KABAR BIREUEN-Miris sekali nasib yang dialami Siti Aisyah Sianipar (36), janda mualaf yang kini menetap di Desa Cot Buket, Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

Betapa, tidak setelah bercerai, mantan suaminya justru membuat surat keterangan dan laporan jika Siti Aisyah telah meninggal dunia. Padahal wanita muallaf sejak 12 tahun lalu itu masih hidup.

Akibat laporan kematian tersebut, wanita yang saat ini dalam kondisi tak bisa melihat sejak dua bulan lalu itu, kesulitan mengurus segala hal menyangkut administrasi kependudukan termasuk dalam hal pembuatan kartu Indonesia Sehat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk dirinya bisa berobat ke rumah sakit atau dokter.

Tak hanya itu, sejak penglihataannya mulai kabur dan tak bisa melihat, dia sudah tak bisa bekerja lagi berjualan di Kantin SMP di kawasan Cot Iju, Kecamatan Peusangan.

Sehingga mengalami kesulitan untuk menghidupi dirinya dan ketiga anaknya yang masih dalam pendidikan tersebut.

Untunglah, mantan mertuanya perempuannya yang sudah tua, masih sayang dan mau merawat saat Siti Aisyah dalam kondisi yang memprihatinkan tersebut.

Siti Aisyahpun kemudian diajak tinggal di rumah mantan mertuanya tersebut. Sementara mantan suaminya kabarnya sudah menikah lagi dan tinggal di Kecamatan Peudada.

Mendapat Informasi tersebut, Tim Kami Peduli Bireuen (KPB) , yang dipimpin Koordinatornya, Deni Putra SE, MM, Sekretrais T Qadarisman serta sejumlah pengurus menyambangi kediaman mantan mertua Siti Aisyah di Cot Buket, Senin Sore (27/1/2020).

Pada kesempatan tersebut, KPB menyerahkan bantuan sembako serta perlengkapan sekolah, kepada ketiga anaknya.

“Saya sangat sedih dengan kondisi seperti ini, masih hidup tapi dibuatkan surat laporan kematian, ditq,bah lagi dua bulan ini tak bisa lagi berjualan karena mata saya tak bisa melihat.Saya sedih memikirkan bagaimana masa depan ketiga anak-anak saya nantinya,” ungkapnya terisak dihadapan tim KPB.

Dia bahkan berencana kembali ke kampung halamannya di Sumatera Utara bersama anak-anaknya bila kondisinya benar-benar tidak membaik.

Tapi, diakuinya, meski tak punya BPJS untuk berobat, beberapa doketr yang menangani masalah matanya bersediq membantu gratis.

“Alhamdulillah mereka bersedia membantu, steleha beberapa kali berobat sudah agak membaik, meski belum bisa melihat sempurna, tapi sudah samar-samar,” ucapnya lagi masih sesenggukan.

Koordinator KPB, Deni Putra menyebutkan, kedatangan mereka setelah mendapat informasi tentang kondisi Siti Aisyah yang tak bisa melihat dan tidak bisq bekerja lagi.

“Kita ingin mengetahui dan melihat langsung kondisi ibu, kami siap membantu semampu kami. Kalau memang butuh pendampingan saat menjalani pengobatan mata atau juga perlu operasi, kita berupaa membantu..Semoga ibu bisa sembuh dan melihat lagi.Dengan begitu nantinya bisa berjualan lagi,” sebut Deni.

Pada kesempatan itu, Deni langsung menghubungi dokter yang menangani mata Siti Aisyah, yang kebetulan saat ini sedang berada di luar negeri.

Usai dari rumah Siti Asiyah, KPB juga Muhammad Amin, Warga Desa Mon Jambe, Kecamqtqn Jeumpa, disabilitas akibat terkena peluru nyasar yang masih bersarang di dalam badannya.

Dia berharap  mempunyai tempat tinggal yang layak dan tidak lagi menyewa seperti saat ini. Namun sama sekali tidak mempunyai tanah untuk dibangun rumah.

KPB memberi bantuan alat kelengkapan sekolah untuk anak lelakinya yang masih SD dan sedikit sedekah.

Kemudian KPB juga ke kediaman Taufik, warga Desa Teupok Tunong, Kecamatan Jeumpa, yang saat ini hanya bisa terbaring di balai depan rumahnya akibat sakit penyempitan syaraf yang dideritanya, paska kecelakan dalam bekerja pada Juni 2019 lalu.

Meski sudah beberapa kali KPB mengajak Taufik untuk berobat ke rumah sakit untuk di rawat, namun dia tidak mau, dan meminta agar rumahnya di rehap dinding depan dan dapurnya karena kalau hujan, air masuk ke rumahnya.

Tim menyerahkan bantuan perlengkapan sekolah untuk anaknya dan memberikan sedikit sedekah. (Ihkwati)