KABAR BIREUEN-Tiga gampong di Kabupaten Bireuen dijadikan pilot Project survey ketahanan keluarga tahun 2017.
Ketiga gampong tersebut adalah Awe Geutah Paya, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Gampong Paku, Kecamatan Simpang Mamplam dan Keude Tambu, Kecamatan Simpang Mamplam.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Gampong, Perempuan dan keluarga Berencana Kabupaten Bireuen Bob Mizwar S.STP., M.Si melalui Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Halidar S.Sos,M.Si, Senin (14/8/2017) di ruang kerjanya.
Dikatakan Halidar, pemilihan tiga gampong itu karena memang masuk dalam kriteria untuk dilakukan survey ketahanan keluarga. “Kita lihat di gampoing tersebut tingkat kerawanan kekerasan rumah tangga di masyarakat cukup tinggi, karena itulah maka dipilih tiga desa tersebut. Meski, desa lainnya ada juga kerwanan kekerasan dalam rumah tangga,” jelas Halidar.
Selain itu, katanya, pihaknya juga melihat komitmen dari keuchik dan camat di daerah tersebut yang cukup tinggi dan peduli akan masyarakatnya.
Di Aceh, pilot project survey ketahanan keluarga Tahun 2017 yang diprogramkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Aceh itu dilaksanakan di tiga Kabupaten yaitu Bireuen, Pidie Jaya dan Aceh Barat.
Ditambahknnya, tujuan pilot project survey ketahanan keluarga ini, adalah menjadikan tingkat kekerasan dalam rumah tangga turun, bila ada masalah bisa diselesaikan aparat gampong dan diberikan konseling oleh staf dinas yang sudah dilatih sebelumnya.
“Terlebih dahulu, mereka akan dilatih untuk menangani bila memang terjadi hal seperti itu. Kita latih perwakilan gampong sebanyak lima orang, juga melibatkankan staf dari Dinas Pemberdayaan masyarakt untuk melakukan wawancara dan mendampingi staf menunjukkan lokasi,” sebutnya.
Dikatakan Halidar, faktor yang paling dekat dengan kekerasan adalah faktor ekonomi, jadi bilan nanti ditemukan ada yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, maka pihaknya akan melaporkannya ke Provinsi agar korban yanag merupakan kaum ibu tersebut diberdayakan.
“Kalau mereka diberi modal dan diberdayakan secara ekonomi, maka diharapkan akan mampu secara mandiri mengjdiupki keluarganya dan tingakt kekerasan turun bahkan hilang,” harap Halidar. kaum ibunya.
Untuk melaksanakan survey tersebut, jelasnya lagi, diperlukan adanya penghubung, pendamping serta kader, mereka akan mengikuti pelatihan di Banda Aceh pada 24-25 Agustus 2017 supaya bisa melaksanakan tugasnya.
Nantinya, kata Halidar, tugas dan tanggung jawab kader, mewawancarai seluruh KK yang ada di gampung sampai selesai, menjaga rahasia seluruh data yang diperoleh dari masyarakat, menyerahkan rekap data wawancara kepada penghubung dan bertanggung jawab kepada koordinator dan penghubung.
“Semoga saja dengan adanya program ini kekerasan dalam rumah tangga semakin turun dan kaum ibu diberdayakan secara ekonomi,” pungkasnya.
Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 Tahun 1992 merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisk-material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.(Ihkwati)