KABAR BIREUEN – Jamaah shalat Tarawih dan shalat subuh berjamaah kaum muslimin dan muslimat di Masjid Agung Sultan Jeumpa masih tetap padat.

Di samping melaksanakan shalat berjamah lima waktu, shalat Tarawih secara rutin digelar ceramah subuh disampaikan para penceramah secara bergiliran.

Tgk Salem Lancok dalam menyampaikan ceramah subuh tentang nikmat iman dihadapan jamaah Masjid Agung Sultan Jeumpa Jum’at (10/5/2019),

Dikemukakan, nikmat yang paling besar diberikan Allah kepada manusia sebagai hamba-NYA yang muslim adalah nikmat iman yang melebihi kenikmatan lainnya dalam bentuk apapun.

Dengan iman dan hidayah seseorang memiliki tuntunan dan tujuan hidup yang jelas baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak. Umat muslim tahu bahwa iman merupakan sesuatu yang penting dan berharga wajib memberikan perhatian dan perawatan lebih kepada iman, selalu menjaga hal-hal yang mengurangi iman.

Dikatakan merawat iman sangat pnting agar tidak hilang dalam dirinya. Seseorang akan menjadikan masalah iman  sebagai prioritas utama dalam hidupnya.

Kebanyakan dari umat Islam saat ini mengalami masalah untuk bisa merasakan nikmatnya keimanan, lezatnya ketaatan, khusyuknya beribadah dan manisnya amal kebajikan karena masih  menganggap iman itu bukan suatu nikmat terbesar.

Diantara umat  Islam saat ini ketika melihat nikmat itu adalah kemudahan rezeki berupa harta kekayaan, jabatan kekuasaan yang dimiliki dan kesehatan yang baik serta kemudahan hidup lainnya.

Tetapi tidak menganggap iman itu sebagai nikmat terbesar sehingga tidak berupaya menjaganya bahkan meningkatkannya dalam bentuk ketaatan pada Allah.

Untuk bisa merasakan nikmat keimanan dan keislaman, harus benar-benar bisa merasuk ke hati, menyatu dengan jiwa, dan mewujudkan dalam rasa cinta dan ridha kepada Allah agar bisa merasakan nikmatnya amal saleh dan khusyuknya ibadah. Syarat mutlaknya adalah, hawa nafsu harus mampu ditundukkan dan dikendalikan.

Karena selama masih ada hawa nafsu tertentu yang secara permanen atau  hampir permanen selalu diperturutkan dan tidak dikendalikan.

Ketaatan itu memang masih disikapi sebagai beban berat yang harus ditanggung dan dilepaskan, belum dirasakan sebagai kebutuhan hidup yang dirindukan rasa nikmatnya iman, ujarnya. .

Dikemukakan, nikmat iman itu tidak berbanding lurus dengan rezeki yang didapatkan. Rezeki tidak akan memengaruhi iman, apakah kurang atau banyak bagi orang yang sudah merasakan nikmatnya iman.

“Jangan karena harta dan kekuasaan menghalangi ketaatan dan ibadah kita kepada Allah. Ketika masih hidup susah kita berupaya taat pada Allah .

Tapi ketika Allah merubah sedikit hidup kita dengan kekayaan atau jabatan, menjadi berkuang pula ketaatan pada-Nya,”

“Orang beriman itu menikmati keimanannya dengan selalu menjaga ketaatan pada Allah dalam kondisi apapun, ujar Tgk Salem. (H.AR Djuli).