KABAR BIREUEN – Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui Dinas Syariat Islam menggelar peringatan 19 tahun tsunami Aceh di Masjid Besar Peusangan, Rabu malam (27/12/2023).
Peringatan 19 tahun tsunami Aceh ini diisi dengan zikir, doa bersama dan taushiyah yang disampaikan oleh DR.Tgk. Al Husaini M. Daud, MA, (Dosen IAIN Lhokseumawe).
Hadir dalam kegiatan itu antara lain, Asisten I Setdakab Bireuen, Mulyadi S.H.,MM mewakili Pj Bupati Bireuen, unsur Forkopimda Bireuen, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama dan Administrator di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bireuen, alim ulama, Tgk.Imum Syeik Masjid.
Selanjutnya,Tgk, Imum, Keuchik dan Keurani Gampong, Tokoh Masyarakat, Perwakilan Ormas Kepemudaan dalam Kabupaten Bireuen dan para Jamaah.
Pada kesempatan itu, Asisten I Setdakab Bireuen, Mulyadi S.H., M.M, membacakan pidato tertulis Pj Bupati Bireuen, Aulia Sofyan, Ph.D.
Dalam sambutan itu dikatakan, Tsunami Aceh merupakan salah satu bencana alam paling dahsyat yang pernah terjadi di Indonesia. Bencana ini meninggalkan luka yang mendalam bagi masyarakat Aceh, baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Namun, dibalik catatan pahit tersebut, juga terukir kisah kebangkitan dan perubahan yang luar biasa.
Setelah tsunami, Aceh seakan hancur lebur. Ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Namun, di tengah kehancuran itu, masyarakat Aceh justru menunjukkan semangat juang yang luar biasa.
Masyarakat bergotong-royong membangun kembali Aceh, satu per satu. Pasca-bencana, Aceh menerima bantuan dari berbagai negara di dunia. Bantuan ini meliputi bantuan kemanusiaan, bantuan pembangunan, dan bantuan teknis.
Pemerintah pusat juga memberikan dukungan penuh untuk kebangkitan Aceh. Berbagai bantuan mengalir dari seluruh Indonesia dan dunia untuk membantu Aceh bangkit dari keterpurukan waktu itu.
Dengan bantuan dari berbagai pihak, Aceh berhasil bangkit dari keterpurukan. Pembangunan Aceh berjalan dengan pesat, dan infrastruktur yang rusak mulai dibangun kembali.
Pemerintah Aceh juga melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menerapkan otonomi khusus Aceh.
Otonomi khusus ini memberikan kewenangan lebih kepada Aceh dalam mengelola sumber daya alam dan keuangannya.
Bencana tsunami juga membawa perubahan bagi Aceh. Aceh menjadi lebih terbuka terhadap dunia luar, dan masyarakat Aceh menjadi lebih toleran terhadap perbedaan. Aceh juga menjadi lebih peduli terhadap lingkungan.
Masyarakat Aceh mulai sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, dan mereka mulai melakukan berbagai upaya untuk melindungi lingkungan.
Tsunami Aceh juga menjadi momentum bagi perubahan di Aceh.
Pemerintah Aceh dan masyarakat Aceh bertekad untuk membangun Aceh yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih tangguh.
Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan perubahan tersebut. Misalnya, Aceh menerapkan syariat Islam secara lebih menyeluruh.
Pemerintah Aceh juga melakukan reformasi di berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Keberhasilan Aceh bangkit dari tsunami menjadi bukti bahwa semangat juang dan kerja keras dapat mengalahkan segala rintangan. Aceh kini telah menjadi provinsi yang lebih maju dan lebih modern.
Namun, Aceh masih menyimpan berbagai tantangan, seperti kemiskinan, kesenjangan, dan konflik sosial. Pemerintah Aceh dan masyarakat Aceh harus terus berupaya untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, agar Aceh dapat menjadi provinsi yang lebih makmur dan lebih sejahtera.
Tsunami Aceh merupakan pelajaran berharga bagi untuk selalu siap menghadapi bencana alam, baik dari segi fisik maupun mental.
Dalam kesempatan ini, dia mengajak seluruh lapisan masyarakat siap dan terbiasa hidup di negeri yang rawan terhadap gempa bumi, tsunami dan bencana alam lainnya.
“Kami mengajak semuanya untuk bersinergi memperkuat ukhuwah, menyatukan langkah, menyamakan persepsi, seiring sejalan membangun Kabupaten Bireuen yang makmur dan berkeadilan, adil dalam kemakmuran yakni negeri yang Baldatun Tayyibatun Wa Rabbun Ghafur,” ajaknya.(Herman Suesilo)