KABAR BIREUEN-Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bireuen, melalui Bidang Kebudayaan dan Parawisata, gelar Gebyar Pentas Seni “Lomba Seni Rapai”.

Lomba Seni Rapai untuk tingkat SMP/MTsN se-Kabupaten Bireuen ini, digelar di halaman Pendopo Bupati setempat, Selasa (15/8/2017) malam.

Kepala Disdikpora Bireuen, Drs. Nasrul Yuliansyah, M.Pd, di sela-sela kegiatan kepada Kabar Bireuen mengatakan, perlombaan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 Tahun 2017.

Selain itu, salah satu upaya kita untuk melestarikan Kebudayaan kita, yang kurang digemari oleh para remaja kita sekarang, di Aceh, khususnya Kabupaten Bireuen, akibat perkembangan zaman.

Dijelaskan, akibat terpengaruh oleh globalisasi, pola pikir remaja kita zaman sekarang memang berbeda, mereka menganggap bahwa tradisi itu kuno, tradisi itu kolot dan tidak modern, padahal pada keyataannya tidak seperti itu.

“Remaja masa kini seolah tidak mengenal tari-tari dari daerahnya sendiri, padahal itu merupakan identitas kita sebagai bangsa Indonesia, mereka lebih cenderung mengetahui tari-tari yang bukan hasil kebudayaan kita. Seperti goyang itik, gangnam style, modern dance dan ala k-pop,” ungkap Kadisdikpora Bireuen ini.

Seharusnya, tegasnya, sebagai warga negara yg baik kita harus lebih melestarikan tari tradisional daerah sendiri bukan lebih menyukai dan membanggakan tari yang berasal dari negara lain.

Menurut Kabid Kebudayaan dan Pariwisata Disdikpora Bireuen, Mustafa S.Pd,M.Pd, lunturnya minat tari tradisi ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Diantaranya, globalisasi (penyebaran informasi secara cepat). Westernisasi ( pengaruh budaya barat ). Modernisasi,  trend masa kini, perkembangan zaman dan gengsi yang tinggi, serta kurangnya perhatian pihak pengambil kebijakan terhadap pembinaan seni budaya daerah.

“Sebagai generasi penerus, dan kita semuanya, mari sama-sama menjaga bahkan melestarikan kebudayaan tradisional kita sendiri, supaya tidak punah di telan zaman,” pintanya. (Herman Suesilo).