penjualan depan bank BNI Bireuen.
Tajuddin terlihat sibuk membungkus es bandung dalam kantong plastik melayni pembeli baik perorangan maupun pesanan langganan dalam jumlah yang banyak dari luar kota Bireuen untuk dijual kembali.
Harga per kantong Es Bandung yang dijualnya murah meriah, hanya Rp 5 ribu per kantong. Setiap sore dia berjualan dari pukul 16.00 – 18.00 WIB.
“Es Bandung yang terjual sekitar 10 drum, dengan omzet penjualan rata-rata Rp 4 – Rp 5 juta lebih tiap sore,” ujar Tajuddin. (H.AR Djuli).