KABAR BIREUEN– Yayasan Aceh Green Conservation (Y-AGC), Dinas Pangan, Kelautan dan Perikanan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Bireuen melepasliarkan sejumlah tukik (anak penyu) di Pantai Ujong Seuke, Blang Kubu, Peudada, Bireuen, Aceh, Kamis (28/5/2020).
Ini untuk mengantispasi terjadinya populasi penyu, satwa yang dilindungi itu akibat eksploitasi telurnya secara besar-besaran, sehingga habitat penyu terus punah di perairan Aceh selama ini.
Hal itu dikatakan Pembina Yayasan Aceh Green Conservation (Y-AGC), Suhaimi Hamid, yang menyebutkan, pelepasliaran tukik tersebut, program perdana AGC guna menyelamatkan penyu di Kabupaten Bireuen.
Pihaknya akan terus berupaya untuk menyelamatkan habitan penyu, dan penyu ini merupakan satwa yang dilindungi, serta harus selamatkan bersama-sama.
“Populasi penyu di Bireuen selama ini terus menurun, bahkan terancam punah. informasi dan keterangan masyarakat, keberadaan penyu yang bertelur semakin menurun dan nyaris hilang,” ungkap Abu Suhai, yang juga Ketua Umum Forum DAS Krueng Peusangan tersebut.
Karena itu, Abu Suhai mengajak semua masyarakat dan elemen agar bersama-sama menyelamatkan penyu supaya tak punah.
Dipilihnya Ujong Seuke, Peudada, untuk lokasi pelepasliaran tukik ini, katanya, karena beberapa bulan lalu, warga di kawasan ini pernah menemukan telur penyu, juga tukik yang merangkak ke laut.
“Kita meyakini kalau Kawasan Ujong Seuke, Peudada ini masih adanya habitat penyu, sehingga kita berinisiatif melepasliarkan tukik di kawasan ini,” sebutnya.
Pada kesempatan itu, Irwan mengimbau warga supaya tidak lagi mengambil telur dan membunuh penyu. Sebab itu bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, selain itu, pengambilan telur Penyu dan membunuh penyu telah mengancam populasi Penyu di Kabupaten Bireuen.
Dikatakannya, penyu merupakan salah satu satwa dilindungi Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018.
“Bila kita tidak menyelamatkan Penyu, maka generasi kedepan tidak akan bisa melihat lagi Penyu, sehingga kedepan, mereka hanya bisa melihat gambarnya saja, sementara nyatanya sudah tidak ada,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Bireuen, Drs. Murdani menyebutkan, pihaknya mendukung setiap kerja-kerja penyelamatan lingkungan yang dilakukan AGC dan FDKP di Bireuen.
Pihaknya terus bersinergi dengan AGC dan FDKP dalam rangka penyelamatan lingkungan di Kabupaten Bireuen, baik hutan maupun satwa dilindungi.(Ihkwati)