KABAR BIREUEN– Kabupaten Bireuen kembali dilanda banjir. Kali ini menyebabkan terendamnya puluhan rumah warga di lima kecamatan di Bireuen yang tersebar di 27 desa.
Salah satunya yang kerap menjadi langganan banjir adalah di kawasan Peudada serta Desa Pulo Ara, Geudong Teungoh, Kecamatan Kota Juang, Bireuen.
Karena itulah, Pemuda Partai Aceh (PPA) Bireuen mendesak pemerintah daerah Bireuen lebih peka terhadap kondisi ini. karena tak mungkin dibiarkan berlarut-larut
Hal itu dikatakan Ketua PPA Bireuen Andri Wijaya kepada Kabar Bireuen, Jumat (7/12/2018), yang meminta Pemkab Bireuen segera menyiapkan perencanaan tata kelola banjir.
“Tata kelola ini harus memperhatikan dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap lingkungan dan warga. Banjir adalah sebuah indicator buruknya tata kelola suatu daerah.,” ungkapnya.
Saat banjir melanda Pulo Ara Kamis malam, katanya, untuk menangani situasi mendesak, aparat gampong sudah berkoordinasi ke pihak kecamatan. Perhatian khusus diberikan kepada warga lansia, perempuan hamil, ibu menyusui, dan anak-anak.
Akibat banjir tersebut, sebagian warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman, sebagian lagi memilih tinggal di sekitaran lokasi rumahnya sambil berharap air segera surut agar bisa memindahkan beberapa barang.
“Kerugian yang diderita warga bukan hanya moril, trauma akibat banjir, tapi juga berupa materil seperti hewan ternak yang hanyut dibawa air, alat elektronik dan furniture kayu terendam air, belum lagi rumah dari kayu yang nyaris rubuh di dera air banjir,” jelasnya.
Pemuda bersama dengan warga setempat juga bahu membahu berusaha membuat tenda darurat dan dapur umum. Tenda dan dapur ini sangat dibutuhkan bagi pengungsi yang tidak bisa kembali kerumah.
Apabila tidak segera dilakukan penanganan bagi korban banjir, dikhawatirkan kondisi kesehatan mereka memburuk.
Karena itulah, PPA berharap Pemkab segera merespon kondisi masyarakat korban banjir agar tidak berlarut-larut dan mengakibatkan lebih parahnya kondisi warga.
“Banjir ini adalah banjir tahunan. Artinya setiap musim hujan tiba, maka masyarakat sudah dalam kondisi waspada banjir. Tetapi sepertinya pemerintah masih tenang bahkan belum menyediakan persiapan dalam bentuk kebijakan penanganan dan pengendalian banjir,” sebutnya.
Menurut Andri, penyebab banjir ini sudah sama-sama diketahui, bahwa daya tampung air diatas sudah tidak memadai. Saluran pembuangan air yang harusnya mendistribusi luapan air dan mengatisipasi banjir tidak diketahui keberadaannya.
“Apakah sudah ada dan berfungsi secara optimal atau belum. Yang jelas tiga kecamatan akan selalu terkena dampak dari banjir jika tak ditangani secara serius,” pungkasnya. (Ihkwati)